Gema mondar-mandir, dia sangat khawatir keadaan perempuannya. Ingatan tak lepas dari semua kekecewaan yang di pancarkan kedua bola mata jernih milik Jana. Perempuan yang dicintai.
Gema meremas rambut dengan kasar, dadanya sakit. Melihat dengan mata raut wajah Jana yang menyiratkan sakit hati begitu dalam.
Dia lagi hamil anak lo! Batinnya berteriak. Disebut apakah sekarang? Semua hal buruk, memang pantas. Gema kini baru sadar kalau dia keterlaluan.
Ketika pandangannya tertunduk, Gema langsung menutup mata sebentar. Tangan ini yang dengan enteng memojokkan tubuh Jana, hampir menampar bahkan mencekik.
Astagfirullah Gema, lirihnya.
Lalu apa? Sekarang sudah terlambat, hatinya perih dan tidak ada Jana untuk dimintai maaf. Paling penting apakah dia akan memaafkan, rasanya ragu.
Airmata menitik, disusul kawan-kawannya. Untuk pertama kali Gema merasa ingin bunuh diri yang telah menyakiti Jana. Masih dirasai saat kedua telapak tangan hina ini menekan tubuh istrinya!
"Abang?" suara Nisa menyapa telinga Gema.
Masih dengan mata merah, dia menajamkan lirik mata. "Puas kamu bikin hubungan Abang berantakan?!"
Nisa kaget, cengkeraman tangan di pintu menguat. Dia menunduk. Sakit pertama kali melihat lelaki hancur, menusuk seketika.
Nisa merasakan Gema mendekat.
"Sebenarnya kamu kenapa, Nisa? Jana itu istri Abang! Kenapa bisa-bisanya kamu licik gini."Perundungan batin berhasil membuat Gema sadar bahwa semua perilaku Nisa membikin hubungan Gema merenggang.
Nisa mengepalkan tangan, menahan kegeraman. Apa-apaan ini! Kenapa bertanya hal begitu? Semua sudah dikorbankan, dari kecil Gema selalu mencurahkan perhatian pada adiknya, Nisa dan Putri. Namun semenjak remaja, pubertas. Gema sudah jarang berdekatan lagi. Nisa memaklumi sebab abangnya itu bukan anak-anak lagi tapi kehilangan itu terganti dengan quality time mereka di weekend.
Pernikahan Gema dengan Jana membuat semua kacau. Jalan ke bioskop kemarin adalah pertama kalinya mereka berduaan setelah setengah tahun Gema menikah. Jadi semua karena Jana!
"Aku benci Kak Jana!"
Gema terhenyak, menatap nanar. "Kenapa? Dia nggak pernah salah ke Kamu."
"Dia hadir itu salah! Sadar nggak, Bang. Kita makin jauh setelah kalian nikah. Nggak ada tuh acara hangout bareng lagi, masak bareng, nonton bareng atau bahkan diskusi bareng. Nggak ada! Perhatian Abang ke Kak Jana semua," ucap Nisa menggebu-gebu. Wajahnya mengeras.
Melihat adiknya bereaksi begitu, Gema terdiam. Dia mendesah dalam hati. "Kamu ngapain cemburu sama Kak Jana? Dia emang istri Abang, Nis. Wajar kalo Abang lebih perhatian, apalagi dia lagi hamil."
"Aku nggak suka!" jerit Nisa sambil menahan isak tangisnya.
Gema menyenderkan badan ke dinding. Memijit pelipisnya, pusing. Semua nampak kusut. Permasalahan dia dengan Jana belum usai ditambah kecemburuan buta adiknya.
Fakta bahwa Nisa melakukan semua dengan sengaja menambah kekesalan Gema.
"Jangan bilang kamu sister complex?" tujuh Gema langsung, menunjuk Nisa.
Bibir Nisa tersinggung tipis, semakin menyeramkan. Tangannya melepas kerudung dengan sekali hentakan tak sampai disana dia menurunkan rok hingga menyisakan hot pants.
Gema memejam. Tidak benar.
Dia melebarkan mata saat merasakan sesuatu kenyal menerpa bibir. Sekali dorong Nisa menjauh. Astagfirullah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akrasia |✔|
EspiritualGema dan Jana terikat oleh pernikahan. Rencana masa depan harus terpupus, menikah itu seperti pergi ke tempat baru. Berkenalan dengan lingkungan Gema, menghadapi karakter orang. Segalanya terasa sulit, semesta memang paling bisa membuat manusia leb...