🍒06.Dipeluk Anas?🍒

75 29 3
                                    

''Tidak menuntut vote dan komentar tapi saya harap kalian paham caranya menghargai karya orang lain. Terimakasih''
.
.
.


Sakit. Satu-satunya kata yang bisa aku deskripsikan saat ayah membentak ku. Aku hanya bertanya, cukup gampang jika aku anak kandung ayah, ayah tinggal bilang 'ya' tapi ini? ayah hanya diam dan bahkan membentak ku. Aku jadi semakin ragu kalau aku anak kandung ayah, ayah saja seperti tidak mau menjawab pertanyaan ku. Apa lagi selama ini, ayah selalu cuek, dan bersikap masa bodo. Ketakutan ku semakin besar kalau benar aku memang bukan anak kandung ayah, lantas aku anak siapa?. Karna tidak mau terus-menerus memikirkan itu aku lebih baik tidur di UKS saja. Entah sudah berapa lama aku disini, yang jelas aku enggan membuka mata karna lelah.

Meski mataku terpejam sebernarnya aku tak benar2 tidur. Hanya menikmati kesnyuina, beberapa menit terdiam, aku merasakan ada sesuatu menyentuh permukaan kulit dahiku, aku masih enggan membuka mataku.

"Gak panas"

Samar-samar aku mendengar suara seseorang tapi aku masih malas untuk bergeming.

"Ay"

Sekali lagi aku mendengar suara seseorang yang memanggilku.

"Ay. Kamu gak papa kan?"

Karna merasa terusik, aku pun perlahan membuka mataku, menyesuaikan cahaya sekitar. Hal pertama yang ku lihat adalah luka.
Iyah, luka di wajah kak Anas.

"Kak Anas?!"

Aku pun bangkit langsung duduk di ranjang UKS, sedikit terkejut karena kak Anas muncul tiba-tiba dan juga heran kenapa wajah kak Anas babak belur. juga ada beberapa goresan luka di wajahnya.

"Kamu gak papa?. Kenapa tidur disini?. Sakit? Tapi tadi kakak cek gak panas. Kamu sakit apa? Bilang sama kakak?"

Yang tadinya aku merasa sehat mendadak sakit telinga gara-gara pertanyaan kak Anas yang bertubi-tubi.

"Jawab ay!"

"Aku bingung"

Kak Anas nampak menaikan alisnya sebelah.

"Kakak kalo nanya satu-satu jangan langsung ngerap kaya gitu"

Dia langsung mengerti. Tangan besarnya menarik kursi di dekat ranjang UKS yang ku duduki.

"Jadi?, Kamu ngapain tiduran disini?" Kini dia mengajukan pertanyaan dengan nada suara sedikit lebih lembut.

"Istirahat sejenak" jawab ku jujur.

"Ada masalah?" Tanyanya.

"Tidak ada. Hanya saja ada yang mengganggu pikiranku" keluhku.

"Kakak ngapain disini?. Ini kan jam masuk?. Terus itu mukanya kenapa lebam-lebam sama luka?" Tanya ku

"Sama kaya kamu istirahat" katanya santai.

"Kakak abis berantem yah?" Tebak ku.

Dia hanya mengangguk sebagai jawaban. Nasib panglima jajaran depan memang tidak jauh dengan namanya baku hantam.

"Udah diobatin?" Tanyaku.

Dia menggelengkan kepalanya.

"Mau aku obatin?" Tawar ku.

"Boleh" katanya sambil tersenyum. Aku sedikit ngilu melihat senyumnya karna luka yang ada di sudut bibirnya itu.

"Mau kemana?" Tanyanya saat aku hendak turun dari ranjang UKS.

Merindukan ayah & Kamu [End✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang