JENNIE POV
Kami sudah selesai sarapan dan sekarang aku sedang membantu mereka mencuci piring. Kami berhenti membicarakan masalah ku, mungkin karena mereka ingin menjaga perasaan ku. Pikiranku masih kacau, tapi mereka berdua entah bagaimana membuatku melupakan semua bebanku. Mereka bertengkar dan menggoda satu sama lain dan itu membuatku sulit untuk menahan senyumku
“Sudah selesai? Taruh saja di kabinet, dan istirahatlah setelah itu,” ujar lisa padaku saat dia melihat aku sudah selesai mencuci piring sambil menunjuk ke sebuah lemari di sudut ruangan.
Aku mengangguk lalu meletakkan piring-piring itu, "Hei, apa kau sudah memberikannya padanya?" kudengar jisoo berbicara dengan lisa
"Tentu saja !" Lisa menjawab
Aku kemudian mendekati mereka dan bersandar di dinding, memperhatikan mereka membersihkan meja. Jisoo menatapku dan tersenyum, "apa kau memakainya? Jangan khawatir, itu celana dalam dan bra baru ," katanya tiba-tiba, lalu aku terbatuk.
"Kau baik-baik saja?" Lisa menghampiri ku dan memberi ku segelas air, aku mengangguk dan langsung meminum air itu. Mereka menatapku dengan bingung, aku tersenyum canggung. "Ya, terima kasih. Tapi .. Mari kita tak usah membicarakannya," kataku
Mereka berdua tertawa dan mengangkat bahu. Aku sebenarnya biasa saja dengan lisa, tentu saja, tapi karena ketegangan antara aku dan dia, entah bagaimana, agak canggung saat membahas tentang hal pribadi seperti itu.
______________________________
"Ayahmu menelponku lagi, dia bilang ingin bicara denganmu" kata lisa, mereka bertiga sekarang duduk di ruang tamu sementara jisoo focus memainkan game di komputernya. Jennie menutup matanya dan memijat pelipisnya, dia masih tidak ingin melihat ayahnya setelah apa yang terjadi kemarin, dia kesal dan itu membuatnya tidak nyaman. "Aku tidak tahu, aku tidak ingin bertemu dengannya," kata Jennie
Lisa memainkan jarinya sendiri dan mengangguk, memikirkan cara agar dia bisa mengetahui segalanya antara Jennie dan ayahnya. Satu tarikan napas kemudian dia akhirnya memberanikan diri, "Aku ingin tau apa yang terjadi dengan mu dan ayahmu. Tapi aku tidak akan memaksamu jika kau tidak ingin membicarakannya."
Jennie tertegun, dia menimbang-nimbang antara memberitahu lisa atau tidak. Tapi dia menepis semua keraguannya dan memutuskan untuk memberitahu lisa, setidaknya dengan menceritakannya pada orang lain, itu bisa membantunya sedikit lebih lega
"Ayahku .. Dia ingin mengirimku ke US," kata Jennie dengan suara lirih
Lisa tertegun dan menoleh ke Jennie dengan tak percaya, "apa? Kenapa?"
Jennie menggelengkan kepalanya, "Aku tidak tahu. Dan yang lebih buruk adalah, dia ingin aku bertunangan dengan seorang pria yang bahkan tidak ku kenal. Dia ingin seseorang memperhatikan ku dan dia ingin menjauhkan ku dari media. Tapi ku pikir itu hanya alasan, dia tidak peduli sama sekali dengan ku. " Jennie tersenyum, namun senyumannya menyimpan sejuta kesedihan dan rasa putus asa, Lisa bisa melihatnya
"Aku .. aku akan bicara dengan ayahmu," Ujar lisa. Jennie mengerutkan kening dan kemudian menatap lisa, wajah gadis itu datar tanpa ekspresi. "Apa maksudmu? Ini tidak ada hubungannya denganmu. Berhentilah melibatkan dirimu ."
"Apa kau hanya akan menerimanya bahkan jika kau tidak menginginkannya?" Ujar Lisa lagi
Jennie kehilangan kata-katanya dan menundukkan kepalanya, "Lalu apa yang harus aku lakukan? Lisa, aku tidak punya alasan untuk bertahan lagi, aku tidak memiliki siapa pun selain keluarga yang bahkan tidak peduli dengan ku," jawabnya lemah. Lisa memegang tangan Jennie kemudian menatap matanya. "Tapi kau masih punya aku. Dengar Nini, aku tidak mengatakan ini karena perasaanku padamu, tapi sekarang aku menempatkan diriku sebagai temanmu. Jika kau tidak menginginkannya maka kau tidak bisa membiarkan siapa pun memaksa mu, ini hidupmu, Jennie. " Lisa meyakinkan Jennie
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Leave (JENLISA) ✔️
FanficAku menerima semua rasa sakit, aku merelakan hatiku terluka berkali-kali hanya agar aku tetap bisa berada disampingmu, aku tak peduli dengan diriku sendiri, aku mencintaimu dan akan selalu seperti itu. Katakan saja aku bodoh, tidak apa-apa tapi itu...