"Lagi apa de? Pasti sempit disana, sabar ya nanti kalo udah bebas kamu ketemu Bapak. Bun-"
Jana melotot. Dasar lelaki ini! "Emang dedeknya Aku sandra?!"
Cengiran ditunjukkan Gema, dia mengedip. "Jangan marah dong, kan bercanda. Bilangin de, Bunda jangan marah mulu. Ntar keriput. Kayak nenek lampir."
"Duh de, Ayah ngeselin. Buang ke laut aja deh, biar kita berdua aja."
Anaknya menanggapi dengan tendangan dua kali, membuat Jana meringis sedikit.
Gema memasang tampang angkuh dan mencium permukaan kulit perut. "Kita cs de, jangan dengerin Bunda."
"Gema, mah. Bohong de, dia ngeselin. Udah sono," hanya percakapan seperti itu membuat mood Jana memburuk. Dia menurunkan baju seperti semula, bersiap untuk menarik selimut ingin terlelap.
Beneran deh, Gema ngeselin. Jana pingin disayang malah digodain.
Melihat perempuan itu tersinggung, Gema meletakkan dagu pada ceruk leher Jana. "Jangan marah dong, Jan. Kan aku bercanda."
Tidak ditanggapi sama sekali, Jana enggan dia memilih memejam. Menghirup udara teratur seperti tutorial tidur cepat ala tentara. Nyatanya sangat berguna, samar-samar dia masuk alam mimpi.
Suara ketukan pintu mengakibatkan Jana batal tidur pulas. Biasa dikenal sebagai tidur ayam tahapan ini ialah Non-Rapid Eye Movement. Jana ingat saat belajar untuk beasiswa. Oh ya, rencana itu menjadi angan-angan bukan?
Leyna dan Kinan. Pasti mereka mempersiapkan untuk ujian tersebut. Apa kabar dengan harapan yang diukir dengan mengatakan kita akan masuk Universitas Indonesia bersama. Bareng, bertiga. Di takor atau disebut 'Taman Korea' atau di taman lingkar akan duduk bersama. Duduk sambil berdiskusi banyak hal.
Persahabatan tidak terjalin seperti biasanya, airmata, dan tawa mengiringi. Setiap ada problem selalu mendukung satu sama lain. Maka itu Jana menutupi pernikahan hingga hamil akibatnya Leyna berapi-api. Bagaimana berita ini sampai pada Kinan. Temannya satu punya sifat bar-bar yang akan keluar seperti gunung berapi yang siap memuntahkan lava dan kawan-kawannya.
Ketukan pintu membawa Putri masuk, adik Gema itu membawakan kebab. Mendapati makanan kesukaan Jana langsung duduk dan menengadahkan tangan.
Putri tertawa dan menyembunyikan ke belakang. "Emang buat Kakak?" orang buat Bang Ge."
Raut kecewa tak terelakkan. Gema mengambil kebab dengan senyum manis. Sengaja menekankan kalimat. "Makasih, Put. Kebabnya ukuran jumbo 'kan? Banyak keju juga. Tau aja lagi mau."
Perlahan Jana menurunkan tangan, dia menghela napas dalam-dalam kemudian bersiap untuk berbaring lagi.
Gema dan Putri memperhatikan dengan tatapan aneh, mereka saling melihat dan meringis sebab gagalnya strategi menggoda Jana.
"Kebab ini sebenernya buat Kakak, tadi Aku cuma bercanda."
Adik Gema itu membungkuk untuk melihat wajah Jana.Perempuan berbaring kearah kanan itu tak menyahut, menutup mata damai. Menyadari itu lantas Gema ikut menolehkan kepala. Menggoyangkan bahu Jana.
"Tidur, Put."
"Yahh, kebabnya taro mana?" celinguk Putri menyusuri kamar. Minimalis. Khas Bang Ge.
Tidak terlalu banyak barang, hanya keperluan primer. Di meja rias yang pasti punya Jana ada beberapa kosmetik dan skincare. Lebih sedikit dibandingkan Nisa. Ruangan itu nampak lega. Bagus.
Setelah puas mengamati, Putri memberikan kebab dengan perasaan bahagia.
::
Seperti biasanya, pagi ini Jana senam. Dia menikmati walau terpaksa. Bukan salah senamnya tapi sifat otoriter Ibu membuatnya muak. Berkali-kali Jana harus mengulangi gerakan sebab salah. Berkali-kali juga Ibu akan menatapnya kesal.
Peluh membanjiri keduanya terutama Ibu, ternyata Gema mewarisi dia. Saat berkeringat seperti habis mandi, banyak sekali.
"Besok jangan salah lagi! Sudah dulu. Capek ngajarin kamu. Udah gede keliatan kayak anak kecil, harus dibimbing mulu. Otaknya dipake, hapalin bener-bener."
Puas menasehati Ibu meninggalkan tempat. Jana hanya menghembuskan napas sabar, dia mengusap perut buncitnya dengan perasaan senang. Hari ini aktif sekali menendang.
Apalagi kalo Gema buka suara dan mulai bercerita. Sudah dipastikan anaknya ini bisa beberapa kali menendang. Sebagai pihak selalu meringis, Jana hanya bersabar. Pahala mengandung sebagaimana Rasulullah telah berwasiat kepada Fatimah Az-Zahrah, anaknya yang berbunyi:
“Wahai Fatimah, apabila wanita mengandung, malaikat memohonkan ampunan baginya, dan Allah menetapkan baginya setiap hari seribu kebaikan serta melebur seribu kejelekan. Ketika wanita merasa sakit akan melahirkan, Allah menetapkan pahala baginya sama dengan pahala para pejuang di jalan Allah. Jika dia melahirkan kandungannya, bersihlah dosa-dosanya seperti ketika dia dilahirkan dari kandungan ibunya. Bila meninggal ketika melahirkan, dia tidak akan membawa dosa sedikit pun. Di dalam kubur akan mendapatkan pertamanan indah yang merupakan bagian dari taman surga. Allah memberikan pahala kepadanya sama dengan pahalah seribu orang yang melaksanakan ibadah haji dan umrah, dan seribu malaikat memohonkan ampunan baginya hingga hari Kiamat”.
Amat menyenangkan saat Jana membaca ini. Begitu besar pahalanya, dan masa akhir saat melahirkan nanti Jana sudah ikhlas jika tak selamat. Biarlah anaknya tumbuh dengan baik. Jana banyak dosa dengan segala takdir ini Allah ingin menghapus dosanya, aamiin.
Apalagi peristiwa Papah itu, saat dia faktanya dijodohkan dengan Om Ridwan. Jana bergidik ngeri, tidak. Bukan masalah apa-apa, tak nyaman rasanya menikah dengan Om Ridwan. Pokoknya Jana tak suka!
Sudah merasa baikkan, Jana bangkit dan mengenyit melihat ponsel bermerek IPhone terbaru. Pasti punya Ibu. Sambil membawa ponsel Jana menuju kamar.
Karena pintu tidak tertutup rapat, mata Jana melihat Ibu. Posisinya menghadap pintu memudahkan Jana tau apa yang dilakukan mertuanya. Tunggu, itu apa?
Pasti bukan, Ibu tak mungkin. Jana menggelengkan kepalanya.
"Ngapain?" suara bernada dingin menyapa pendengaran Jana.
Dia otomatis memfokuskan diri menatap Ibu. Aura dipancarkan sangat menyeramkan, dengan perlahan Jana menyerahkan ponsel itu. Tersenyum kikuk. "Balikin ini."
"Sono, pergi."
Ibu balik badan, dan menutup pintu dengan keras hingga Jana memejamkan mata.Dug!
Anaknya menendang, mungkin ikut kaget. Sekali lagi Jana menepis kejanggalan yang sempat terliaht. Nggak mungkin! Jangan su'udzon Jan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akrasia |✔|
SpiritualeGema dan Jana terikat oleh pernikahan. Rencana masa depan harus terpupus, menikah itu seperti pergi ke tempat baru. Berkenalan dengan lingkungan Gema, menghadapi karakter orang. Segalanya terasa sulit, semesta memang paling bisa membuat manusia leb...