36. Coffee talk

8.4K 1.5K 196
                                    

Yang seangkatan Pakde tapi masih dipanggil "Kak", mana suaranya?

***

"Ameri___"

"Hot chocolate aja, Mas!"

Haris menoleh ke kanan, pada gadis yang kepalanya hanya setinggi dadanya. Dia baru saja akan memesan americano, ketika gadis itu buru-buru mensabotase pesanannya.

"Hot chocolate 1, caramel machiato 1," kata gadis itu, pada seorang pemuda yang berdiri di balik meja kasir, tanpa memedulikan pendapat Haris.

"Tambah kuenya, Kak?"

Haiva tidak perlu makan kue yang habis dalam 2 kali gigit tapi seharga martabak 1 loyang. Tapi karena dia sedang bersama Haris, dia tidak mau terlihat mengenaskan.

"Bapak mau yang mana?" tanya Haiva, akhirnya bicara pada Haris.

Itu pertama kalinya Haiva mengajak Haris bicara setelah sejak mengantar kepergian orangtuanya ke counter check in stasiun, hingga sepanjang jalan di dalam mobil, gadis itu hanya diam saja.

Maka demi menghormati tawaran Haiva, Haris menunjuk salah satu slice cake yang terpampang di etalase.

"Espresso brownie 1," si pemuda menyebutkan nama cake yang ditunjuk Haris. "Kue yang lain Kak?"

"Udah, itu aja."

"Iva tidak pesan kue?" tanya Haris cepat. Tapi lagi-lagi diabaikan Haiva.

"Seratus dua puluh lima ribu rupiah, Kak," kata sang kasir.

Duit segitu cuma dapet 2 minuman dan 1 kue kecil. Kalo gue beliin pecel lele, bisa buat 6x makan, keluh Haiva dalam hati.

Haris baru saja akan mengeluarkan dompetnya dari saku celana, tapi Haiva sudah lebih dulu mengulurkan lembaran uang kepada kasir.

"Jangan___" kata Haris sambil menahan tangan Haiva yang terulur. Tapi Haiva menepisnya dan berkeras agar pemuda di balik meja kasir itu menerima uangnya.

Meski salah tingkah melihat pertengkaran kedua orang di hadapannya, pemuda itu mengambil uang dari tangan Haiva.

Haris terpaksa menarik tangannya lagi, tidak ingin membuat keributan.

"Atas nama siapa Kak?"

"Haiva."

"Caramel machiato untuk...?"

"Haiva."

Pemuda itu menulis nama Haiva di bagian luar gelas.

"Berarti hot chocolate untuk...?" kali itu sang pemuda menatap Haris.

"Haris."

Pemuda itu melakukan hal yang sama pada bagian luar gelas yang diperuntukkan untuk Haris.

Setelah itu mereka menyingkir ke counter pengambilan pesanan. Haiva masih bertahan diam. Harispun berdiri di sebelahnya diam. Hingga beberapa menit kemudian pesanan mereka selesai disiapkan.

CERITA YANG TIDAK DIMULAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang