Tak sampai tiga puluh menit Rey sudah sampai di pekarangan rumah nya, tapi seperti biasa ia harus mengunjungi rumah sahabat nya terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah.
Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu Rey langsung masuk ke dalam kamar teman kecil nya, Sheila yang baru keluar dari kamar mandi terperanjat kaget karena Rey yang sudah merebahkan diri di kasur milik nya.
"Cepet amat lo ketemu Dita nya." Ucap Sheila sembari mengeringkan rambut nya menggunakan hair dryer.
"Ngapain lama lama." Jawab Rey dengan santai.
"Gila Lo ya giliran di rumah gue berjam jam kadang ga sampe pulang giliran ketemu pacar Lo ogah ogahan."
"Ya kan Lo beda sayang." Ucap Rey yang masih terfokus dengan film yang ia tonton.
Sheila yang mendengar kata 'sayang' terlontar dari mulut Rey hanya bisa terdiam, seketika ia ingat pertengkaran Rey dengan pacar nya.
Bagaimana Sheila tau? Ia hanya tak sengaja melihat mereka di taman tadi, ah ia jadi tak enak hati pada Dita selama ini ia sudah keterlaluan kah kepada Rey?
Sheila menatap sahabatnya nya yang masih fokus pada film nya, tiba tiba fikiran untuk menjauh dari Rey terlintas di otak nya.
Apa alasan yang pas untuk mengakhiri ini semua? Bisakah ia jauh jauh dengan teman masa kecil nya? Tapi ia harus sadar bahwa sekarang Rey sudah memiliki kekasih.
Tanpa Sheila sadari Rey memperhatikan gerak gerik nya.
"Kenapa?" Tanya Rey membuat Sheila yang sedang melamun terperanjat kaget.
"Rey." Panggil Sheila mengabaikan pertanyaan nya.
Rey hanya melirik sebagai jawaban.
"Gue terlalu banyak ngambil waktu Lo ya, harus nya gue sadar kalo sekarang Lo ga cuma punya gue tapi juga punya Dita gue egois kan?" Ucap Sheila yang membuat Rey mengerutkan keningnya karena tak paham apa yang Sheila maksud.
"Maksud gue kaya tadi yang gue bilang Lo bisa lama lama sama gue sedangkan sama pacar Lo ga sampe berjam jam gitu, apa semua ini adil buat Dita sebagai pacar Lo Rey?" Perjelas Sheila yang paham arti wajah Rey.
"Dia cuma pacar gue bukan istri gue." Jawab Rey acuh tak acuh.
"Tapi seengganya Lo hargain dia Rey." Ucap Sheila dengan nada yang meninggi.
Rey semakin heran dengan sikap teman nya, dari kapan Sheila mempersalahkan ini? Bukan kah jawaban nya benar? Dita hanya pacar nya bukan istri nya. Salah kah dia lebih banyak waktu bersama sahabatnya di banding dengan pacar nya?
"Lo kenapa si sebenernya?" Tanya Rey yang berusaha tak ikut terpancing emosi.
"Lo boleh temuin gue kapanpun lo mau tapi seengganya kalo lo lagi sama Dita usahain semua waktu lo buat dia. Kalo Dita bilang lo terlalu banyak waktu sama gue berarti Dita cemburu lo paham ga si Rey?" Ucap Sheila dengan nada yang makin meninggi.
Rey makin di buat bingung oleh Sheila, kenapa pembahasan ini seperti pembahasan Dita tadi? Tak mungkin kan Sheila tau jika ia bertengkar dengan Dita?
"Kenapa lo bisa mikir kalo Dita cemburu sama Lo?"
"Cewe mana yang mau cowo nya lebih banyak waktu sama temen nya dari pada sama pacar nya?"
"Gue ga paham maksud lo."
"Gue cuma minta, mulai sekarang lo jangan terlalu deket sama gue Rey, gue tau gue temen lo tapi Dita pacar Lo, dia pasti ga suka kalo Lo terlalu deket sama gue. Maaf karena gue kaya gini tapi sebagai cewe gue ngerti apa yang dia rasain. Lo bisa pulang sekarang Rey." Ucap Sheila sebelum meninggalkan Rey sendirian di kamar nya.
Rey yang mendengar ucapan Sheila hanya bisa diam, ia sedang mencoba memahami apa yang ia maksud. Ini bukan berarti ia tak bisa menemui Sheila lagi kan? Kenapa rasanya sangat sakit saat Sheila mengucapkan kata kata itu?
Dengan langkah yang berat akhirnya Rey melompati pagar balkon kamar Sheila untuk sampai ke kamar nya sendiri.
Di lain sisi Sheila sedang terdiam di taman belakang rumah nya, salah kah ia mengucapkan itu? Mengapa rasa nya sangat sakit padahal ia yang mengucapkan itu.
Ia yakin ia tak salah ia hanya mau Rey lebih banyak waktu dengan pacar nya, ia yakin jika ia sendiri yang berada di posisi Dita pasti sangat menyakitkan.
Keesokan harinya Sheila memilih untuk pergi ke sekolah sendiri, ia berangkat pagi pagi agar tak bertemu dengan Rey.
"Assalamualaikum Mama." Salam Rey pada Andira yang sedang membereskan meja makan.
"Waalaikumsalam, loh ko kamu masih disini Rey?" Tanya Andira yang heran.
"Emang harus nya dimana?"
"Sheila udah berangkat dari tadi Mama kira dia berangkat sama kamu." Jelas Andira yang melihat wajah bingung Rey.
Rey yang mendengar kata kata Andira ia langsung berlari keluar dari rumah Sheila tanpa mengucapkan apapun, Andira yang bingung hanya bisa diam melihat Rey yang berlari.
"Mereka kenapasi? Berantem apa?" Tanya Andira pada dirinya sendiri.
Meninggalkan Andira yang sedang bingung dengan sikap anak nya, sementara itu Rey sedang mengendarai mobil nya dengan kecepatan tinggi.
Ini kah maksud Sheila untuk tak terlalu dekat dengan nya? Tapi bukan berarti ia tak boleh pergi ke sekolah bersama kan? Dan satu lagi mengapa ucapan Sheila hampir sama dengan apa yang di ucapkan Dita sewaktu mereka bertemu.
Sesampainya di sekolah Rey langsung berlari ke arah kelas nya tak memperdulikan tatapan orang orang pada nya, yang ada di fikiran nya sekarang adalah bertemu dengan Sheila.
Ia sudah berada di kelas nya sekarang tapi mana Sheila? Mengapa sahabat nya tak ada di kelas? Ia akhirnya bertanya pada perempuan di kelas nya yang ia sendiripun tak tau siapa nama nya.
Setelah mengetahui dimana keberadaan Sheila ia kembali berlari, huh mengapa Rey sangat takut pada saat Sheila tak ada di kelas? Di tambah lagi tadi ia melihat tas Sheila bukan di bangku yang biasa Sheila tempati. Pertanyaan pertanyaan begitu banyak yang muncul di otak Rey sekarang ini.
Akhir nya setelah lama ia terus berlari dan dengan bodoh nya ia lupa bahwa sekolah ini di fasilitasi lift, Rey sampai di rooftop. Dengan nafas yang tersenggal senggal ia membuka pintu dengan hati hati.
Niat awal nya untuk bertemu dan bertanya pada Sheila seketika musnah ketika melihat sahabatnya sedang berada di dekapan lelaki lain. Posisi Sheila yang memunggungi pintu tak bisa melihat Rey yang sedang terdiam di daun pintu.
Perlahan tapi pasti Rey melangkahkan kakinya menjauhi Sheila, seperti ada yang salah pada diri nya sendiri, mengapa rasa nya begitu menyakitkan? Seperti ada ribuan pisau yang menusuk ah tidak itu terlalu lebay bagi Rey.
Dengan langkah yang gontai Rey terus berjalan tanpa memperdulikan sekitar, baju yang awal nya masih masuk ke dalam celana sekarang sudah ntah berbentuk apa, rambut yang biasa nya tertata dengan rapih pun kini berantakan jangan lupakan keringat yang membasahi pelipis nya.
Sebegitu pentingnya kah Sheila untuk Rey? Sampai sampai seorang Rey yang terkenal dingin dan tak perdulian berlari dari lantai dasar hanya untuk bertemu dengan Sheila. Mari kita balikkan jika Dita yang berada di posisi Sheila sekarang akankah ia berbuat seperti ini juga?
Di lain sisi ada Sheila yang masih setia memeluk Kenzo, apa yang perlu di jelaskan mengapa Kenzo bisa berada di rooftop bersama Sheila dan memeluk nya? Siapa yang akan menjelaskan? Karena pelakunya sendiri pun tak tau. Sheila hanya merasa ingin menangis dan Kenzo datang di waktu yang tepat. Apalagi yang ingin kalian ketahui? Alasan Sheila menangis? Sheila sendiri saja bahkan tak tau alasan nya menangis tapi yang pasti menjauhi Rey seperti apa yang ia inginkan bukan lah perkara yang mudah.
Haiiii aku kembali!!!!
Adakah yang masih nunggu cerita ini?
Kalian tim siapa? Rey Sheila? Rey Dita? Sheila Kenzo? Hayoo tim mana nih?
Kira kira Sheila bakal berhasil ga jauhin Rey?
Terus vote dan komen sebanyak banyak nya!!!!
Stay happy and always healthy guyss!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Temen Apa Temen✔️
Storie d'amoreReyhan Putra Prawira sosok cowo dingin yang mempunyai sahabat perempuan bernama Sheila Fitri Winata jika Rey sangat diam berbeda dengan Sheila yang tak mau diam. Kisah ini rumit dimana perasaan menyukai terhalang oleh status 'sahabat' yang mereka sa...