JENNIE POV
Sakit, tidak pernah sesakit ini saat mencintai seseorang.
Apa aku kehilangan dia?
kenapa semuanya selalu terjadi secara tiba-tiba?
aku tidak ingin kehilangan dia
Apa yang harus aku lakukan
...... Tunggu, apa aku baru saja mengatakan bahwa aku mencintainya? - Tidak mungkin..
Ya, persetan. Aku tidak peduli lagi, persetan dengan pikiran bahwa aku tidak tertarik pada wanita, persetan dengan semua keraguan yang telah menahanku. Aku jatuh cinta padanya, aku tahu sejak awal bahwa perasaan aneh ini nyata, dan tidak ada gunanya menyangkalnya lagi.
Dia marah padaku, dia bilang dia sudah selesai dengan perasaannya. Aku tidak tahu harus berbuat apa, tapi satu hal yang aku yakin aku tidak ingin membodohi diriku sendiri lagi, dan aku memang sudah menyakitinya.
"Aku bisa melakukannya," kataku pada diriku sendiri, sambil menatap diriku di cermin. Mata ku bengkak karena menangis sepanjang malam, aku mengikat rambut ku lalu melangkah dari cermin menuju dapur.
Mataku sangat lelah dan kepalaku pusing karena tidak bisa tidur semalam, tapi tidak ada gunanya bersedih atas semua ini. Aku menghela nafas dan tersenyum pada diriku sendiri, aku memutuskan untuk bersikap normal pada Lisa.
Aku sangat menyakitinya sehingga tidak ada gunanya marah pada Lisa hanya karena dia ingin berhenti dengan perasaannya padaku. Dia berhak, karena selama ini akulah yang begitu bodoh, dia bilang dia ingin bernapas, jadi aku akan membiarkannya. Dia benar, dia hanya manusia ...
Saat aku sibuk dengan pikiran ku, aku mendengar pintu kamar Lisa terbuka. Aku menoleh, Lisa keluar dari kamarnya, dia terlihat sudah rapi mungkin dia akan pergi ke Seoul hari ini. Aku menghela nafas beberapa kali dan melatih senyum ku sebanyak mungkin sebelum keluar dari dapur dan mendekatinya,
"Kau akan pergi bekerja?" Tanyaku, Lisa sedikit terkejut kemudian dia menatapku dengan bingung sebelum mengangguk, aku tahu dia merasa canggung
"Kalau begitu, ayo sarapan dulu." Kataku sambil tersenyum padanya. Dia tertegun sejenak, aku tidak sabar lalu segera menarik tangannya ke meja makan. "Tunggu sebentar. Oh, kau ingin susu coklat atau kopi?" Tanyaku saat aku berjapan ke dapur, mengambil makanan dan kembali menaruhnya di atas meja makan.
"Um, tidak, aku bisa--"
"Susu cokelat atau kopi?" Aku memotongnya, mengulangi pertanyaanku. Aku tidak ingin ada hal yang canggung antara aku dan Lisa, jadi aku hanya berpura-pura tenang dengan apa yang terjadi kemarin.
Lisa menggaruk kepalanya, "susu coklat" jawabnya pelan, aku tersenyum dan mengangguk lalu kembali ke dapur. Membuka lemari es, aku mengambil sekotak susu coklat kesukaan Lisa dan menuangkannya ke gelasnya, lalu aku menghampiri Lisa lagi, menaruhnya di atas meja. Kemudian duduk di depan Lisa setelah itu
"Jennie, apa kau -"
“Sebenarnya aku bosan hanya tinggal di rumah saja” sela ku. Aku tahu apa yang ingin dia bicarakan dan aku tidak ingin mendengarnya, jadi aku mengubah topik pembicaraan. Aku menatap Lisa, dia menghembuskan nafas dan menundukkan kepalanya. "Bisakah aku melakukan sesuatu selain hanya tinggal di rumah?" Tanyaku, mengunyah makananku
Lisa mengangkat kepalanya, menatapku sambil menaikkan alisnya. "Seperti apa?"
Aku mengangkat bahu, "Sesuatu yang tidak membuatku bosan? Oh. Whoa! Kau tahu, aku bertemu dengan seorang anak laki-laki yang tinggal di sekitar sini. Namanya Kim Junhee, dia tinggal bersama neneknya yang menjual teoppokki di seberang jalan. Kau harus bertemu dengannya, Lisa. Dia sangat manis, " kataku, teringat betapa lucunya anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Leave (JENLISA) ✔️
ספרות חובביםAku menerima semua rasa sakit, aku merelakan hatiku terluka berkali-kali hanya agar aku tetap bisa berada disampingmu, aku tak peduli dengan diriku sendiri, aku mencintaimu dan akan selalu seperti itu. Katakan saja aku bodoh, tidak apa-apa tapi itu...