• Tujuh

7.4K 417 8
                                    

Kehamilan yang dinantikan itu membuat mertuanya senang, hingga malam begini Ibu masih menceritakan pengalamannya saat kehamilan Gema. Ingin membagi kisah agar menantunya ini ikut merasakan kegembiraan.

Jana menanggapi tersenyum, perutnya sangat kenyang. Diberikan makan terus, terutama sayur katuk yang kata Ibu bisa melancarkan produksi ASI. Mendengar kata itu Jana agak merinding. Memikirkan saja kedepan dia tak berani.

"Terakhir, Jan. Sesuap aja."

Nah, lagi kan.
Mata Jana jeli potongan daging yang apik itu janggal, dia bertanya. "Itu apa, Bu?"

"Ikan Salmon."

Langsung terdiam Jana, dia alergi seafood. Wajah Ibu dan sendok yang sudah berada di bibirnya membuat mulut Jana terbuka, lantas dia tersenyum tipis untuk menahan supaya tidak tertelan. Jana bergegas menuju kamar.

Sebelum menghilang Ibu berkata.
"Jangan lupa wudhu sebelum tidur, Jan."

Jempol diacungkan Jana sebagai jawaban, kalau bilang 'iya' bisa-bisa daging itu keluar.

Bau amis tercium, daging tadi agaknya tak ingin Jana diamkan lama. Dia masuk ke kamar tanpa menutup pintu lagi, berlari menuju closet dan langsung memuntahkan daging salmon. Nyatanya bau amis semakin menguar, tubuh Jana duduk sambil menahan mual tak karuan. Pening menyergap.

Saat mengeluarkan lagi isi perutnya, Jana merasakan tengkuknya dipijat lembut, sejumput rambut menghalangi muntah dikesampingkan.

"Minum susu dulu."

Menghirup aroma vanilla membuat mual semakin menjadi-jadi hingga tangannya memegang pinggiran closet. Kenapa Gema tidak peka sih, lagi mual gini malah disodorkan susu. Jana Menangis tak kuat, mual nya parah.

"Jan-"
Ketukan pintu dengan suara Ibu terdengar, Gema langsung bangkit berdiri. Meninggalkan Jana belum tuntas mengeluarkan isi perut. Kapok dia makan salmon.

Seraya mengusap perutnya, Jana memejam, menahan gelombang mual. Salmon, vanilla adalah beberapa alergi yang dimilikinya.

Benar, Jana hamil. Berulang kali berkata, mungkin kalian juga jemu mendengar tapi dari lubuk terdalam Jana masih belum memercayai. Ada nyawa dalam perutnya!

"Ibu suruh minum, Jan. Kalo nggak, dia yang maksa."

"Ge," pinta Jana lirih. Matanya sayu, tenaga tersedot hingga habis oleh mual dasyat tadi. "Gue gak suka vanilla." katanya menitikkan airmata.

Gema meletakkan segelas susu dan berjongkok. Mengusap lembut dahi berkeringat itu. "Mau rasa apa?"

"Cokelat."

Segera Gema keluar, mengenakan jaket dan ingin pergi ke toko terdekat. Hampir keluar, dia menepuk ke kening. Kembali menghampiri Jana. Mungkin perempuan itu butuh untuk berbaring.

"Yuk, keluar."

Jana geleng kepala, memejam khidmat. "Ntar mual lagi."

Meski diliputi oleh khawatir Gema mengangguk dan mencari susu dengan rasa yang diminta.

Untungnya tak bertemu Ibu, wanita itu pasti tengah shalat Isya.

Menggunakan motor tak sampai lama, Gema memasuki market dengan tenang, rada sedikit bingung dimana tempat susu hamil. Ketika menanyakan pada petugas tatapan heran langsung layangkan, Gema tak membahas tatapan itu. Pasti petugas itu sudah berfikir negatif. Apalagi alis tebalnya menajam. Sudahlah.

Ponselnya bergetar, melirik nama itu Gema langsung mengangkat dengan mata tak berpindah dari berjejer kotak susu kehamilan.

"Ge sama kebab satu."
Walaupun mengernyit aneh Gema tetap mengiyakan.

Akrasia |✔|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang