30: END

24.3K 1.2K 61
                                    

Farel duduk diam di dalam mobilnya. Dengan tanpa raut ekspresi apapun di wajahnya. Sorot matanya tampak lurus memandangi Ayasa yang sedang mengobrol dengan seorang pria yang cukup di kenalnya.

Adrian.

Ia memilih diam dimobil, melihat keduanya yang terlihat akrab mengobrol berdua disana.
Entah apa yang ia rasakan sekarang. Tapi, ia tidak suka Ayasa terlalu sering mengumbar senyum pada pria itu.

Setelah mulai merasa jengah sendiri. Farel membuang napas kasar dan kemudian memutuskan untuk keluar dari dalam mobilnya. Ia berjalan menghampiri istrinya yang sedang berdiri bersama Adrian di depan rumah sakit.
Entah bagaimana, Ayasa tiba-tiba menoleh ke arahnya. Seolah bisa merasakan kehadiran nya di sana. Wanita itu langsung tersenyum padanya.

"Kamu sudah datang?". Sapa Ayasa memeluk lengannya dengan mesra.

Ia hanya mengangguk dengan senyuman kecil. Lalu matanya melirik pada Adrian yang meliriknya juga.

"Ian, aku udah di jemput. Kita duluan ya". Ayasa langsung berpamitan pada pria itu.

"Iya, hati-hati". Kata Adrian.

Farel tidak mengatakan apapun, pria itu memilih untuk segera pergi dari sana. Hanya melempar tatapan datar pada Adrian.

"Biasa aja dong, liat nya". Kata Ayasa saat mereka sudah di dalam mobil.

"Apa nya?". Tanya nya tidak mengerti.

"Itu, ngeliatin Adrian nya biasa aja!.". Kata Ayasa lagi dengan senyuman geli sendiri. "Suami aku kalau cemburu, gemesin juga". Lanjutnya memeluk lengan nya.

Farel hanya mengernyit kan dahi, kemudian memilih fokus pada jalanan.

"Oya, aku udah mulai cuti besok". Kata Ayasa lagi.

"Hm".

Wanita cantik itu melirik suaminya dengan helaan napas. Lalu menyalakan musik. Membuat Farel juga hanya melirik saja pada kelakuan istrinya.

"Besok, temenin aku shoping ya?". Pintanya di sela-sela suara merdu Afgan.

"Shoping?".

"Kata Mama, kita udah boleh persiapan. Ya.. beli perlengkapan bayi". Jawab Ayasa men-scroll layar ponselnya. "Liat deh". Ia menunjukkan padanya.

Ia melirik sekilas, melihat perlengkapan bayi disana. "Lucu-lucu kan?".

"Bayi gak langsung pake itu". Jawabnya. Yang langsung membuat Ayasa cemberut. "Lagian masih dua bulan lagi".

"Ya, kan beli dari sekarang gapapa. Lucu tau". Keluh Ayasa.

Ia memilih iya saja. Istrinya itu suka banyak mau nya. Apa yang di liat terkadang langsung main beli saja. Padahal tidak ke pakek juga.

***

Setibanya di rumah, Farel langsung memarkirkan mobil di dalam garasi. Bergabung dengan empat mobil lainnya milik orang tuanya Ayasa dan juga Kevan.

"Eh". Tiba-tiba Ayasa berseru.

"Kenapa?". Tanya Farel mengernyit heran. Ayasa terdiam sambil memegangi perut nya yang sudah membesar. Maklum, usianya sudah tujuh bulan lebih beberapa hari.

"Kayak ada yang nendang". Farel menaikkan satu alisnya heran.
Namun, Ayasa langsung mengambil tangannya dan meletakkan di perutnya.

"Rasain deh". Kata Ayasa tersenyum menatapnya.

Masih dengan muka bingung, ia menurut saja. Mencoba merasakan sesuatu di sana.

Deg.

Entah mengapa tiba-tiba jantung nya tersentak. Saat sesuatu menyentak tangannya. Ia langsung menoleh pada Ayasa yang tengah tersenyum begitu lebar menatapnya. "Kamu bisa merasakan nya kan?". Tanya Ayasa.

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang