Pagi ini Ayasa terbangun dengan rasa pegal di tubuhnya. Dan saat membuka mata ia langsung tau apa penyebabnya.
Dirinya tidur di sofa, dan bersama Farel yang memeluknya.
Kejadian semalam kembali teringat, ia menatap suaminya lagi dengan lekat. Gurat wajah saat ini terlihat berbeda. Tidur pria itu tidak seperti biasa. Terlihat gelisah dan lelah."Aku takut, gak bisa jadi ayah yang baik untuk anak kita".
Ucapan itu terngiang kembali, Farel bukan tidak senang. Pria itu hanya takut. Takut, jika sesuatu yang pernah di alami pria itu akan kembali terulang. Tapi, ia yakin. Kalau Farel pasti akan menjadi ayah yang hebat.
Semua hal yang terjadi di masa lalu akan membuatnya menjadi Ayah yang hebat. Ia tau itu. Karena, Farel tau rasa sakit di masa lalu. jadi, pastinya ia tidak akan mau itu juga terjadi di masa depan.Setelah puas memandangi wajah tidur suaminya. Ayasa mencoba untuk bangun. Karena tiba-tiba ia merasakan mual. Membuatnya ingin langsung berlari ke kamar mandi.
Ya.. ini pernah ia alami beberapa hari yang lalu. Saat ia berfikir jika dirinya masuk angin. Sampai ia teringat kalau ia sudah telat datang tamu bulanan. Akhirnya ia coba membeli alat tes lebih dulu untuk memastikan. Sebelum kemudian mengajak Farel untuk mengecek bersama ke dokter kandungan.
Tadinya ia ingin memberi kejutan pada Farel. Tapi, ternyata ia malah kecewa.Selesai dengan ritualnya, ia keluar dari kamar mandi. Dan melihat Farel sudah bangun.
Suaminya itu duduk di sofa sedang memegangi kepala. Mungkin efek dari alkohol yang diminum.Dirinya tanpa mengatakan apapun langsung keluar kamar. Berniat untuk membuatkan teh hangat dan mengambil obat untuk Farel.
"Pagi Ma". Sapanya saat masuk dapur dan melihat Mamanya sedang menyiapkan sarapan.
"Pagi sayang, Farel datang semalam?". Tanya Sang Mama padanya.
Ayasa mengangguk sambil tersenyum. Membuat Mamanya menghela napas lega. Ia bukan tidak tau jika anaknya sedang memiliki masalah. Terasa jelas ketika Ayasa datang semalam dan langsung masuk kamar.
"Sya, kalau ada masalah itu dibicarain. Jangan kabur-kaburan.". Kata Naomi menasehati."Aku gak kabur kok, lagian gak ada masalah juga". Jawab Ayasa mengelak.
"Kamu dan Kevan gak bisa nyembunyiin apapun dari Mama, Kak". Ujar Mama Naomi lagi.
Ia akhirnya menghela napas menyerah. Sambil mengaduk teh Ayasa menimang untuk cerita tentang apa yang terjadi.
"Aku hamil".
Pergerakkan Naomi yang sedang menaruh piring di atas meja terhenti. Dan juga Papa Radith yang baru akan masuk terhenti. Lalu kemudian langsung dengan secepat kilat mendekati putrinya.
"Kamu serius?. Beneran?!.. wahhh.. hahaha.. selamat ya sayang.. huuu.... Papa senang banget dengar nya". Seru Papa Radit memeluk anaknya.
Naomi yang tadi tersenyum senang memudarkan senyumannya. Melihat putrinya terlihat biasa saja.
"Kenapa?". Tanya Mama Naomi yang terlalu peka pada anak-anak nya.
Radit mengurai pelukkanya, memegangi kedua bahu sang putri dan menatapnya dengan kerutan heran.
"Farel gak senang dengar aku hamil". Kata Ayasa."Kok bisa?!. Wahhh.. yang benar saja!. Tidak bisa di biarkan ini!. Papa akan bicara dengan anak itu!.". Papa Radit langsung berbalik untuk menemui Farel.
Tapi, Ayasa langsung menahan lengan beliau. Begitu juga dengan Istri beliau."Pa". Tahan Ayasa. "Dengerin dulu". Kata Ayasa.
Radit terlihat tidak terima, ia ingin menghajar menantu nya sekarang. Tapi, melihat Ayasa yang belum selesai akhirnya ia memilih menetap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity
Romance" Keberuntungan yang tidak sengaja ku temu kan". Farel adalah pria berumur 27 tahun. Kehidupan nya sederhana. Saat ia sedang menunggu client di sebuah caffe tidak sengaja ia mendengar pernyataan seorang perempuan yang membuatnya tertegun dan juga lu...