35. Takut

1.9K 105 3
                                    

Setelah selesai dengan acara ulang tahun Alifa dan Tasya yang sebenarnya telat, akhirnya mereka pulang kembali ke rumah masing masing termasuk Rey yang memilih untuk pulang.

Kini tinggal Sheila sendiri di rumahnya, sudah selesai mandi dan yang lain nya Sheila memilih untuk menonton film di laptop nya.

Dengan berani Sheila menonton film horor seakan lupa bahwa kali ini ia sedang di rumah sendiri.

Hingga pertengahan film Sheila masih menikmati nya karena setan nya belum muncul, tapi pada saat setan nya mulai bermunculan satu persatu saat itu juga Sheila merasa takut.

Sheila mengakhiri film nya yang belum selesai karena ketakutan nya semakin menjadi. Ia haus namun tak berani kebawah dan lupa membawa minum, Sheila memilih merebahkan badan nya berniat untuk tidur tapi bayangan bayangan setan yang ada di film itu terus menerus berkeliaran di otak Sheila.

Baiklah Sheila menyesal karena memilih menonton film horor, karena tak ada pilihan lain akhirnya Sheila menelfon Rey.

"Hallo Rey." Ucap Sheila dengan nada gemetar yang membuat Rey mengernyit heran di sebrang sana.

"Kenapa?" Tanya Rey karena bingung mengapa nada suara Sheila seperti ketakutan.

"Gue takut Rey."

Ucapan Sheila membuat Rey menegang di tempat nya, tanpa mengatakan apapun Rey langsung mematikan telfonnya dan meloncat ke balkon kamar Sheila.

Sheila yang kesal karena Rey mematikan telfonnya secara tiba tiba mendadak ketakutan kembali karena melihat bayangan dari arah balkon nya, demi apapun Sheila sangat takut kali ini.

Suara ketukan pintu balkon membuat Sheila yang sedang ketakutan menjadi semakin takut, keringat dingin sudah membanjiri badan nya Sheila ingin menangis saja rasanya.

"LA BUKA INI GUE." Teriak seseorang dari luar membuat ketakutan Sheila berkurang.

Dengan cepat Sheila langsung lompat dari kasurnya dan membukakan pintu untuk Rey. Tanpa berkata sepatah katapun Sheila langsung memeluk Rey dengan erat, membuat Rey sedikit sesak.

"Lo takut kenapa?" Tanya Rey pada Sheila yang masih berada dalam pelukannya.

Sheila menceritakan semua kejadian nya dari awal sampai akhir dengan posisi masih memeluk Rey dengan erat, Rey yang mendengar cerita teman nya hanya bisa tercengang, jadi hanya ini alasan yang membuatnya harus repot repot meloncati balkon? Sungguh ingin rasanya Rey membuang Sheila saat ini juga.

Dengan perlahan Rey melepaskan pelukannya dari Sheila, ia menatap bola mata Sheila yang menyiratkan bahwa Sheila memang sedang benar benar ketakutan, ia menghela nafas panjang sebelum akhirnya menggiring Sheila menuju ranjang.

"Sekarang Lo tidur ada gue disini jangan takut." Ucap Rey menenangkan.

"Tapi Lo jangan kemana mana." Peringat Sheila sebelum ia membaringkan tubuhnya.

Rey hanya mengangguk sebelum akhirnya ikut membaringkan diri di sebelah sahabat nya. Ia mengusap kepala Sheila dengan lembut sampai sampai Sheila melupakan ketakutannya dan berangsur tidur dengan nyaman.

Keesokan paginya Rey bangun terlebih dahulu ia melihat jam yang masih menunjukkan jam 05.30 ia membangunkan Sheila agar teman nya bisa bersiap, sungguh ia malas jika harus menunggu Sheila bersiap untuk ke sekolah meskipun Sheila tak banyak memakai make up atau apapun itu tapi tetap saja yang nama nya perempuan akan lama jika bersiap.

Sheila mendudukkan dirinya di kasur sembari melihat Rey yang berjalan menuju balkon kamar untuk pulang, terkadang Sheila heran mengapa Rey lebih memilih untuk meloncati balkon daripada lewat pintu depan.

Setelah tubuh tegap Rey sudah tak terlihat lagi akhirnya Sheila memilih untuk mandi, karena untuk hari ini ia malas berdebat dengan Rey hanya karena ia lama untuk bersiap.

Lima belas menit kemudian Sheila sudah rapih. Ia menuruni tangga sembari memainkan ponsel nya, tanpa sadar ada seseorang yang sedang duduk di kursi. Sheila mengambil susu yang sudah tersedia di meja, hanya beberapa detik susu itu sudah tandas ia minum.

Saat ia menyimpan gelas kosong di meja ia baru menyadari ada yang aneh, siapa yang membuat susu? Sheila mendongakkan kepalanya kali ini raut wajah Sheila berganti dengan wajah gembira kedua orang tuanya yang sudah lama tak pulang akhirnya pulang juga.

Tanpa basa basi Sheila langsung memeluk Papa nya yang sedang duduk di kursi, saat tengah asik berpelukan tiba tiba ada suara deheman seorang wanita dari arah dapur yang membuat atensi Sheila teralihkan.

Ia berlari menuju Mama nya dan berhambur memeluk Mama nya juga, sungguh ia sudah lama tak melihat wajah kedua orang tuanya.

"Mama sama Papa kapan pulang? Ko Lala ga tau?" Tanya Sheila saat mereka sudah duduk dan memakan sarapan.

"Tadi malem kita dateng, waktu kita buka pintu kamer kamu udah tidur berdua sama Rey." Jelas sang Papa yang membuat Sheila malu, meskipun Sheila sudah sering seperti itu tapi tetap saja ia merasa malu jika di ceritakan.

Saat mereka sedang sarapan dengan tenang tiba tiba ada yang membuka pintu rumah Sheila dengan keras yang membuat mereka bertiga kaget.

Mereka langsung berlari ke arah depan ingin melihat siapa yang membuka pintu dengan tidak santai, ternyata ada Rey yang sedang berdiri dengan wajah kaget nya.

"Rey lo kenapa si? Santai dong buka pintu nya!" Tanya Sheila dengan nada geram sekaligus heran dengan tingkah sahabatnya.

"Eh Mama sama Papa kapan pulang?" Tanya Rey tak memperdulikan pertanyaan Sheila tadi.

"Malem kami nyampe sini. Kamu kenapa Rey buka pintu nya kaya orang kesurupan?" Kali ini Papa Sheila yang bertanya pada Rey.

"Hehe gpp si Pa gabut aja." Jawab Rey dengan wajah tanpa dosa nya.

Sheila yang melihat tingkah Rey hanya bisa melongo. Ini teman nya kah? Rey si kulkas berjalan? Terbentur apa kepala dia tadi sebelum ke rumah nya?

"Rey udah sarapan?" Kali ini Mama Sheila yang angkat suara.

"Udah Ma tadi sebelum kesini sarapan dulu." Jawab Rey dengan senyum nya.

Sungguh Sheila sangat penasaran apa yang terjadi pada sahabatnya, sejak kapan Rey menjadi seperti ini? Sewaktu pulang tadi ia jatuh kah? Ah memikirkan nya saja membuat Sheila seperti orang gila.

"Berangkat kuy La." Ajak Rey pada Sheila yang masih diam memikirkan tingkah Rey yang aneh.

"Ah ayo."

"Ma Pa kita berangkat dulu ya." Pamit Rey sembari mencium punggung tangan Mama dan Papa Sheila yang diikuti oleh Sheila.

Saat memasuki mobilpun Rey masih tetap mengembangkan senyumnya meskipun tipis, demi apapun Sheila merinding kali ini.

"Lo kenapa si Rey? Kek orang gila senyum senyum gitu merinding gue." Tanya Sheila yang sudah sangat penasaran dengan tingkah sahabatnya.

"Ga." Jawab Rey dengan cuek dan akhirnya senyuman tipis itu hilang entah kemana.

Lagi dan lagi Sheila dibuat heran dengan Rey, tapi tak apa lebih baik Rey menjadi kulkas delapan pintu daripada harus menjadi Rey beberapa menit yang lalu.













Haiiii aku kembali!!!!
Gimana part ini? Makin sini makin gaje kan? Aku kasi yang sedikit uwu sebelum akhirnya akan ada 'sesuatu'.
Cuma mau bilang Sabtu depan kaya nya ga bisa update karena lagi PTS, kalian ada yang sama? Kalo sama Fighting!!! Semoga nilai nya memuaskan!!!
Tetap bahagia dan tetap semangat!!!
Jangan lupa vote dan komen sebanyak banyak nya!!!!

Temen Apa Temen✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang