8. Pelabuhan

6K 736 46
                                    

"Mba Vira, kok tumben sepi ini ruangan?" tanya Gema sembari mengedarkan pandangan ke ruangan tersebut. Sedangkan perempuan yang berada di seberang terbatasi meja sedang menatap layar komputer dengan tangan tangan mengerjakan mouse.

"Lagi dikumpulin sama Mas Er, Gem."

Gema manggut-manggut sembari melipat kedua tangannya di atas meja. Perempuan itu sekarang sedang di ruang sekretaris untuk mencocokkan beberapa data dan konfirmasi jumlah outsource di departemen yang Gema pimpin.

"Jadi, masih kurang sekitar sepuluh OS ya, Gem?" tanya Vira yang balas anggukan oleh Gema. Vira terlihat menscrool lagi sebelum akhirnya suara printer terdengar.

Perempuan itu meraih kertas tersebut dan memberikannya kepada Gema.

"Sementara pakai OS yang ini dulu ya. Aku udah masukin nama-namanya juga ke drive departemen kamu sama udah ku kirim juga ke Mas Esan. Kalau ternyata nggak berjalan, nanti laporan aja."

Gema meneliti nama-nama yang berjejer di kertas tersebut lalu mengangkat wajahnya. "Tapi ini orang-orang udah diACC sama People and Culture kan, Mba?" tanya Gema sembari melirik kertas tersebut.

Vira mengangguk. "Udah, Gem. Itu sepuluh orang prioritas pertama. Besok harusnya udah bisa kamu serahin ke ACS, karena siang ini dari PC akan hubungi mereka dulu."

Gema manggut-manggut dan membaca sekilas lagi kertas tersebut sebelum kembali melihat ke arah Vira sembari tersenyum. "Oke deh, Mba. Gema langsung balik deh ya, makasih lho, Mba," pamit Gema beranjak dari kursinya. Namun, Vira menahan Gema ketika mengingat sesuatu.

"Gem, bentar deh." Gema mengurungkan niatnya dan kembali mendudukkan diri. Vira seperti mencari sesuatu di layar kompernya sebelum menoleh ke arah Gema yang menatap penasaran.

"Kenapa, Mba?" tanya Gema.

"Ini, employee weekly ACS kamu beberapa belum masuk."

Gema sedikit melotot karena terkejut. "Lha, iya tho, Mba?" tanyanya yang diangguki oleh Vira.

"Gema belum cek sih tadi pagi, tadi kemarin beberapa udah."

"Nanti coba kamu cek dulu ya, terus followup ke aku."

Gema mengangguk dan pamit kepada Vira untuk kembali ke ruangannya.

Sebenarnya, pikiran perempuan itu berdesakan dan sangat berisik. Sudah dua hari sejak dia akhirnya meminta Elang untuk mencarikan calon untuknya, agar Tala bisa segera menikahi Ran. Dan selama dua hari ini, pikiran Gema melayang-layang memperkirakan siapa yang akan menjadi suaminya. Apakah dia baik, apakah dia jahat, apakah dia laki-laki yang dapat dipercaya, atau dia laki-laki yang tidak dapat menjaga setia?

Huhf, Gema menghembuskan nafasnya kasar. Di balkon ruangannya, Gema melipat tangannya di atas pagar pembatas yang terbuat dari besi dengan mata memandang ke arah halaman kantor tempat orang-orang hendak keluar mencari makan siang.

Ketika seperti ini, Gema sangat-sangat ingin dan butuh Bundanya hadir. Menjadi orang paling tahu tentang keadaannya. Namun, pada kenyataannya tidak ada seorang pun yang memahami dirinya, bahkan dirinya sendiri.

Gema merogoh saku jilbabnya yang hari ini berwarna navy, ponsel yang terus bergetar di sana menarik kesadaran Gema. Perempuan itu menggeser panel hijau tanpa melihat siapa penelfonnya.

"Assalamu'alaikum."

Dari salam yang diucapkan, Gema sudah tahu siapa sosok di seberang sana.

"Wa'alaikumusallam, Mas. Kenapa?" tanya Gema langsung sembari mengetuk-ngetuk besi tempatnya bertopang. Didengar dari suaranya, sosok di seberang sana seperti khawatir.

SATU RUANG DOA (SELESAI)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang