7. Pilihan

5.8K 736 41
                                    

"Kenapa Mas ndak benci Ayah?"

Tala tersenyum dengan kaki yang tidak berhenti menendang-nendang kecil pasir yang sangat lembut. Laki-laki itu tersenyum dan mendongak ke atas dengan kaki yang sudah berdiri sempurna. Kedua tangannya dia masukkan ke dalam saku celana pendek selututnya.

"Karena, Mas sayang Ayah," ujarnya melirik Gema yang sedang duduk di atas pasir dengan kaki yang dia tekuk. Perempuan itu menggerakkan jari telunjukkan di atas pasir membentuk pola abstrak.

"Ndak merasa di bohongi selama belasan tahun? Ndak dendam?" tanya Gema mendongak. Tala mendudukkan diri di samping Gema dan memposisikan badannya sama. Laki-laki itu menggantungkan tangannya di atas kedua lutut. Matanya memandang ramainya orang-orang yang sedang berfoto ria di atas pasir.

Kedua saudara itu sedang berada jauh dari Kota Jogja, berada di Gumuk Pasir Parangkusumo yang letaknya di Kabupaten Bantul tidak jauh dari pantai parangtritis. Gema dan Tala sedang memberi hadiah kepada Xe yang telah lulus ujian masuk FK. Tala, Xe, Gema, dan Elang menginap di salah satu penginapan tidak jauh dari Gumuk Pasir tersebut. Dan sore ini keempatnya mengunjungi Gumuk Pasir, tetapi Xe dan Elang lebih dulu meninggal Gumuk untuk ke pantai. Sedangkan, Tala dan Gema memilih tetap di sana daripada ikut ayah dan adiknya.

Sore ini, Gumuk Pasir yang merupakan bukit pasir itu ramai dikunjungi orang-orang. Padahal bukan akhir pekan. Tala dan Gema memilih duduk di puncak bukit dekat sebuah pohon yang sudah mengering. Keduanya duduk sembari menekuk lututnya.

"Kenapa harus benci Ayah?" Tala menoleh ke arah Gema yang masih sibuk meletakkan dagunya di atas lutut sembari bermain pasir.

"Meskipun selama bertahun-tahun Mas taunya beliau saudara Ibu, bahkan Mas panggil Om, tapi Ayah memenuhi kewajibannya sebagai Ayah. Hak Mas terpenuhi semua."

Gema menegakkan tubuhnya dan menoleh ke arah Tala. Laki-laki itu pun menoleh ke arah Gema yang hari ini mengenakkan Khimar berwarna peach dengan sedikit aksen kerutan di bahunya. "Kecuali kalau Ayah selama ini zalim, ya Mas dendam. Tapi kan ndak, Ayah bertindak sebagaimana mestinya meskipun selalu Mas anggap sebagai om. Lagian, yang ngarahin manggil Om-ksn Ibu bukan Ayah."

Gema mengalihkan pandangannya ke arah bawah bukit, di sana banyak pengunjung yang baru sampai. Perempuan itu tidak akan berada di sana jika Xe tidak memaksanya. Bukan tanpa alasan, hari itu adalah tepat bulan kedua perang dinginnya bersama Ayah karena fakta mengenai status Tala.

"Mas juga dapat kasih sayang penuh dari Bapak, jadi untuk apa Mas fokus ke kesalahan daripada hal baik yang Allah kasih. Ibu dan Ayah memang pernah salah, tapi keduanya sudah memperbaikinya." Tala merangkul bahu saudaranya, membuat Gema menoleh ke arah Tala yang tersenyum menghadap ke depan.

"Cara terbaik untuk balas dendam dan menghukum adalah dengan menjadikan diri kita lebih baik." Tala menoleh ke arah Gema. "Juga berjanji pada diri sendiri untuk tidak mengulang kesalahan atau membuat kesalahan yang sejenis," Tala mengakhiri kalimatnya.

Gema terjengit ketika ponsel yang berada di pangkuannya bergetar dengan nada dering yang pelan. Perempuan itu tersadar bahwa dirinya cukup lama melamun.

Setelah membaca nama yang terpampang di layar ponselnya, Gema menggeser paneh hijau dan menempelkan ponsel tersebut di telinganya.

"Wa'alaikumusalla, Nte."

"Gema lagi di Masjid Gedhe, Nte."

"Hem, boleh. Iya, Gema ada di depan ya. Wa'alaikumusallam. Hati-hati, Nte."

Setelah menutup salam, Gema kembali bersandar di salah satu tiang sembari melihat orang-orang yang sedang beribadah. Sekarang memang sudah lewat shalat Dzuhur, dan Gema sudah di sana sejak jam sepuluh pagi. Salah satu me time favorit Gema adalah datang ke Masjid Gedhe Kauman dengan berbekal beberapa cemilan, lalu menghabiskan waktu di serambi yang sangat luas sembari membaca buku juga maraja'ah. Suasana tenang dengan arsitektur masjid yang luar biasa membuat Gema selalu betah. Masjid tersebut adalah masjid raya kesultanan Yogyakarta yang letaknya di sebelah barat alun-alun Utara.

SATU RUANG DOA (SELESAI)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang