13: Awal Hidup Baru

13.2K 1K 12
                                    

Pagi ini Ayasa terbangun karena merasa hawa dingin yang seolah menusuk tubuhnya. Dan ketika ia membuka mata, melihat ruang kamarnya sudah terang.
Kemudian ia mencoba untuk menaikkan selimut untuk mengawal rasa dingin, meraih remote AC berniat untuk mematikannya.

Lalu ia tersadar, jika ia tidak mengenakan sehelai benang pun. Membuatnya tersentak, namun sedetik kemudian ia langsung merasa malu. Mukanya memerah, karena mengingat semua kejadian tadi malam.

Ayasa beranjak bangun dari tidurnya. Mengaduh pelan saat merasakan nyeri di bagian bawah perutnya.

Cklek

Pintu kamar mandi tiba-tiba di buka, reflek Ayasa langsung menarik selimut untuk menutupi tubuhnya dan kembali berpura-pura tidur. Ia malu harus berhadapan dengan suaminya sekarang.
Jadi lebih baik berpura-pura tidur kembali.

Samar-samar ia mendengar suara langkah mendekat. Dan berhenti di sampingnya. Terdengar suara benda di ambil. Lalu kemudian kembali terdengar suara ponsel yang seperti di nyalakan.

Beberapa detik kemudian, ia bisa mendengar berbagai notif masuk. Membuatnya mengernyit heran dan berfikir.
Siapa yang mengirimi pesan sebanyak itu pada Farel?.

Mungkin teman-teman Farel yang mengucapkan selamat. Fikir Ayasa.

Drt Drt Drt

"Halo?". Terdengar suara Farel seperti menjawab telfon.

Ia tidak bisa mendengar percakapan itu. Farel kembali mengulang kata halo seperti orang yang menelfon tidak menjawab. Itu di ulang Farel sebanyak tiga kali.

Lalu ia tidak mendengar lagi, Farel meletakkan kembali hp di atas nakas dan mulai menjauh dari sana.

Tidak lama kemudian, Ayasa mendengar langkah itu kembali mendekat padanya. Dan kemudian mendengar namanya di panggil.

"Sya". Ia mencoba untuk tidak bergerak lebih dulu. "Sya, bangun udah subuh". Farel mengulangnya lagi.

Ayasa berpura-pura bergerak pelan. Lalu setelah bisa menguasai dirinya ia berbalik pada suaminya. Ternyata Farel sudah siap-siap dengan baju Koko lengan panjang. Sarung dan peci berwarna putih.

"Udah azan, aku mau ke mesjid". Kata Farel lagi.

Ayasa menelan ludahnya, ia pun kemudian mengangguk. Dan Farel pun berbalik pergi keluar dari dalam kamar. Setelah pintu tertutup, baru ia bernafas lega.
Dirinya bangun dengan masih memegangi selimut. Lalu baru turun dan berlari ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Setelah menyelesaikan sholat subuhnya. Ayasa menarik sprei yang sudah kotor dan menggantikan nya dengan yang bersih.
Sprei itu langsung ia bawa turun menuju belakang dan mencucinya langsung. Sebelum Mamanya keluar dan memergokinya mencuci sprei.

"Pengantin baru, subuh-subuh udah nyuci. Rajin banget!".

"Astaga!". Ayasa kaget bukan main saat ia sedang fokus menjemur di belakang rumah dan mendengar suara Bunda nya dari seberang tembok rumahnya.

"Bunda! Ngagetin tau!". Kata Ayasa.

Kinal hanya tertawa mendengar itu. Menatap keponakanya dengan menggoda. Namun, Ayasa memilih mengacuhkan hal tersebut. Dan melanjutkan kegiatannya.

"Farel udah bangun?". Tanya Bundanya.

"Udah, lagi ke mesjid ". Jawab Ayasa. Sebelum Bunda nya yang emang terkenal jail dan juga suka ngecengin orang. Ia memilih pamit lebih dulu. Alisa kabur. "Bun, Yasya masuk dulu ya. Mau bantu Mama di dalam". Lanjutnya dan kemudian langsung berlalu pergi.

Kinal yang memang mengerti jika keponakan nya itu tengah malu. Ia hanya bisa tertawa saja. Dan juga ikut masuk kedalam rumah.

***

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang