26. Manusia Baru

5.2K 785 74
                                    

Suasana kosan itu sepi ketika jarum jam sudah melewati angka 9. Rata-rata penghuni yang berprofesi sebagai pekerja dan mahasiswa itu sudah beraktivitas masing-masing di luar sana. Keadaan seperti inilah waktu yang tepat bagi Gema untuk melangkah menuju dapur untuk membuat sarapan sembari mencuci baju.

Setelah memasukkan semua baju kotornya ke dalam mesin cuci dan memastikan mesin itu berfungsi, perempuan itu membuka kulkas dan mengambil Tupperware berlabel namanya yang berisi Frozen food. Pagi ini dia akan membuat nasi goreng sosis. Agar simpel, perempuan itu memilih menyetok bumbu instan. Tidak lupa dia mengambil telur juga.

Perempuan itu menghela nafas saat melihat wastafel penuh cucian piring. Dan yang lebih menyebalkan lagi, wajan umum pun berada di sana. Ini kekurangan dapur umum, manusia dengan tingkat kepedulian minim memang menyusahkan orang lain.

Gema mencuci semua peralatan masak yang kotor juga alat makan yang entah milik siapa. Setelah itu, dia membereskan kitchen set yang berserakan dengan kulit bawang, serpihan bahan makanan, dan toples-toples yang berserakan.

Padahal, ini adalah kos putri yang artinya mereka semua perempuan. Namun, melihat dapur setiap kali Gema turun ke sana, perempuan itu meragukan kenyataan bahwa ini adalah kos putri. Sebab apa? Menyedihkan!

Lima menit kemudian, Gema bisa mencium aroma nasi goreng sosis bumbu instan menguar memenuhi dapur. Nasi gorengnya sudah matang. Agar tidak perlu turun lagi, Gema menggoreng nugget dan pisang coklat untuk cemilan di kamarnya.

"Heeemmm. agget!"

Gema mengernyitkan dahinya saat telinganya mendengar suara. Perempuan itu membalikan badan.

"Ante masak agget?" ujar sosok kecil berdiri di di samping meja makan. Gadis berpiyama hello Kitty berwarna pink. Matanya masih terlihat mengantuk dengan rambut yang acak-acakan.

"Ante!"

"Ah iya?!" Gema tersentak. Perempuan itu langsung berbalik dan mematikan kompor setelah mengangkat gorengannya terakhir.

"Kamu mau nugget?" tanya Gema tersenyum menghampiri gadis itu. Dan ekspresi mengangguk semangat membuat Gema tersenyum.

"Oke, kamu duduk dulu ya. Sini Ante bantu." Gema mengangkat tubuh gadis itu dan mendudukkannya ke kursi yang tersedia di meja makan.

"Mau berapa? Satu, dua, atau tiga?" tanya Gema setelah memindahkan hasil masakannya ke atas meja.

"Tiga!" Gadis itu mengangkat jarinya tinggi. Mengisyaratkan angka tiga.

"Oke!"

Melihat gadis itu memakan nugget yang dia goreng, Gema menyuap nasi gorengnya. Rencana makan di kamarnya kandas karena kehadiran gadis itu. Dan, sebentar. Gema seperti pernah bertemu dengan sosok di hadapannya. Namun, di mana?

"Namanya siapa?" tanya Gema.

Gadis itu menoleh sekilas ke arah Gema sebelum fokus menggigit nugget keduanya. "Hafa."

Gema mengangguk. "Nama Ante, Ante Gema."

Gadis itu tersenyum.

"Mau minum?"

Gadis bernama Hafa itu mengangguk. Gema bangkit dan mengisi cangkir yang dia ambil dari rak dan mengisinya dengan air.

"Makasih, Ante."

"Sama-sama," jawab Gema sembari mengusap puncak kepala gadis itu. Perempuan itu merasa perasaan yang berbeda saat memandang dan mengusap sosok asing di hadapannya ini. Seakan mereka sudah bertemu di masa lalu. Entahlah, Gema tidak paham perasaannya.

SATU RUANG DOA (SELESAI)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang