• Dua puluh delapan

4.5K 326 13
                                    

"Dia bohong?"

Qorni tidak mengalihkan pandangan dari ponsel.
"Iya. Kali ini Gue bongkar semua kebohongan dia secara baik-baik."

Mata Gema masih terpaku pada aktivitas temannya ini. "Lo ga marah?" tanyanya tak percaya.

Kepala Qorni menggeleng.

Kontan Gema menyahut kesal, kebohongan Ibu Qorni bukan sekali dua kali melainkan banyak. Dari Qorni masih kelas sebelas sampai sekarang. Kebohong Ibunya bukan perkara kecil.

Mobil katanya dipinjam padahal dijual, uang spp diambil, pernah selingkuh dan paling tidak termaafkan bagi Gema adalah sikap Ibu Qorni baik pada anaknya itu hanya karena suatu hal, biasanya dia tidak perhatian pada Qorni. Ibunya selalu membandingkan dengan kembaran Qorni.

Kini dengan wajah biasa saja dia bilang telah memaafkan? Gema tidak habis pikir. Maksudnya ya, itu sudah keterlaluan. Lantas dia dengan santai memaafkan. Jika Gema diposisi itu dia belum tentu memaafkan, kepercayaan sangat penting dalam hidup dan jika sudah rusak sulit diperbaiki.

Suara pemilik ponsel itu memecah lamunan.
"Biar aja sih Ge, pertama emang kesel, marah. Tapi gue gak mau jadi manusia yang melihat satu keburukan dan mengabaikan seribu kebaikan. Gue ada karena dia, melahirkan, ngasuh, ngasih makanan, sekolah dan lo tau kan single parent itu susah. Pasti dia punya alasan, jangan nethink dulu. Gue egois dong kalo mikir perasaan gue mulu.

Kadang gue suka kepikiran, misal gue marah nih, apa dia juga pernah marah pas kecil gue nakal? Kan engga. Gue yakin dia punya alasan. Dan juga Gue gak mau hidup dalam dendam ga berkesudahan. Hidup kayak gitu nyusahin tau. Terasa asing, diem-diem aja. Kalo ada dia ngehindar atau ga males aja liat mukanya. Jadi kalo bisa damai kenapa harus ribut?"

Gema terdiam. Pasalnya masalah dengan Jana belum selesai, pertikaian pertama setelah menikah. Semua hanya karena masalah yang jika dipikirkan lagi itu kecil.

Kecemburuan, Gema akui dia sudah mencintai Jana. Percaya love at first sign? Gema mengalami. Siapa sih yang bisa menolak pesona perempuan seperti Jana. Rasulullah menganjurkan melihat rupa dalam memilih istri tetapi bukan berarti akhlak disingkirkan. Akhlak dan ilmu agama harus diutamakan.

Renjana Calista tidak bisa dianggurin, kabar bahwa Papah Jana ingin menikahkan Jana pada Om-om membuat Gema tanpa pikir panjang melamar. Sebenarnya tidak sopan melamar sebab Papah Jana sudah menentukan pilihan tapi apa salahnya mencoba. Dia ingin menolong Jana serta menghindari ajakan Ibu untuk menikah dengan seseorang yang Gema tidak tertarik.

Tau-tau nya yang ingin dijodohkan dengan Gema ialah Hafsah. Ada penyesalan dalam lubuk hati tapi jika sudah seperti ini masa harus poligami? Gema sadar hubungan dengan Hafsah sebatas kagum tidak suka antara lelaki dan perempuan.

Tidak disangka semua sirna saat tau Jana terpaksa menerima. Gema kira Jana sukarela nyatanya tidak. Nasi sudah jadi bubur, Gema tetap melanjutkan sambil memperbaiki niat menikah. Semua berbuah manis saat Jana tau fakta kalau Gema menikahi sebab tak ingin Jana jatuh ke pelukan Om Ridwan. Perempuan itu berubah jadi lebih penurut dan belajar menerima.

Suara Qorni menarik Gema ke alam sadar.
"Setelah gue tanya alasan, dia jawab jujur. Walaupun kebohongan itu tetap salah, Gue sangat menghargai pengorbanan dia. Dibalik kebohongan Ibu cuma pingin ngasih Gue yang terbaik. Uang yang pernah dicuri ternyata buat kasih pinjem oranglain yang waktu itu darurat banget. Agak salah emang tapi Gue sadar Ibu ternyata simpati tinggi. Caranya aja yang salah."

Apa Gema sudah keterlaluan?
Ya!

Dia bahkan tidak mendengar penjelasan dari Jana. Kini dihantam badai penyesalan, pernah mengabaikan aksi ngidam Jana. Padahal itupun keinginan anaknya sendiri. Darah daging Gema. Juga pernah membiarkan Jana muntah-muntah tanpa sedikitpun menolong. Sematkan seluruh kata jahat pada Gema. Tidak ada rasa iba saat mata jernih itu menatap dengan redup, kecewa dan memendam kesedihan. Gema sudah diliputi amarah waktu itu.

Akrasia |✔|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang