Setibanya di sekolah seperti biasa Rey dan Sheila akan berjalan bersama, bahkan sampai saat ini Sheila masih terheran heran dengan sikap Rey beberapa menit yang lalu.
Sebenarnya Rey ini kenapa? Jika di ingat ingat ini bukan hari ulang tahun Rey meskipun ini hari ulang tahun nya Sheila yakin Rey tak akan peduli.
Demi apapun memikirkan alasan kenapa tingkah Rey aneh pun sudah membuat kepala Sheila seperti mau meledak.
Sesampainya di kelas Rey memilih bermain game nya mengabaikan Sheila yang sedang menatapnya aneh.
"Rey." Panggil Sheila pada Rey yang sedang sangat fokus pada game di ponsel nya.
Rey hanya menatap Sheila beberapa detik sebelum ia kembali menatap ponselnya.
"Lo kenapa si? Aneh banget hari ini." Tanya Sheila untuk kesekian kalinya.
"Gpp, kenapa emang gue?" Tanya Rey balik yang hanya di balas gelengan kepala oleh Sheila.
Tak lama dari itu guru yang mengajar di IPA 1 akhir nya masuk, kelas yang tadinya sangat ramai seketika menjadi sunyi mengingat guru yang masuk termasuk guru killer.
Seperti biasa pelajaran di mulai dengan lancar sampai akhir. Setelah seharian penuh mereka berpusing pusing dengan mata pelajaran sekarang waktu nya pulang.
Kali ini keenam remaja yang biasa nya berdiam diri di kelas tengah berjalan menuju parkiran meskipun masih ramai siswa lain nya, ntah apa yang membuat mereka memutuskan untuk langsung menuju parkiran ketimbang menunggu sepi seperti biasa nya.
Ditengah tengah perjalan mereka tiba tiba ponsel milik Rey berbunyi, Rey menghentikan langkahnya yang otomatis di ikuti oleh yang lain nya.
"Hallo." Sapa Rey pada orang diseberang telfon.
"..."
"Ga bisa lo sendiri aja nanti gue temuin di tempat biasa oke." Ucap Rey membuat teman teman nya terheran siapa yang menelfon Rey?
"..."
Bip!
Telfon dimatikan secara sepihak oleh Rey, karena Sheila ingin tau siapa yang menelfon sahabat nya akhirnya ia memutuskan untuk langsung bertanya.
"Siapa Rey?" Tanya Sheila yang sudah berdiri di samping Rey.
"Dita." Jawab Rey singkat yang membuat Sheila terpaku di tempatnya.
Sadar Sheila tak ada di sebelahnya, Rey berhenti lalu menoleh ke belakang apa yang ia rasakan ternyata benar Sheila masih terdiam.
Sheila tersentak karena ada tangan besar yang menarik nya, ah tangan itu milik Rey ternyata.
Keadaan di mobil Rey kali ini sangat hening Sheila yang biasa nya terus mengoceh kini hanya diam. Jika tadi pagi Sheila yang di buat terheran heran oleh sikap Rey maka kali ini kebalikannya.
Saat sesampainya di depan rumah Sheila ia tak mengatakan apapun pada Rey, ia hanya berlalu tanpa memperdulikan Rey yang sedang bertanya tanya tapi ia tetap Rey maka dari itu Rey memilih untuk memasukkan mobil nya ke dalam garasi rumah.
Seperti biasa keadaan rumah Sheila akan sepi jika ia pulang, Sheila berjalan dengan lesu ke arah kamar nya.
Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur menghela nafas berkali kali, bukan kah ini salah? Mengapa ia selalu merasa sedih dan tak terima jika mengingat Rey sudah memiliki kekasih?
Sadar Sheila Rey punya cewe Lo ga boleh gini. Ucap Sheila pada diri nya sendiri.
Baru saja ia berniat untuk memejamkan matanya tetapi ketukan pintu balkon membuat nya kembali bangun, tanpa melihat nya lebih dulu Sheila sangat yakin bahwa itu adalah Rey.
"Lo kenapa si?" Tanya Rey langsung pada saat pintu baru terbuka.
Sheila yang bingung pun hanya bisa menautkan alisnya.
"Lo tiba tiba diem tadi gue bikin salah?" Ya ini Rey manusia es yang akan mencair jika bersama matahari nya.
"Engga. Lo mah gue diem salah gue banyak tingkah salah juga." Rajuk Sheila menutupi perasaan aneh di dirinya.
"Tapi diem nya Lo beda." Ucap Rey karena masih tak puas dengan jawaban Sheila.
"Beda gimana si Rey? Udah sana pergi, Lo mau ketemu Dita kan? Nanti dia nunggu lagi. Sana sana pergi, hus!" Usir Sheila sembari mendorong dorong punggung tegap milik sahabatnya.
Tak mau berdebat Rey memutuskan untuk langsung pergi dari balkon kamar sahabat kecil nya.
Sesampainya di taman yang biasa nya ia kunjungi bersama Dita, Rey langsung melangkah ke arah seorang wanita yang sedang duduk di kursi.
Tanpa basa basi Rey langsung duduk di sebelahnya membuat wanita yang sedang melamun terperanjat kaget.
"Aku kira kamu ga akan dateng." Ucap Dita tanpa melihat sang pacar.
"Aku udah minta kamu kesini masa ga dateng." Ucap Rey dengan senyum nya.
Dita yang mendengar ucapan Rey hanya bisa tersenyum kecil, Rey yang merasa ada yang tak beres dengan kekasihnya berinisiatif untuk bertanya.
"Kenapa?" Tanya Rey tanpa basa basi.
"Gpp, cuma kadang aku iri aja sama Sheila dia bahkan cuma temen kamu tapi dia lebih sering liat muka kamu di banding aku, dia bisa ketemu kamu kapan pun dia mau. Sedangkan aku? Seminggu sekali aja susah Rey."
Rey yang mendengar ucapan dari kekasihnya hanya bisa diam, ia tak bisa membantah karena yang ia ucapkan memang benar, tapi mau bagaimana lagi? Bukankah Sheila memang sahabat nya dari kecil dan sekarang ia yang bertanggung jawab jika kedua orang tua Sheila tak ada di rumah nya.
"Tapi dia bukan cuma sekedar temen dia sahabat aku." Ucap Rey.
"Oke dia sahabat kamu aku tau dia bahkan udah ada jauh sebelum aku kenal kamu, tapi haruskah berlebihan gini?" Tanya Dita yang sudah sedikit meninggikan suaranya.
"Berlebihan?"
"Apa ga berlebihan kamu sama Sheila sekarang? Kamu bahkan tidur bareng dia, berangkat dan pulang sekolah selalu sama dia, apa apa sama dia. Pernahkah kamu kaya gitu ke aku? Engga Rey! Kamu jemput dan anter aku ke sekolah aja jarang, oke aku tau kamu pacar aku bukan supir aku tapi kan aku juga mau berangkat bareng Rey." Ucap Dita yang semakin meninggikan suaranya.
"Kenapa kamu baru mempermasalahin ini sekarang? Kita pacaran udah hampir setahun kamu bukan nya tambah ngerti sama sikap aku tapi malah tambah aneh tau ga." Rey yang sedikit tersulut emosi juga ikut meninggikan sedikit suaranya.
"Karena aku cape Rey! Setiap aku minta ketemu kamu pasti alesan kamu adalah Sheila. Pacar kamu tu aku bukan dia! Kalo emang kamu sama dia cuma sahabat ya jalanin aja gimana mestinya sahabat jangan berlebihan gini!"
"Kalo emang dari awal kamu ga bisa nerima kehadiran Sheila harus nya kamu ga nerima aku Dit." Ucapan Rey membuat Dita diam.
"Aku pulang duluan, kamu tenangin diri sendiri aja dulu jangan pulang terlalu malam oke." Ucap Rey sebelum beranjak dari tempat duduk nya.
Dita yang mendengar ucapan Rey hanya bisa diam, tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Dita hingga bayangan Rey sudah hilang.
Yang ada di fikiran Dita sekarang adalah "mereka berdua benar benar hanya sahabat kah? Kenapa Rey sangat membela Sheila?"
Demi apapun semua kata kata dari teman teman nya tentang tak ada persahabatan murni antara laki laki dan perempuan membuat Dita berfikir yang macam macam tentang mereka.
Di lain tempat Rey sedang mengendarai mobil nya dengan kecepatan sedang, sampai saat ini ia tak habis fikir mengapa pacar nya membawa bawa Sheila dalam hal ini, ia meninggalkan Dita di taman sendirian itu hal yang benar kah? Tapi ntahlah Rey sepertinya enggan untuk memutar balikan mobil nya ia tetap berjalan lurus menuju rumah nya.
Haiiii aku kembali!!!!
Apa kabar kalian semua?
Gimana part ini? Menurut kalian Rey salah ga ninggalin Dita?
Update nya kelamaan ya? I'm sorry
Di usahain update nya bakal lebih cepet lagi.
Jangan lupa untuk vote dan komen sebanyak banyak nya karena vote dan komen dari kalian adalah semangat ku!!!
Stay healthy and always happy everyone !!
KAMU SEDANG MEMBACA
Temen Apa Temen✔️
RomanceReyhan Putra Prawira sosok cowo dingin yang mempunyai sahabat perempuan bernama Sheila Fitri Winata jika Rey sangat diam berbeda dengan Sheila yang tak mau diam. Kisah ini rumit dimana perasaan menyukai terhalang oleh status 'sahabat' yang mereka sa...