"Siapa?"
Wanita muda itu memperbaiki kacamatanya sebelum menjawab: "Lalisa Mannoban. Dia bilang dia dari LM Group, tuan. Haruskah saya menyuruhnya pergi?"
Pria tua itu menyeringai, meletakkan tongkat golfnya lalu duduk di sofa sambil menyalakan cerutu. "Tidak. Suruh dia masuk dalam 10 menit," katanya setelah menyesap wine digelasnya.
Wanita muda itu mengangguk, lalu membungkuk sebelum meninggalkan ruangan. Dia kembali ke kantor depan untuk bertemu Lisa yang sedang menunggunya.
"Tuan Song menyuruh Anda masuk 10 menit lagi, Nona." Ujarnya, Wajahnya tidak setegang tadi, membuat Lisa tersenyum sinis. "Kau bisa menunggu di sana, nanti aku akan memanggilmu lagi," lanjut wanita itu sambil menunjuk ke ruang tunggu di sebelah kanan. Lisa mengangguk lalu masuk ke ruangan itu.
10 menit kemudian, resepsionis memanggil Lisa kembali dan mengantarnya ke ruangan Song Jong Ki di lantai 6. Keringat dingin mulai membasahi dahi Lisa karena merasa gugup. Dia khawatir tentang apa yang akan terjadi nanti, tetapi dia harus berpegang pada rencana awalnya, jadi dia menyingkirkan semua kegugupannya.
“Tuan, Nona Lisa ada di sini,” kata resepsionis ketika mereka baru saja memasuki ruangan. Lisa dapat melihat seorang pria paruh baya yang tadinya tengah melihat ke luar jendela, sekarang menatap mereka dengan senyum ramah di wajahnya, tetapi Lisa tahu bahwa senyum itu tidak tulus. Lisa membungkuk memberi hormat, lalu pria itu menyuruh resepsionis untuk meninggalkan ruangannya, jadi hanya Lisa dan dia yang ada di sini sekarang.
"Silakan duduk, Nona Manoban." Kata pria itu, mengarahkan Lisa ke sofa. Kemudian dia memanggil seseorang untuk membawakannya minuman sebelum dia duduk di seberang Lisa. "Apakah kau putri Marco Manoban dari LM?" Dia bertanya sambil memperhatikan Lisa dari ujung kaki hingga kepala.
Lisa berdehem dan mengangguk. “Aku Lalisa manoban, ku rasa aku tidak perlu memperkenalkan diri lagi karena Anda baru saja menyebut nama ayah ku, Tuan Song”, Song jong ki tertawa sambil menganggukkan kepala. "Berani sekali, aku suka sikapmu. Kau persis seperti ibumu" ucapnya, Lisa mengerutkan kening tapi kemudian menggoyahkan rasa ingin tahunya ,karena fokus hari ini bukan itu.
"Ku rasa Anda mengenal orang tua ku dengan baik, Tuan Song, tetapi aku berharap ada waktu lain untuk membahas tentang itu. Karena aku datang ke sini hari ini untuk membahas hal lain."
Mr. Song mengangguk sambil menunggu Lisa melanjutkan kalimatnya. "Jadi bolehkah aku bertanya apa yang membawamu ke sini?" Tanya Mr. Song. Lisa menatap wajah pria itu dengan cermat. Jelas dari wajahnya bahwa dia bukanlah orang yang memiliki hati nurani. Dia terlihat licik dan mengerikan, membuat Lisa merasa mual sekarang. Lisa meraih teh di depannya dan meneguknya karena gugup dan emosi yang bercampur menjadi satu.
"Tuan, aku tidak akan berbasa-basi karena aku tahu Anda pasti punya urusan lain." Ujar Lisa, lalu melanjutkan, "Anda mengenal Jennie Kim, bukan? Ya, dia adalah putri Kim nam gil. Dan baru-baru ini dia mengalami masalah yang mempengaruhi seluruh keluarga dan bisnis ayahnya"
Song jong ki mengerutkan alisnya. "Aku kenal dia dan aku tahu semua tentang itu, tapi kenapa kau memberitahuku ini?"
Lisa tersenyum sinis setelah mendengar itu. Dia tidak bisa menahan tawanya, bukan karena ada yang lucu, tapi karena dia terhibur dengan kepura-puraan Song jong ki. Lisa tahu betul, tidak mungkin Mr. Song tidak menyadari apa yang diketahui Lisa dan timnya
"Ah, aku tidak tahu Anda akan memainkan trik ini, Tuan Song. Anda mungkin berpikir bahwa anda telah menutupi permainan ini dengan rapi, tapi maaf, anda salah. Aku sudah tahu bahwa dalang di balik ini adalah anak Anda. , Song Mino.. atau anda? Maafkan aku jika ini tidak terlihat sopan, tapi permainanmu tidak begitu rapi sehingga aku dengan mudah mengetahuinya ” ucap Lisa sambil menahan dirinya
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Leave (JENLISA) ✔️
FanfictionAku menerima semua rasa sakit, aku merelakan hatiku terluka berkali-kali hanya agar aku tetap bisa berada disampingmu, aku tak peduli dengan diriku sendiri, aku mencintaimu dan akan selalu seperti itu. Katakan saja aku bodoh, tidak apa-apa tapi itu...