32. Tetap Tanya

6.8K 887 84
                                    

Entah sudah berapa lama Gema memandangi wajah Er yang terlelap. Seperti dirinya, laki-laki itu kelelahan dengan keadaan yang sebelumnya menghimpit keduanya. Keadaan yang memisahkan suami dan istri hingga berujung ke pengadilan agama.

Gema mengurai lipatan di dahi Er. Gumaman kembali muncul di bibir laki-laki itu.

"Gema di sini," bisik perempuan itu membuat Er terlelap tenang kembali. Gema memberi kecupan di dahi laki-laki itu sebelum perlahan bangkit. Matahari sudah melewati puncak kepalanya. Gema akan membersihkan diri dulu sebelum menunaikan salat. Badannya perlu dibasuh karena sejak kemarin dia belum mandi.

Perlahan kaki Gema terulur ke lantai. Berusaha tidak membuat Er terusik. Perempuan harus segera menyiram rambutnya yang sudah bisa disamakan dengan sapu ijuk. Tiga puluh menit kemudian, Gema sudah kembali dengan celana pendek dan kaos kebesaran milik Er. 

Di lemari benar-benar tidak tersisa pakaiannya. Menyedihkan.

Dengan rambut basah, Gema berjalan menuju nakas tempat ponselnya berada.

Kak Gilang
Budhe udah masak. Di rumah cuma ada kalian. Happy quality time.

Gema tersenyum. Dia hutang banyak kepada Gilang yang menjadi titik kembalinya dia kepada Er. Laki-laki yang jahatnya Gema curigai sebagai pasangan suaminya. Astaghfirullah. Padahal, dia adalah orang yang bersedia menemani Er di masa sulit.

Setelah salat, perempuan itu bergegas keluar kamar dan mengambil makan siang untuknya dan Er sebelum kembali ke kamar lagi. Er masih bergelung selimutnya. Tidak tega sebenarnya membangunkan laki-laki itu, tetapi ada tanggungjawab yang harus ditunaikan. Perlahan Gema mengusap pipi Er dengan sedikit menepuknya.

"Mas, bangun yuk. Mandi terus salat."

Er masih belum bergeming.

Gema menggoyangkan lengan Er perlahan agar laki-laki itu tidak terkejut. "Mas, bangun dulu. Nanti tidur lagi."

Perlahan mata Er mengerjap. Membuat Gema tersenyum tanpa diminta. Adegan seperti ini yang sangat dia rindukan. Er sudah membuka mata dengan lebar. Gema menyingkirkan rambut Er yang tidak beraturan.

"Bangun dulu yuk, Mas. Mas belum salat," ujar Gema lembut dengan disertai senyuman.

Er ikut tersenyum dan mengangguk.

Gema membantu Er bangun. Laki-laki itu sempat menguap dan merenggangkan tangan. Tubuhnya sedikit lebih segar meskipun rasanya masih sangat mengantuk.

Gema bangkit dari pinggir ranjang. Berjalan ke arah lemari tempat baju Er tersimpan.

"Mas keramas habis itu kita makan. Budhe udah masak banyak," ujar Gema menarik satu stel pakaian rumahan.

Gema melipat dahinya saat berbalik dan melihat Er tersenyum ke arahnya.

"Kenapa?"

Er mengedikkan dagunya ke arah pakaian yang Gema kenakan. Gema terkekeh malu.

"Di sini udah nggak ada baju Gema." Gema berjalan meletakkan pakaian dan handuk ke tangan Er. "Sedih banget," keluhnya.

Cup

Er mencuri satu kecupan dari bibir Gema saat perempuan itu membungkuk ke arahnya.

"Cantik banget."

Gema memukulkan guling ke arah suaminya. "Ish! Mas nggak atau aja gimana bentuk Gema tadi pas dateng."

Er bangkit dari ranjang. "Gimanapun kamu, tetep paling cantik dan sempurna di mata, Mas."

SATU RUANG DOA (SELESAI)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang