15: Ke Khawatiran

10.3K 914 17
                                    

Cup

Cup

Cup

Cup

Cup

Ayasa tertawa pelan di sela-sela kecupan mereka berkali-kali. Berada dalam pelukkan suaminya, membuat hangat di tengah hujan lebat di luar sana.
Telapak tanganya menyentuh wajah suaminya. Mengusapnya dengan begitu lembut. Tidak ada jarak di antara mereka berdua.

Farel terus mengecup bibirnya berkali-kali seolah seperti candu untuk mereka berdua.

"Kamu gak lapar?". Tanya Ayasa pada suaminya.

Farel menggeleng, kembali ia mengecup bibir merah muda milik Ayasa. Lalu tersenyum begitu manis sampai membuat wanita itu gemas dan membalas mengecup bibir Farel.
Lalu sama-sama tersenyum dengan saling menatap satu sama lain.

"Mau perpanjang honeymoon kita?". Farel tertawa pelan. Lalu mengangguk kepalanya. Kembali pria itu mengecup bibir istrinya. Lalu kembali melepaskannya lagi.

"But, aku tidak bisa". Ayasa langsung cemberut mendengar jawaban itu. Membuat Farel gemas dan menggigit bibir bawah istrinya.

Ia menarik istrinya supaya lebih dekat lagi. Mencium lagi bibir Ayasa, kali ini lebih dari sekedar kecupan. Ia melumatnya dengan perlahan dan penuh perasaan. Tangannya mengusap pelan punggung Ayasa yang tidak tertutup oleh apapun lagi kecuali selimut.

Drt Drt Drt

Suara getaran ponsel tidak sama sekali menghentikan kegiatan intim mereka. Seolah tidak terdengar oleh keduanya yang sedang dimabuk asmara dan juga gairah masing-masing.

Farel berguling ke atas Ayasa tanpa menindih istrinya. Dengan masih saling berciuman panas, Ayasa memeluk leher suaminya untuk memperdalam lagi ciuman mereka.
Didalam ciuman itu Ayasa mendesah ketika suaminya menyentuh pada salah satu bagian sensitif nya.

Drt Drt Drt

Ayasa sedikit mendorong suaminya. Lalu tersenyum memberi kode agar Farel menghentikan kegiatan mereka sebentar.
Farel menghela napas, ia beralih ke nakas mengambil salah satu ponsel disana yang masih bergetar tiada henti. Ternyata ponsel istrinya, maka ia berikan pada orangnya.

Nia calling....

"Halo?". Ayasa menjawab telfonnya. Matanya melirik penuh peringatan pada Farel yang hendak menakalinya.

Pria itu hanya mengulum senyum nakalnya.

"Sya, sorry gue ganggu". Terdengar suara sahabatnya yang terasa tidak enak namun ada gelisah disana.

"Gapapa kok". Jawab Ayasa menahan suaminya yang hendak menciumnya lagi. "Ada apa?". Ia melotot tajam pada Farel yang membuat pria itu tersenang melihat ekspresi galak istrinya.

"Rega kecelakaan". Ayasa langsung terkejut, ia bahkan sampai bangun dari baringan nya.
Tanganya kali ini benar-benar mendorong pelan tubuh suaminya.

"Kok bisa? Kapan?". Tanya Ayasa mulai cemas.

Farel mengernyitkan dahi, melihat Ayasa terlihat cemas. Apalagi saat istrinya memberi kode dengan tangannya untuk meminta menunggu. Sedangkan ia memilih untuk beranjak dari kasur dengan membawa selimut menuju ke kamar mandi.

"Kemarin malam, dia nyetir dalam kondisi mabuk".

"Lo becanda? Rega bukan peminum!". Ujar Ayasa dengan nada geram bercampur khawatir.

Hanya terdengar suara helaan napas berat dari Nia. Membuat Ayasa seolah merasa terpukul telak. Tidak sadar jika air matanya jatuh seketika memikirkan kondisi Rega.

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang