27. Tersingkap

5.2K 773 53
                                    

Laki-laki berkemeja flanel kotak-kota dengan ransel yang berada di punggungnya itu tersenyum sembari melihat ke arah halaman rumah. Sesekali matanya berpindah memandang sebuah bungkusan di tangannya. Rasanya dia tidak sabar bertemu dengan seseorang.

"Cari siapa, Mas?"

Laki-laki itu membalikkan tubuh saat sebuah suara menyapa telinganya setelah suara kunci pintu terbuka. Wanita yang usianya telah mencapai setengah abad yang tidak asing baginya.

"Lho, Mas Si?" ujar wanita itu ketika melihat wajah Xe yang berdiri tegap di teras rumah. Ternyata laki-laki itu yang mengetuk pintu rumah.

"Assalamu'alaikum, Budhe." Xe menyapa perempuan itu yang dibalas ramah.

"Wa'alaikumusallam, Mas Si. Mau ketemu Mas Er ya?"

Xe melipat dahinya. Bukan karena sebutan Budhe yang tidak lain adalah asisten rumah tinggal di rumah Er yang tidak bisa menyebut Xe tetapi selalu Si. Namun, pertanyaan yang muncul dari mulut wanita itu. "Mau bertemu Mas Er?". Untuk apa dirinya jauh-jauh dari kampus dengan tubuh dan otak lelah hanya bertemu Er yang merupakan kakak iparnya.

Xe menggeleng. "Mau ketemu Mba Gema, Budhe," terang Xe.

Di hadapannya, Budhe terlihat raut wajahnya berubah. Seperti ada sesuatu yang aneh menurut wanita itu.

"Mba Gema?" Wanita itu memastikan.

Xe mengangguk.

"Bukannya Mba Gema di rumah Pak Elang, Mas?" tanya Budhe membuat Xe semakin bingung.

"Di rumah Ayah, Budhe? Kalau di rumah Ayah ya ngapain saya ke sini tho."

"Em, lalu Mba Gema di mana, Mas?"

Xe tidak paham apa yang Budhe bicarakan. Kenapa jadi rumit dan membingungkan? Dia datang ke sana mencari kakaknya, lalu Budhe bertanya kakaknya di mana? Ini yang bingung dirinya atau wanita berdaster yang berdiri di hadapannya?

"Budhe ngomong apa sih? Xe jadi bingung. Xe ke sini mau ketemu Mba Gema. Kenapa malah tanya Xe di mana Mba Gema?" Luap Xe mengungkapkan pikirannya.

Budhe terlihat mengusap dahinya bingung.

"Ada apa, Budhe?" lanjut Xe meminta penjelasan.

"Mba Gema belum pulang dari kantor?" ujar Xe mencoba mencari jawaban. Namun, Budhe menggeleng.

"Mas Xe ndak tau?"

"Ndak tau apa?"

"Udah hampir satu bulan Mba Gema nggak tinggal di sini."

Xe melotot mendengar pernyataan tersebut.

"Maksud Budhe gimana?"

Wanita itu meremas tangannya. Dia rasa laki-laki di hadapannya tidak tau keadaan yang telah terjadi selama ini. Dan hal tersebut membuatnya takut menginformasikan fakta yang ada. Fakta yang menyangkut hubungan Er dan Gema.

"Budhe!" bentak Xe tertahan saat Budhe terdiam.

"It itu, setahu Budhe Mba Gema sama Mas Er udah pisah. Budhe nggak tau kenapa. Tapi tiba-tiba Mas Er hubungin Budhe buat ngurus rumah. Padahal semenjak nikah, semua diurus Mba Gema. Pas Budhe sampe sini, Mba Gema udah nggak ada. Setiap hari baju kotor Mba Gema juga nggak ada. Pas beresin kamar, ternyata semua pakaian Mba Gema emang udah nggak ada. Pas Budhe tanya, Mas Er bilang udah pisah sama Mba Gema," jelas Budhe panjang tanpa jeda.

Mendengar ucapan tersebut Xe merasa melayang. Tangannya mengepal kuat. Meremas tali paper bag yang dia genggam. Rahangnya mengeras dengan mata tegas.

SATU RUANG DOA (SELESAI)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang