🍒09.Aku dimata Ayah🍒

71 20 9
                                    

‘‘Tidak menuntut vote dan komentar tapi saya harap kalian paham caranya menghargai karya orang lain. Terimakasih’’
.
.
.

Berjalan menuruni tangga, aku menyipitkan mata ketika melihat sosok pria paruh baya sedang duduk bertumpang kaki di sofa. Ragu tapi ternyata setelah menduga-duga tebakan ku benar.

"Kakek?"

Aku pun menghampiri pria yang ku sebut kakek itu, lalu aku menyalimi tangan nya.

"Ayah mu belum pulang?" Tanya kakek.

"Belum. Ayah sibuk kayanya" kataku.

Kakek hanya mengangkat kedua alisnya, matanya menyapu setiap inci rumah.

"Kakek kesini sendiri?, Gak sama nenek?" Tanyaku

"Nenek mu di dapur. Tadi katanya mau ambil minum"

Aku mengangguk mengerti "kalo gitu Aya susul nenek aja"

"Gak usah, nenek udah disini"

Aku menoleh ke belakang, ternyata nenek ku sudah berjalan kemari sambil membawa nampan berisi 2 gelas minuman dan satu piring keripik pisang.

"Ayah mu pulang jam berapa biasanya?" Tanya kakek

"Aya gak tau kek, mungkin sekitar 12 lebih. Udah seminggu ayah pulang larut terus, kerjaan nya numpuk banget kayanya"

"Ck. Gak punya pemikiran!"

"Jadi kamu dirumah sendirian?" Tanya nenek

"Iyah. Udah biasa juga kan nek" tutur ku sambil mendekat memeluk nenek.

"Kamu pindah aja kebandung. Gak baik anak perawan ditinggal-tinggal sendiri dirumah!"

"Baba!" Tegur nenek

Dimas Lazuardi letnan tempurku yang berhasil mencegah peperangan di perbatasan. Sosok kebanggan keluarga Lazuardi, kakek terhebatku yang pernah ada. Dan Anisa Santosa wanita yang sudah lebih dari 50 tahun menemani perjuangan kakek, dan menjadi tempat berpulang kakek ketika penat seusai perang. Nenek ku yang lemah lembut dan penyayang.

"Aya gak mungkin ninggalin ayah sendiri disini kek" ujarku

"Ayah mu sudah dewasa, sudah tua. Harusnya sudah punya pikiran bijak dalam menyikapi segala hal. kalo terus-terusan kamu ditinggal kaya gini, kamu tinggal sama kakek aja"

"Baba jangan gitu, gimana pun juga Bayu yang memutuskan semuanya kita gak bisa maksa-maksa Ayana kaya gini" Ujar nenek menenangkan Kakek

"Kek, nek udah jangan diterusin" leraiku.

"Aya mau siapin makan malem, kita makan bersama yah?" Ajak ku.

"Boleh sayang. Ayok nenek temenin kita siapin bareng-bareng."

"Ayok nek!" Aku pun dengan antusias menyeret nenek ke dapur, lumayan aku bisa belajar resep baru.

Aku dan nenek sibuk berkutat di dapur, aku tidak tau kakek sedang apa. Sampai pada akhirnya acara masak kami pun selesai, senyum bangga menghiasi wajahku.

"Panggilin kakek mu gih" nenek menepuk pundaku lembut.

"Ay ay captain!" Kataku sambil memberi hormat, nenek hanya tersenyum simpul melihat Tingkah ku.

Aku pun segera berjalan ke arah ruang tamu untuk memanggil kakek seperti perintah nenek.

"Kakek! Ayo makan!" Seru ku dengan riang.

Ada yang beda dari raut wajah kakek, sebelum aku meninggalkan nya sendiri di sofa tadi kakek tidak sekusut ini. Kini pandangan ku berpindah ke objek pandangan kakek.

Merindukan ayah & Kamu [End✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang