04 : Lamaran lain dan Jawaban

13.1K 1.3K 23
                                    

Sret

Ayasa menyibakkan selimutnya dengan kasar. Kemudian bangun dari tidurnya yang ia coba sejak selesai sarapan namun gagal untuk bisa tidur. Padahal, semalaman ia berjaga di rumah sakit.
Tapi akibat obrolannya dengan Om Dika dan juga kedua orang tuanya mulai mengganggunya.

Ia kesal, marah namun tidak harus marah pada siapa.
Dirinya benar-benar frustasi dengan sebuah lamaran dari seorang laki-laki yang sama sekali tidak di kenalinya.

"Farel".

Ayasa mengerutkan dahinya ketika menemukan sesuatu yang mengganjal. Sepertinya ia mulai mengingat wajah pria yang bernama Farel.
Yang baru berkenalan dengannya di opening caffenya David.

Menemukan jawabannya, ia langsung bergegas beranjak dari kasur. Berjalan cepat menuju kamar mandi. Ia harus melakukan sesuatu sekarang juga.

Tidak lama kemudian, Ayasa sudah turun dari kamarnya.
Bergegas mengambil kunci mobil di tepatnya. Lalu bergegas keluar rumah.

Dari pada menunggu, ia memilih untuk bertemu langsung dengan si laki-laki yang sudah berani meminangnya.

"Dokter".

Langkahnya akan masuk mobil terhenti. Ia melihat seseorang yang sangat amat dikenalinya baru saja turun dari mobil yang juga baru berhenti di depan gerbang rumah yang ia buka lebar.

Dokter Devan. Dokter pembimbingnya tiba-tiba muncul di depan rumahnya. Mau apa?. Ia tidak ada jadwal hari ini. Besok pagi seharusnya.

"Dokter ada apa kesini?". Tanya Ayasa langsung.

"Ketemu kamu". Jawab dokter Devan dengan nada datarnya.

Ayasa langsung mengernyitkan dahinya. "Ada apa?".

"Ada yang mau saya bicarakan sama kamu".

"Apa?". Tanya Ayasa semakin heran.

"Benar kamu sudah di pinang orang?". Dahi Ayasa mengernyit heran. Menatap Dokter di depannya dengan lekat dan penuh selidik. " Saya bicara dengan dokter Naomi tadi di rumah sakit. Beliau mengatakan kalau ada laki-laki yang datang meminang kamu".

Jangan tanya bagaimana Ayasa. Tentu saja ia bingung.

"Kamu akan menerima nya?".

"Tunggu!". Kata Ayasa meminta jeda. Ia tengah mencoba menebak semua ucapan dokter Devan. "Hubungannya sama Dokter apa?".

Dokter Devan terdiam sejenak. Kemudian menghela napas berat. Seperti tengah memendam kekesalan. Namun mencoba untuk sabar.

"Tadi saya melamar kamu ke Dokter Naomi".

Ayasa langsung membuka mulut tidak percaya. Lalu ia mundur selangkah, nyaris terjatuh jika saja pijakannya tidak seimbang.

"Dokter bercanda?".

"Apa saya terlihat seperti sedang bercanda?". Devan bertanya kembali.

Ayasa menatap lekat dengan penuh selidik pada pria tampan di depannya. Lalu terkekeh sendiri, seolah tidak percaya dengan apa yang barusan pria itu katakan.

Melamarnya? Yang benar saja.
Sikap pria itu selama ini tidak terlihat seperti menyukainya. Sifatnya yang dingin dan juga selalu galak dengannya itu apa?.
Bahkan pria itu membuatnya ilfeel sendiri. Lalu sekarang datang ingin melamarnya?.


"Iya, saya sudah di pinang seseorang". Jawab Ayasa akhirnya.

Devan mengernyitkan dahi. Ada raut gelisah yang di tangkap Ayasa sekarang di wajah tampan itu.

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang