19: Perasaan Kecewa Mendalam

10.2K 912 14
                                    

Di bilik kubikelnya Farel terlihat baru merenggangkan lehernya. Lalu menguap sebentar. Setelah itu melirik jam di pergelangan tangan kirinya. Ia terkejut saat melihat sudah pukul dua belas.
Kepalanya menoleh ke meja di depannya. Vito juga terlihat terkantuk-kantuk mengerjakan pekerjaannya. Membuatnya menggeleng, ia beralih meraih hp yang ia letakkan di samping laptop.
Menyala kan layar, dan melihat banyak chat dan panggilan telfon masuk.

Semua dari Ayasa, karena hp sengaja ia silent jadi ia tidak mengetahui jika istrinya menelfon. Karena ia sendiri juga sudah memberi kabar sore tadi, ia akan lembur dan ia meminta Ayasa untuk menginap saja di rumah orang tuanya.

Ayasa : aku gak jadi nginep, pulang kerumah aja.

Ayasa : Di temenin Kevan kok.

Chat itu di kirimkan istrinya pukul sembilan tadi.
Setelah membaca semuanya, ia mencoba untuk menelfon. Namun teringat jika ini sudah tengah malam. Maka ia urungkan. Farel langsung beralih membereskan semua barang-barang nya. Lalu beranjak mengajak Vito, dan Laila untuk pulang.

"Vito". Panggilnya menggoyangkan bahu Vito.

"Ha?. Apa..?". Laki-laki itu sedikit terkejut.

Farel baru hendak menjawab, namun perhatiannya beralih ke arah pintu ruangan atasan mereka. Rezky juga baru saja keluar dari ruangannya hendak pulang.

"Malam Pak, sudah mau pulang?". Sapa Vito yang langsung berdiri menyapa sang atas.

"Iya To, udah selesai semua. Kalian juga kan?". Jawab Rezky melempar senyum ramahnya.

"Sudah Pak, ini juga mau ikut pulang". Jawab Vito.

"O. Yaudah,. Ayo sekalian". Mereka bertiga mengangguk saja. Dan sama-sama berjalan keluar dari ruangan tersebut.

Akhir-akhir ini Farel,. Vito dan Laila rekan satu timnya sedang sibuk-sibuknya. Karena mereka bertiga di percaya untuk memegang Mega proyek. Dan mereka juga lebih banyak berada di lapangan. Membuatnya Farel dan dua rekan nya harus rela lembur sampai larut malam.

Bahkan pagi-pagi sekali ia juga sudah berangkat lebih cepat dari biasanya. Belum lagi ia juga ada pekerjaan di luar kota beberapa hari yang lalu. Membuat waktu ia dan Ayasa menjadi sangat berkurang.
Mereka jadi jarang mengobrol santai, saat Farel pulang. Ayasa terkadang sudah tidur. Atau ketika Farel pulang cepat, Ayasa malah ada jadwal piket.

Seperti malam ini, saat ia tiba di rumah. Ia melihat istrinya tertidur di sofa. Membuatnya harus memindahkannya ke atas tempat tidur.

"Rel". Mendengar suara panggilan itu membuat ia urung untuk berbalik pergi.
Ia kembali menoleh pada Ayasa, wanita itu terbangun dan menatapnya.

"Maaf, padahal aku udah hati-hati banget". Kata Farel tidak enak.

Ayasa mengulum, kepalanya menggeleng menyangkal ucapannya. Perempuan cantik yang memiliki rambut panjang itu beranjak bangun. Kemudian langsung memeluknya. Membuat dirinya kaget dengan reaksi itu.

"Kamu lama banget pulang nya?" Tanya Ayasa dengan muka di sembunyikan dalam dadanya.

"Kan aku udah bilang kalau lembur". Jawabnya kemudian membalas pelukkan Ayasa.

"Sampai selarut ini?".

Ayasa menarik diri sedikit, mendongak kan kepala untuk menatap sang suami dengan sedikit raut jengkel.

"Lagi banyak kerjaan, Sya". Istrinya hanya mendengus saat ia menjawab memberi alasan.

"Kamu udah makan?". Tanya Ayasa kemudian sambil menguncir rambut panjang.

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang