Cinta bukan hanya tentang memahami perasaan kita, terkadang itu tentang bagaimana kita mampu mempertahankan perasaan itu, meskipun jatuh cinta tidak selalu seindah yang kita bayangkan
Itu adalah kalimat dari buku yang biasa dibaca ayahku, ya .. aku membacanya beberapa hari yang lalu. Aku penasaran tentang buku itu karena ku kira itu hanya berisi kisah cinta yang bodoh, muraha , tapi aku salah. Tidak heran ayah ku mengatakan itu buku yang bagus, karena itu benar. Buku ini mengajarkan kita bagaimana kita harus menghadapi perasaan kita sendiri
Dan aku mulai mengerti saat menatap gadis cantik di depan ku ini. Perasaan ku padanya mungkin tidak berbalas dan aku masih harus berjuang melewati banyak hal, meskipun aku tidak tau bagaimana cintaku akan berakhir, tapi aku ingin menjaga perasaan ini
Dia sangat berharga
"Kau yakin tidak mau bicara denganku tentang masalahmu?" Aku bertanya pada Jennie, kami berdua sekarang duduk di sebuah bangku sambil minum kopi. Setelah membiarkannya menangis, aku membelikannya secangkir kopi agar dia bisa mendapatkan kembali energinya
Jennie menggelengkan kepalanya dan menyeruput kopinya lalu menatapku, "Meskipun aku setuju untuk berpura-pura menjadi temanmu, aku tidak bisa memberitahumu tentang masalah pribadiku," jawabnya
Aku mengangguk lalu mengedarkan pandanganku. Orang-orang lalu lalang di depan kami, aku bertanya-tanya apa yang membuat orang suka mengunjungi tempat ini, apakah alasan mereka sama dengan ku?
"Boleh aku bertanya sesuatu?" Jennie mengembalikan fokusku, aku mengerutkan kening dan memandangnya, menunggunya berbicara
Dia mengambil napas dalam-dalam sebelum melanjutkan kalimatnya, "Apa menurutmu, saat kita memiliki masalah, haruskah kita menghindarinya untuk menyelamatkan diri kita sendiri, atau menghadapinya tetapi dengan risiko menghancurkan segalanya?" Jennie bertanya
Aku tertegun sejenak lalu menatap Jennie. "Aku tidak tau, itu terserah kita. Tapi bagiku, lebih baik menghadapinya dengan cara apa pun. Menghindarinya hanya akan mengubur masalah itu sejenak, tapi bisa kembali menghantui kita suatu hari nanti. Tapi jika kita menghadapinya, bahkan jika kita harus mempertaruhkan segalanya, itu tidak akan mengganggu kita lagi " kataku sambil tertawa, karena aku pikir jawabanku tidak memuaskan Jennie
Tapi begitulah cara ku melihatnya
______________________________________
Universitas Seoul terlihat sangat sibuk malam ini. Di halaman belakang aula utama ada beberapa tenda pameran yang berkelap-kelip, serta panggung besar yang berada di tengah lapangan. Malam ini adalah penutupan acara akhir tahun, para siswa tampaknya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Lisa dan jisoo sedang berbicara dengan beberapa orang di ruang tunggu Blackvelvet. Mereka sedang memastikan semuanya baik-baik saja
"Kau seharusnya tidak berada di sini, Lisa. Kami bisa menangani semuanya, kau harus bersenang-senang malam ini!" Kim myungsoo, salah satu siswa berkata sambil tertawa
Jisoo mengangguk setuju kemudian meninju bahu lisa dengan lembut. "Ayolah! Pekerjaan kita sudah selesai, ayo bersenang-senang, lisa!" Jisoo merengek untuk kesekian kalinya
Lisa menutup telinganya dan mengerang frustasi, gadis disampingnya ini sudah rewel sejak tadi. "Aish iya iya, berisik sekali unnie!" Ujarnya, lalu beralih menatap pria manis itu, " Myungsoo, jika ada sesuatu atau kau butuh sesuaty, beri tahu aku saja, oke?"
Pria dengan lesung pipit itu tersenyum lalu mengangkat jempolnya. Setelah itu Jisoo dan Lisa keluar dari ruang tunggu dan bergabung dengan siswa lain di lapangan. Suara musik yang menggema membuat malam semakin riuh. Lisa memperhatikan sekelilingnya, tapi dia tidak menemukan orang yang dia cari. siapa lagi? Ya, dia mencari Jennie
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Leave (JENLISA) ✔️
FanfictionAku menerima semua rasa sakit, aku merelakan hatiku terluka berkali-kali hanya agar aku tetap bisa berada disampingmu, aku tak peduli dengan diriku sendiri, aku mencintaimu dan akan selalu seperti itu. Katakan saja aku bodoh, tidak apa-apa tapi itu...