Ayasa melangkah dengan begitu percaya diri memasuki sebuah cafee yang sangat terkenal di kalangan anak-anak muda.
Ia berjalan menuju barista untuk memesan minuman.Tentu saja ia sudah cukup mengenal barista tersebut, jadi ia tidak perlu lagi menyebutkan pesanannya. Karena mereka sudah hafal dengan dirinya.
"Biasa ya". Katanya pada pemuda itu.
"Oke mbak". Jawab si barista dengan senyuman lebar.
Ayasa langsung mengangguk,. Dan kemudian langsung berpamitan untuk menuju lantai dua. Tempat ia membuat janji dengan Kimberly.
"Lho, Sya. Sendiri?". Ia bertemu dengan Devin si pemilik caffe tepat di lantai dua. Pria tampan itu sedang bersama dengan seseorang yang tidak di kenalinya.
"Iya Bang, mau ketemu teman". Jawab Ayasa dengan ramah dan sopan.
"Oh,". Jawab Devin. Lalu kemudian Ayasa langsung pamit menuju salah satu meja kosong di sana. Membiarkan Devin kembali melanjutkan obrolan dengan temannya itu.
Tidak lama setelah ia duduk pesanannya datang. Bersamaan dengan sebuah panggilan telfon masuk dan langsung menjawabnya.
"Halo? Saya di lantai dua, kamu bisa langsung naik ke lantai dua". Ucapa Ayasa pada seberang telfonnya.
Setelah itu ia kemudian melihat seorang perempuan berparas bule menampakkan wujudnya di anak tangga. Bahkan ia bisa melihat jika dua pria yang sedari tadi mengobrol mengalihkan mata kearah wanita cantik dengan tubuh proposional bak seorang model Victoria's secret itu.
Ia langsung melambaikan tangan pada perempuan itu. Yang setelah menemukan kehadirannya."Hai". Sapa Kimberly dengan senyuman ramah. Lalu mulai memperkenalkan diri. " Kimberly".
"Ayasa". Jawab Ayasa membalas jabatan tangan si adik ipar.
"Gimana kabar kamu?". Tanya Kimberly dengan logat Inggris yang cukup kental.
"Baik". Jawab Ayasa mengangguk. "Kamu sendiri?". Kimberly mengangguk dengan senyuman ramahnya.
Ayasa melirik lagi pada pria di depan sana. Tepat di balik punggung Kimberly. Pria itu terus melirik ke arah meja mereka. Membuat ia jengah, ia sudah sangat hafal tatapan seperti itu dari berbagai pria. Dan ia sama sekali tidak suka akan hal tersebut.
"Farel, baik-baik saja?". Tanya Kimberly tiba-tiba.
"Yeah!. Berkat kamu dia baik-baik saja. Terimakasih". Jawab Ayasa dengan senyuman manis.
Kimberly menanggapinya dengan senyuman kecut. " Aku mencintainya, sangat!. Aku merasa sangat kehilangan saat itu. Tapi tidak ada yang bisa aku lakukan". Katanya dengan nada sedih dan penuh penyesalan.
"Tetaplah bersamanya". Pinta Kimberly dengan nada tulus dan juga memohon.
"Tentu". Jawab Ayasa tersenyum senang.
Tanpa di minta pun, ia akan tetap bersama dengan Farel. Apapun yang terjadi, ia tidak akan meninggalkan pria itu. Farel lebih dari layak untuk ia perjuangkan.
***
Pandangannya mengabur secara tiba-tiba. Padahal pekerjaannya tidak banyak hari ini.
Tapi ia merasa begitu nyeri dari belakang kepala.Farel menunduk ke bawah keran, membasuh muka. Kemudian kembali berdiri tegak dan menatap cermin di depannya. Dan, lagi-lagi pandangannya mengabur lagi. Ia memegangi kepalanya yang nyeri tiba-tiba.
Ia cukup lama berada di dalam bilik kamar mandi itu. Hingga ia setelah merasa semua kembali seperti semula, barulah dirinya memutuskan keluar untuk kembali ke mejanya. Namun, saat ia tiba di ruangan dirinya menemukan Ayasa di sana. Duduk di balik meja kerjanya dengan santai sambil memainkan hp.
Pantas saja ruangan itu lebih terasa sunyi dari biasanya. Bahkan ia baru menyadari jika rekan kerjanya semua diam-diam melirik ke arahnya. Dan bersikap begitu tegang, membuatnya geli sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity
عاطفية" Keberuntungan yang tidak sengaja ku temu kan". Farel adalah pria berumur 27 tahun. Kehidupan nya sederhana. Saat ia sedang menunggu client di sebuah caffe tidak sengaja ia mendengar pernyataan seorang perempuan yang membuatnya tertegun dan juga lu...