03 : Sebuah Pinangan

14.5K 1.2K 13
                                    

"Oh my God!".

Ayasa yang sedang menyesap minumannya menoleh pada Nia yang menatap ke satu arah. Sahabatnya itu memasang muka terkejut, membuatnya bingung dan kemudian ikut menoleh ke arah yang sama.
Dahinya langsung mengernyit melihat seorang pria yang baru saja mereka temui di jalanan tadi karena insiden tabrak tidak sengaja karena ke lalaian Nia dan juga Rega.

"Farel!".

Ia dan Nia langsung menoleh pada David yang duduk di samping Nia. Keduanya sama-sama menaikkan alis melihat kekasih Nia itu melambaikan tangan ke arah pria yang baru saja masuk ke Caffe.
Dan kemudian juga melihat pria bernama Farel itu juga melempar senyum dan berjalan menghampiri meja mereka.

Farel sempat menghentikan langkahnya sekilas, saat matanya melihat Ayasa dan juga Nia. Kemudian mengulum senyum.

Sepertinya sudah banyak kebetulan yang terjadi di antara mereka hari ini.

"Hai, Rel!. Gue fikir loe gak bakal bisa dateng". David langsung berdiri menyambut kedatangan Farel.
Keduanya langsung bersamaan seperti sudah dekat.

Nia dan Ayasa sudah saling melempar lirik satu sama lain.

"Tadinya iya. Tapi, sambil bawa mobil ke bengkel yaudah, gue mampir aja". Jawab Farel.

"Jadi, kalau tuh mobil gak masuk mobil loe gak Dateng gitu?!. Kampret Lo!". Ketus David mendelik.

"Tadinya sih gitu, soalnya capek banget gue. Sorry ya". Jawab Farel jujur.

David mendelik lagi, tapi kemudian menghela napas kasar seolah sudah paham dengan sifat temannya itu.

"Btw, Lukas beneran mau nikah ya? Gue kaget tiba-tiba dia ngirim undangan kemarin". Kata David.

Farel mengangguk, ujung matanya mencuri lirik pada Ayasa yang terlihat tidak terlalu perduli dengan mereka. Menyesap minumannya dengan santai. Sampai Rega datang dan mencuri perhatian mereka termasuk David.

"Eh, mas yang tadi mobilnya di tabrak Nia kan?". Celetuk Rega.

David langsung mengernyit, menoleh pada kekasihnya yang tampak terlihat salah tingkah. Lalu kembali pada Farel.

"Jadi, mobil yang kamu tabrak mobil dia?". Tanya David pada Nia.

Nia mengangguk pelan. "Gak sengaja". Jawab Nia pelan. "Gara-gara dia nih!". Lanjut Nia memukul lengan Rega.

"Ya ampun sayang... Makasih banget. Berkat kamu di kutu buku ini mau Dateng ke sini.. hahah". Ujar David senang.

Nia melotot tidak percaya. Farel hanya mendengus malas.

"Rel, kenalin ini cewek gue. Dan mereka sahabatnya. Satu kampus dan satu tempat koas juga". Kata David akhirnya memperkenalkan Farel dengan kekasih dan juga kedua sahabat kekasihnya.

"Farel". Kata Farel mengulurkan tangannya pada Nia lebih dulu.

"Nia, sorry ya mobilnya". Kata Nia benar-benar tulus.

"Gapapa kok". Jawab Farel tersenyum manis. Lalu ia beralih pada Rega.

"Gue Rega".

"Farel". Kemudian barulah ia beralih pada Ayasa yang kini sudah menatapnya. "Farel". Ia kembali menyebutkan namanya dengan senyuman manis dan penuh ketulusan.

"Ayasa". Jawab Ayasa menyambut tangan Farel dengan senyuman tipis. Lagi, mata mereka bertemu selama tiga detik.

Sebelum kemudian keduanya sama-sama menarik kembali tangan mereka masing-masing.

"Dia arsitek lho sayang, sekarang kerja di salah satu perusahaan bonafit di Jakarta. Pinter lho dia". Kata David dengan semangat.

"Oya? Kerja di mana?". Tanya Nia mulai antusias.

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang