Hujan deras mengguyur kota Busan sore ini, membuat dua manusia yang tadinya ingin pergi ke restoran untuk makan malam, kini hanya bisa memandang Busan dari kamar hotel mereka. Mereka tidak bisa pergi ke restoran karena harus berjalan kaki untuk sampai ke sana, hujan seperti ini, mereka tidak ingin basah kuyup.
Lisa meletakkan ponselnya di atas meja setelah memberi tahu Jisoo dan Chaeyoung. Kemudian matanya menatap Jennie yang duduk di sisi jendela dengan tangan menopang dagunya.
"Bagaimana kalau kita memesan layanan kamar saja?" Lisa memecah kesunyian.
Jennie menoleh, dahinya mengerut ragu-ragu.
"Oke..Tapi bagaimana dengan Jisoo dan Chaeng?" dia bertanya.
Lisa memutar matanya dan berkata, "Serius, Jennie? Kenapa kau begitu peduli pada mereka? Biarkan saja mereka menikmati kencan mereka, begitu juga kita."
Jennie terkekeh melihat raut wajah Lisa. "Kau begitu sentimental. Mereka temanmu." Ujarnya.
Lisa mendengus kesal dan membuang muka. Bukan tanpa alasan, ia bertingkah seperti itu karena Jennie selalu menyebut dua makhluk menyebalkan ini saat Lisa hanya ingin berduaan dengannya. Dia juga kesal dengan Jisoo dan Chaeng karena selalu menyebut pria yang tempo hari kepada Lisa.
"Kapan kau kembali bekerja?" Jennie bertanya.
Lisa menghela nafas, meregangkan lengannya, lalu menutup matanya. Memikirkan hal rumit lain yang akan terjadi setelah ini, membuat gadis itu merasa tidak ingin kembali, dia tidak ingin menghadapinya, tetapi dia tidak bisa.
"Senin, ya ampun, aku tidak ingin kembali." Dia mendengus.
Jennie mengangkat alisnya, "kau ingin melepaskan mimpimu?"
Lisa menggelengkan kepalanya perlahan. "Tidak, maksudku, aku masih ingin berada di sini. Kembali bekerja .. ugh aku bisa membayangkan berapa banyak pekerjaan yang menungguku." Dia menjawab dengan frustrasi. Lisa menolak memberi tahu Jennie tentang kecemasan dan ketakutannya menghadapi Somi.
"Ayolah... Kau Lisa, kau bisa menangani apa saja." Kata Jennie.
Lisa tersenyum pahit, "Bagaimana kau bisa yakin?" Dia bertanya sembari mengubah posisi duduknya, menatap punggung Jennie.
"Karena kau selalu seperti itu," Jennie menoleh dan tersenyum pada Lisa. "Ingat sekolah menengah? Kau selalu bisa menangani masalah, tidak peduli seberapa sulitnya. Bahkan masalahku, kau selalu menemukan cara untuk menyelesaikannya. Itulah dirimu, pahlawan superku."
Lisa tersipu ketika mendengar Jennie mengatakan itu. Sudah lama Lisa tidak mendengarnya, Jennie menyebut Lisa seperti itu jika gadis jangkung itu bisa menyelesaikan masalah, atau jika Jennie merasa terlindungi.
"Aku tidak mengatakan ini untuk membuatmu stres," kata Jennie seolah dia tahu arti wajah Lisa. "Ngomong-ngomong, bisakah kita memesan makanan sekarang? Aku kelaparan." Dia menambahkan dengan wajah memohon.
"Hah? Oh, maaf aku lupa." Lisa terkekeh, lalu berjalan ke telepon yang ada di kamar itu dan menelepon layanan kamar.
"Halo, layanan kamar? Bisakah aku memesan makanan ke kamar ku? Oke .. aku mau…"
Jennie menatap punggung Lisa, bibirnya membentuk garis senyuman saat merasakan jantungnya berdegup kencang. Ah, apa yang harus ku lakukan agar kau memilih ku, Lisa? Batinnya.
****
JENNIE POV
"Jennie…. Aku sudah siap untuk bicara."
Dan di sinilah aku dan Lisa sekarang, kami duduk bersebelahan di tempat tidur. Aku gugup setengah mati, wajah Lisa yang terlihat begitu serius dan ruangan yang hening, membuatku semakin gugup. Ini adalah momen yang menentukan, siap atau tidak, aku harus bisa menerima kenyataan nanti, apakah ini akan berakhir menyakitkan atau bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Leave (JENLISA) ✔️
FanficAku menerima semua rasa sakit, aku merelakan hatiku terluka berkali-kali hanya agar aku tetap bisa berada disampingmu, aku tak peduli dengan diriku sendiri, aku mencintaimu dan akan selalu seperti itu. Katakan saja aku bodoh, tidak apa-apa tapi itu...