9. Permainan?

5.8K 729 39
                                    

"Cal, revisi yang produk In.25 ya." Gema menoleh sekilas ke arah laki-laki yang sedang berdiri dengan membawa cangkir berisi kopi hitam. Laki-laki dengan celana jeans berwarna pudar juga kaos hitam dengan logo perusahaan itu meletakkan cangkirnya di meja yang sedang Gema tempati. Laki-laki itu meletakkan lengan kirinya di atas punggung kursi yang sedang Gema duduki.

"Kenapa?" tanyanya.

Gema mengarahkan kursor ke tulisan bagian video yang sedang dipause.

"Typo nih."

Ical, laki-laki itu menghela nafas bosan sembari menyingkir dari kursi yang sedang Gema duduki tidak lupa dengan secangkir kopinya. Dia menduduki kursi milik karyawan lain yang sedang keluar.

"Mesti aja ada yang typo, padahal udah tak cek berkali-kali." Ical menyesap kopinya sembari memainkan kursi putar yang dia tempati.

Gema tertawa kecil sembari menggerakkan kursor ya kembali, dan beberapa kali terdengar suara-suara penjelasan.

"Yang lainnya juga kayak gini, typo typo. Nanti cek aja file list video yang harus direvisi, udah ku spesifikin menit ke berapanya. Kurang baik apa aku?" Gema melirik Ical yang mencibir.

"Baik kok kasih revisian terus," protes laki-laki itu.

Gema bangkit dari tempat duduknya, dan meraih eksternal disk yang berada di atas meja.

"Makanya fokus, jangan ngegame terus." Gema tidak mau kalah sembari mengedik ke arah laptop milik Ical.

"Refreshing itu."

"Refreshing kok terus! Dah ah, mau balik. Ada meeting nih sama ACS," ujar Gema melihat jam tangannya. Ical bangkit dan mengangguk. Gema melangkah keluar ruang departemen produk, menuju salah satu ruangan. Perempuan itu hampir mengetuk pintu saat seseorang keluar dari ruangan itu.

Laki-laki yang akhir-akhir ini lebih sering terlihat di kantor dan lebih lama berada di ruangan Er.

"Eh, mau ketemu Er?" ujar laki-laki itu sedikit terkejut karena mendapati perempuan berdiri dengan tangan posisi mengetuk. Gema mengangguk dan memundurkan badannya selangkah.

Gema melirik ke arah dalam ruangan, tempat Er melipat kemeja panjangnya dan melangkah menghampiri keduanya. Gilang -- laki-laki yang masih di hadapan Gema -- menolehkan pandangannya mengikuti arah mata Gema.

"Dicari nih."

"Udah tau," ujar Er lalu tersenyum ke arah Gema. Gema mengulurkan eksternal disk yang dia ambil dari Ical ke arah Er yang langsung menerima. "Thank's ya."

Gema mengangguk. "Gema langsung ke ruangan, Kak. Mari Kak Gilang..." pamit Gema sembari menundukkan kepalanya sebelum berbalik arah. Namun, Er sudah menahan dirinya dengan memegang lengan jilbab perempuan itu. Hanya ujung kain saja. Gema menoleh dan bergantian melihat ke arah Er juga tangan laki-laki itu. Persis seperti anak kecil yang meminta permen kepada Ibunya.

"Kakak ada yang mau didiskusikan."

Gema menghela nafas singkat sebelum mengangguk. Er melepaskan tangannya dan menoleh ke arah Gilang yang masih berada di posisi yang sama. Laki-laki itu mendengus sebelum berkata, "Iya, gue balik nih."

"Lha emang tadi mau balik kan? Ngapain masih di sini?"

Gilang memutar matanya kesal sebelum melirik ke arah Gema yang menunggu dengan wajah datar.

"Jangan lupa --"

"Iya, tau," potong Er cepat. Akhirnya Gilang melangkah meninggalkan dua manusia yang berdiri di depan ruangan Er itu. Er melangkah masuk ke dalam ruangan diekori oleh Gema. Perempuan itu membiarkan pintu ruang itu separuh terbuka. Dan Er tidak akan memprotes hal itu, karena itu kebiasaan Gema selama setahun bekerja dengannya. Dan karyawan dari departemen mana pun sudah dapat menebak, jika pintu ruangan Er terbuka, artinya sedang ada Gema di dalamnya, entah sedang meeting atau Gema diomeli.

SATU RUANG DOA (SELESAI)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang