17: Candu mesra

13K 937 33
                                    


Pernikahan Farel dan Ayasa yang merupakan anak dari pemilik perusahaan menjadi hot topik di devisi Farel.
Sejak ia masuk sampai sore menjelang pulang, Vito terus saja menyerangnya dengan berbagai pertanyaan.

Apalagi ketika rekan kerjanya itu mendapati plaster di bagian leher yang tertutup kerah kemeja. Namun, mata Vito sungguh jeli. Membuatnya terus saja di goda abis-abisan oleh rekan nya itu.

"Rel, bagi-bagi kali cerita nya. Sejak kapan Lo dekat sama anaknya Pak Radith?. Rahasia nya apa sih?. Siapa tau kan, nanti gue bisa nikah sama anak Bungsu nya Pak Dika". Kata Vito saat ia ke pantry untuk membuat teh manis.

"Anak bungsunya Kak Dika kan masih sekolah. Lo mau jadi pedofil?". Celetuk Farel melirik Vito.

"Ck, kan bentar lagi lulus dia. Cantik banget lho anaknya Pak Dika. Gila, heran gue tuh keluarga turunan kerajaan kayaknya". Ujar Vito lagi.

Ia hanya menggelengkan kepala mendengar ucapan Vito. "Liat aja tuh, istri nya Pak Boss! Beehhhh.. setara sama Kendall Jenner bro!. Iri gue!. Tatapan nya... Ya Tuhan... Bikin gue panas dingin sumpah!". Lanjut Vito terlihat seperti tengah membayangkan sesuatu.

"Pak Rezky". Celetuk Farel tiba-tiba ke arah pintu pantry yang kebetulan di belakangi oleh Vito.

Sontak saja membuat Vito menegang seketika. Lalu mukanya langsung meringis. Ia berbalik untuk memastikan. Farel memilih keluar begitu saja sambil membawa segelas tehnya.

"Kampret Lo Rel!". Umpat Vito saat tau dirinya telah di bohongi.

Langsung saja ia menyusul Farel berniat untuk memberi pelajaran pada rekan tim nya itu. Namun, semuanya harus tertunda. Karena saat ia kembali melihat Farel sedang mengobrol dengan Rezky. Bahkan mengajak Farel untuk masuk kedalam ruangan. Akhirnya Vito hanya bisa menghela napas saja.

"Vito!". Panggil Lukas yang tiba-tiba muncul dari arah koridor masuk. Ia hanya menoleh tanya. "Farel mana?". Tanya Lukas.

"Di ruangan pak Rezky.". Jawab Vito menunjuk keruangan sang atasan. "Kenapa? Dari muka Lo serius banget kayaknya".

"Ck, ada lah. Penting. Nanti kalau dia keluar suruh telfon gue ya". Pesan nya kemudian langsung berbalik pergi bahkan sebelum Vito menjawab.

***

"Sya".

Ia sudah siap untuk pulang ketika Nia menemuinya di ruangan. Membuatnya yang sedang beberes menoleh ke arah pintu. Sahabatnya itu tengah berjalan menghampirinya.

"Ada yang nungguin loe di lobi". Ujar Nia padanya.

Seingatnya, Ia tidak membuat janji dengan siapa pun hari ini. Bahkan ia membawa mobil pagi tadi, karena Farel mengejar meeting pagi. Jadi, tidak mungkin Farel menjemputnya kan.

"Siapa?". Tanya Ayasa heran.

Jika itu mamanya, tidak mungkin menungguinya di lobi. Pasti sudah langsung datang menemuinya. Bahkan, Mamanya sudah pamit pulang sejak setengah jam yang lalu. Ketika ia sedang memeriksa pasien nya.

"Seorang ibu-ibu. Katanya sih mertua Lo". Ia sedikit terkejut mendengar hal itu.

"Mertua gue? Lo yakin?". Tanya Ayasa memastikan kembali.

"Ya enggak tau, dia bilangnya gitu. Tapi kayaknya iya sih. Agak mirip sama suami Lo. Dari matanya". Jawab Nia.

Ia menjadi penasaran sekarang, membuat Ayasa langsung mempercepat beberesnya. Kemudian langsung pamit untuk menemui orang yang katanya adalah mertua dirinya.

Dan begitu ia keluar dari lift di lobi rumah sakit. Dari kejauhan ia melihat seorang wanita dewasa yang mungkin seumuran dengan Mamanya. Duduk dengan tenang menatap lurus kedepan.
Hingga wanita itu tersadar jika di perhatikan.

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang