19. Ujian

6.3K 747 99
                                    

Seorang perempuan yang hari ini memakai jilbab berwarna abu-abu dipadu dengan khimar dusty pinknya terdiam sesaat ketika pintu ruangan yang dia buka tidak menampilkan sosok yang dia cari. Perempuan itu mengangkat lengannya. Matanya menyipit memastikan bahwa sekarang benar bahwa jam makan siang. Namun, kenapa sosok laki-laki yang seharusnya berada di ruangan itu tidak ada?

Gema kembali menutup pintu ruangan suaminya. Perempuan itu membalikkan tubuhnya hendak kembali ke ruangannya. Namun, matanya menangkap sosok bertubuh sedikit gemuk yang muncul di ujung tangga.

"Kak Bima!" panggil Gema membuat laki-laki di ujung lorong itu menaikkan sebelah alisnya.

"Kenapa, Gem?" tanya Bima setelah berada di  hadapan Gema. Laki-laki itu sempat melirik ke arah pintu yang berdiri kokoh di balik punggung perempuan itu.

"Nyari Er ya?" tanya Bima yang langsung dibalas anggukan oleh Gema. Mudah sekali ditebak. Untuk apa Gema berada di sana jika bukan mencari bos sekaligus suaminya tersebut. Bima yang merupakan Finance sedikit mengeryit ke arah Gema.

"Kayaknya tadi Er keluar pergi jam sebelasan gitu," ujar Bima memberi tahu.

"Pergi?"

"Iya, sama itu sahabatnya."

Gema terdiam sesaat. "Kak Gilang?"

Bima mengangguk. "Kayak buru-buru sih. Cuma ngliat sekilas doang tadi."

Gema menghela nafas kemudian mengangguk. "Oke deh, Kak. Makasih infonya. Gema mau ke ruangan lagi kalau gitu."

Perempuan itu tersenyum dan hampir melangkah ke arah ruangannya. Namun, suara Bima membuatnya tertahan.

"Emang nggak ngabarin kamu, Gem?" tanya Bima heran dengan kedua alis terangkat.

"Kayaknya lupa karena buru-buru, Kak." Gema tersenyum sebelum pamit dan berlalu. Langkah kaki perempuan itu tidak menuju ke ruangan, tetapi ke dapur kantor untuk menyantap bekal yang memang Er minta tadi pagi. Rencananya, Er dan Gema akan makan siang bersama dengan menu makan siang yang dibuat oleh Gema. Namun, semuanya gagal karena Er begitu saja pergi tanpa mengabarinya.

Gema mendudukkan diri di kursi sembari meletakkan paper bag berisi kotak makan. Perempuan tersenyum dan menyapa singkat beberapa karyawan yang sedang menyedu kopi dan mengambil cemilan yang memang disediakan.

Perempuan itu meraih ponselnya yang berada di saku jilbab. Mendial kontak Er hingga suara menghubungkan terdengar.

"Nomer yang Anda tuju sedang tidak dapat menerima panggilan ini. Silahkan —"

Gema meletakkan ponselnya dengan kasar di atas meja makan.

Keadaan seperti ini bukan pertama kalinya. Er senang sekali menghilang tanpa kabar begitu saja. Hampir dua bulan pernikahan, banyak kejutan yang membuat Gema menghela nafas. Bukan hanya sisi positif tetapi juga negatif. Salah satunya, suaminya hobi menghilang seperti ini.

Gema menghela nafas sekali lagi. Tangannya meraih membuka kotak bekal yang berisi ayam teriaki juga capcay. Dengan tanpa selera, Gema menghabiskan setengah dari bekal yang dia bawa. Mana bisa perempuan itu menghabiskan bekal yang memang porsi berdua dengan Er.

***

"Gem?"

"Ya?" jawab Gema sembari memutar kursinya hingga menghadap Aya. Aya yang sedang mengemasi barang-barangnya menoleh sekilas kepada Gema yang sedang memainkan kursinya.

"Pulang bareng siapa?"

"Mas Er, siapa lagi," jawab Gema enteng sembari tersenyum.

Ayam menghentikan gerakan tangannya yang menutup resleting tasnya.

SATU RUANG DOA (SELESAI)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang