Pagi hari dikamar bernuansa hitam dan putih, seperti biasa jika Rey dan Sheila tidur bersama mereka akan susah di bangunkan, tapi untuk kali ini Tiara biarkan karena hari ini tanggal merah yang artinya sekolah libur.
Pukul setengah delapan Sheila baru bangun dari tidurnya, ia melirik ke arah kiri dimana sahabat tampannya masih menutup mata.
Tanpa mau mengganggu sahabatnya tertidur Sheila turun dari kasur dengan pelan ia mayibak selimut lalu keluar kamar tanpa mengusik ketenangan tidur Rey.
Di ruang keluarga rumah Rey Sheila melihat Tiara dan Dino sedang menonton televisi dengan Dino yang tiduran di paha Tiara, ide jahil Sheila pun muncul ia tersenyum dahulu sebelum melancarkan aksinya.
"Bunda!" Teriak Sheila dari samping kiri Tiara sembari memeluk leher sang Bunda hingga Dino terjatuh karena kaget.
"Kebiasaan kalo Papa lagi berdua sama Bunda kamu dateng." Ucap Dino bangkit dari jatuhnya memberi tatapan permusuhan pada anak sahabat sekaligus tetangganya.
Sheila tak memperdulikan ocehan Dino ia malah asik bergelayut manja pada Tiara.
"Eh la? Rey mana?" Tanya Tiara saat tak menemukan batang hidung anak tunggalnya.
"Masih tidur Bun dia kebo banget kalo tidur ish." Adu Sheila pada Tiara.
Tiara hanya tertawa mendengar omelan Sheila, sedangkan Dino masih di tempat yang sama dengan tatapan yang sama.
"Papa kenapa si? Sirik ya liat Lala sama Bunda?" Tanya Sheila dengan nada mengejek.
Dino berdecih sebelum akhirnya ia bangkit dan meninggalkan kedua perempuan yang sedang menahan tawanya.
Beginilah jika Sheila disatukan dengan kedua orang tua Rey, bahkan Rey bisa terlupakan jika ada disana.
Tak lama setelah Dino meninggalkan ruang keluarga Sheila melihat Rey yang sedang menuruni tangga dengan wajah yang terlihat baru bangun dari tidurnya.
"Eh anak bunda yang satu ini udah bangun." Ucap Tiara saat Rey mendudukkan diri di sebelah kanan Tiara.
"Sarapan sana kalian berdua." Titah Tiara yang langsung dilaksanakan oleh kedua remaja berbeda jenis itu.
Lima belas menit kemudian Sheila dan Rey sudah selesai dengan sarapannya mereka berdua duduk di ruang keluarga sembari menonton televisi, tak lupa cemilan di pangkuan Sheila dan Rey yang tiduran menjadikan paha Sheila sebagai bantalnya, jangan lupakan tentang kebenaran Sheila dan Rey belum mandi sampai saat ini.
Saat sedang asik dengan televisi dan cemilannya ponsel Sheila yang ia taruh di meja berbunyi lalu menyala menandakan ada pesan masuk.
Sheila mencondongkan badannya berniat mengambil ponselnya namun tangan besar mendahului kegiatan untuk mengambil ponselnya.
"Rey ish!" Sheila menjitak dahi Rey tanpa perasaan.
"Diem." Ucap Rey dengan tangan yang masih sibuk menari di keyboard ponsel milik Sheila.
Setelah selesai dengan kegiatannya Rey mengembalikan ponsel Sheila ketempat semula.
"Dari siapa?" Tanya Sheila tanpa melihat kearah Rey.
"Mama." Jawab Rey cuek
"Kenapa?" Tanya Sheila lagi kali ini ia menunduk agar bisa melihat wajah tampan sahabatnya.
"Dia nanya ada dimana dari semalem belom pulang." Jawab Rey mendongakkan kepala.
"Oh iya gue belum mandi." Sheila menepuk jidatnya sampai tak sadar ia berdiri dan kepala Rey membentur sofa. Huh untung Sofanya empuk jika tidak? Wah wah bagaimana dengan nasib Rey?
Tanpa mengatakan apapun atau merasa bersalah Sheila langsung berlaru meninggalkan kediaman rumah sahabatnya.
Tiga puluh menit kemudian Sheila sudah siap dengan baju rumahnya, ia merebahkan diri di kasur empuk yang ia tinggal semalaman.
Tadi saat ia sampai di rumah Sheila langsung di cecar beberapa pertanyaan dari sang Mama padahal ia yakin tanpa bertanya pun sang Mama tau ia dimana itu hanya di lakukan agar terlihat khawatir. Padahal Sheila sudah tau bahwa Mamanya tau jika ia berada di rumah Rey, ah Mamanya itu pandai bersandiwara tapi setelah Andira bertanya ini dan itu ia tetap tertawa, loh kenapa? Ya gitu. (Pusing ga si? Intinya cuma pura pura khawatir gitu padahal udah tau anaknya di rumah Rey-author)
Kemunculan sosok pria berhoodie hitam membuat atensi Sheila teralihkan. Lelaki itu mendudukkan diri di samping Sheila menyenderkan punggungnya ke senderan ranjang.
Keduanya tak menciptakan obrolan apapun hanya ada keheningan di kamar bernuansa abu abu itu, sampai erangan dari Sheila membuat Rey menoleh kearah Sheila dengan cepat.
"La lo kenapa?" Tanya Rey dengan nada paniknya.
"Arghh sakit banget perut gue Rey!" Ucap Sheila sembari menjambak rambut hitam legam milik Rey.
"Aish sakit La." Rey meringis dengan tangan yang berusaha melepas cengkraman tangan Sheila di rambutnya.
Akhirnya setelah usaha usaha yang Rey lakukan cengkraman tangan Sheila pun akhirnya terlepas dari rambutnya, tapi erangan Sheila makin menjadi membuat Rey bingung harus melakukan apa.
"Rey liat di lemari ada pembalut ga" ucap Sheila sembari menahan sakit di perutnya.
Rey melotot kaget sebelum akhirnya ia melangkah mendekati lemari yang Sheila maksud, saat ia membuka lemari ia tak menemukan benda yang di maksud Sheila ia melirik ke arah Sheila dengan was was perasaannya mulai tak enak, ah sepertinya niat untuk bermain di rumah Sheila adalah kesalahan.
Rey berjalan dengan langkah gontai, ia mendekati sahabatnya yang masih meringis di kasur sebenarnya ia tak tega tapi ia bingung harus melakukan apa.
"Ada ga Rey?" Tanya Sheila membalikan badannya menjadi terlentang.
"Ga ada." Ucap Rey sembari menggelengkan kepalanya.
"Aish, Lo beliin sana Rey ke supermarket depan komplek." Titah Sheila dengan muka melas dan pucat nya.
Rey membeku ditempat, ya meskipun ini bukan kali pertama ia membelikan Sheila pembalut tapi tetap saja rasanya ia malu, belum lagi penjaga kasirnya adalah perempuan. Ah sudahlah, ikhlaskan nasib mu Rey.
Tanpa mengatakan apapun Rey langsung keluar dari kamar Sheila, mengambil motor di rumahnya lalu pergi ke supermarket depan komplek.
Lima belas menit kemudian Rey sudah sampai, ia membuka pintu kamar Sheila dengan tangan kanan yang menjinjing plastik berwarna putih, memberikan plastik itu kepada Sheila sebelum akhirnya ia memilih untuk bermain game dan Sheila pergi ke kamar mandi.
Lima menit berlalu Sheila keluar dari kamar mandi dengan muka yang lebih fresh dari beberapa menit sebelumnya. Sheila membaringkan tubuhnya di samping Kanan Rey, memang wajahnya sudah tak pucat namun rasa sakit di perutnya masih terasa sampai tak sadar ia meremas tangan Rey yang terbebas dari ponsel.
Rey menoleh ke arah Sheila melihat wajah kesakitan sahabatnya bukan hanya sekali dua kali Rey melihat ini namun tetap saja Rey tak tega melihat wajah Sheila seperti itu.
Rey mendekatkan dirinya pada diri Sheila menjadikan tangan nya sebagai bantalan Sheila menyibak kaus Sheila sedikit lalu mengelus perut sahabatnya.
Perlahan lahan sakit yang di rasakan oleh Sheila hilang hingga ia tertidur dengan posisi tangan Rey dengan bantalnya, merasa tak ada pergerakan Rey menunduk melihat sahabatnya yang sudah terlelap ke alam mimpi, ia menarik bibirnya membentuk senyuman kecil mencium pucuk kepala Sheila sebelum mengikuti Sheila ke alam mimpi.
Jam menunjukkan pukul setengah lima sore Rey melihat Sheila yang masih terlelap ia berniat untuk pulang namun sepertinya pergerakan yang ia lakukan membuat Sheila terbangun.
"Rey gue mau nginep lagi di rumah Lo ya." Ucap Sheila dengan puppy eyes nya, Rey hanya berdehem sebagai jawaban.
Kelewat girang Sheila langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya sebelum ke rumah Rey.
Haiiii aku kembali!!!
Gimana part ini? Baper ga sama Rey? Siapa yang mau punya sahabat kaya Rey?
Ayo vote dan komen sebanyak banyaknya!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Temen Apa Temen✔️
RomansReyhan Putra Prawira sosok cowo dingin yang mempunyai sahabat perempuan bernama Sheila Fitri Winata jika Rey sangat diam berbeda dengan Sheila yang tak mau diam. Kisah ini rumit dimana perasaan menyukai terhalang oleh status 'sahabat' yang mereka sa...