"Yasya!".
Ayasa hanya menoleh sekilas kebelakang ketika mendengar namanya di panggil. Kemudian, saat melihat siapa yang memanggil. Ia langsung kembali berjalan tanpa berniat berhenti.
Membuat Nia berdecak kesal dan langsung berlari mengejarnya."Mau kemana Lo?. Ingat! Loe masih utang cerita sama gue!". Sergap Nia begitu ia berhasil menyusul kedalam lift yang sama.
"Apaan sih". Ucapnya tidak berminat.
"Enggak ada, pokoknya lo harus cerita.". Kata Nia tegas. "Tentang Lo sama Dokter Devan, dan tentang lo yang tiba-tiba di jemput Farel. Sejak kapan?".
Mendengar rentetan pertanyaan tersebut. Ayasa langsung memutar malas bola matanya.
Namun kemudian ia bersyukur ketika lift kembali terbuka. Mereka sama-sama melangkah keluar."Nanti aja deh ya". Kata Ayasa ingin menghindar. Bukan ia tidak mau cerita, tapi ia tidak tau harus memulai dari mana.
"Enggak ada. Kalau nanti, Lo pasti lupa". Kata Nia menolak.
Ayasa melirik jengah pada sahabatnya itu. Namun ia tidak memberi jawaban. Memilih diam, sampai mereka masuk keruangan mahasiswa Koas.
"Nia, nanti gue cerita. Sekarang gue harus migas dulu".
"Sya". Ayasa mendesah lelah.
"Oke". Jawab Ayasa kemudian menyerah. Ia mengitari pandangan nya ke seluruh ruangan. Hanya ada mereka berdua. "Kemarin, ada dua lamaran datang ke gue".
Nia mengernyitkan dahinya dengan bingung. "Satu dari Farel dan satu dari Dokter Devan."
"Kok bisa?". Ayasa mengindikkan bahunya. "Lo baru kenal sama Farel, dan semua juga tau kalau hubungan Lo sama Dokter Devan itu kayak gimana".
"Jadi loe terima yang mana?". Tanya Nia kemudian.
"Farel". Jawab Ayasa.
"Lo yakin? Lo baru kenal dia kan? Atau Lo sama dia udah kenal lama?".
"Enggak, gue baru kenal dia". Jawab Ayasa sambil memakai jubah putihnya. Begitu juga dengan Nia. "Om Dika yang datang kerumah. Lo tau kan? Setelah bokap, Om Dika adalah laki-laki yang paling gue percaya. Beliau yang menjadi perantaranya Farel".
"Dokter Devan?".
"Dia ngomongnya ke Mama. Itu juga setelah gue mengiyakan untuk ketemu dulu sama Farel". Jelas Ayasa.
Nia masih ingin bertanya, tapi pintu lebih dulu di buka dari luar dan sosok Rega masuk kedalam dengan semangat.
"Hello.. good morning... Duhh.. pagi ini cerah banget.. dah!. Kayak hati gue setelah ngeliat kalian berdua... Ckckck.." seru Rega.
Ayasa dan Nia hanya memandang jengah. Kemudian kedua nya langsung memilih keluar. Meninggalkan Rega yang mendelik sebal pada keduanya.
"Apaan sih tuh mereka.". Gumam Rega sebal sendiri.
***
Farel mengulum senyum manis dan ramah saat melihat Bu Kinal sudah duduk di salah satu meja yang ada di caffe dekat kantor.
Ia memang membuat janji untuk bertemu beliau."Assalamualaikum, Bu". Salam Farel langsung menyalami beliau dengan sopan. "Maaf, ngebuat Ibu jadi nunggu lama". Lanjut Farel setelah Bu Kinal menjawab salamnya.
"Gapapa kok. Ibu baru sampai juga". Jawab Beliau.
Farel mengulum senyum, ia langsung ikut duduk di kursi di seberang meja Bu Kinal. "Giman kabar kamu?".
"Sehat, Alhamdulillah. Ibu ?".
"Ibu juga, Alhamdulillah". Jawab Bu Kinal begitu ramah. "Kamu ngajak ibu ketemu pasti mau ngomongin tentang pinangan kamu ke Yasya?".

KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity
Romance" Keberuntungan yang tidak sengaja ku temu kan". Farel adalah pria berumur 27 tahun. Kehidupan nya sederhana. Saat ia sedang menunggu client di sebuah caffe tidak sengaja ia mendengar pernyataan seorang perempuan yang membuatnya tertegun dan juga lu...