28

158 12 1
                                        

Seseorang tengah sibuk dengan pikirannya tanpa memperdulikan lingkungan sekitar.

Ia melamun, wajah tampannya terkena sinar rembulan dengan rambut yang berayun-ayun terkena angin malam.

Entah apa yang ia pikirkan sampai-sampai melamun hingga tak tahu waktu.

Jam menunjukkan pukul 2 dini hari ia tetap dalam posisi yang sama air mukanya tampak lesu bahkan matanya kini berubah sendu.

"Sedang apa?" Ucap seseorang yang dari tadi memperhatikannya diam-diam.

Ia yang sedari tadi ingin menegur tapi ragu kini mulai berani bertanya kepada dia yang melamun.

Bukannya menjawab ia malah menunduk kepala dan dengan sekuat tenaga menahan sesuatu, dapat terlihat dari sirat matanya.

"Aku akan sholat" jawaban lalu berjalan melalui seseorang yang tengah bingung dengan segala tingkah yang di perbuat si pelamun.

Tak ingin ambil pusing dengan tingkahnya, ia mulai menaiki tangga menuju lantai dua tempat dimana kamarnya.

Pria itu melirik ke arah punggung yang mulai menjauh dan menghilang di balik tembok.

***

"Intan mana?" Ucap seseorang dengan panik karena tak menemukan seseorang yang ia cari ya, itu adalah intan.

Fanny dan tia bergegas turun kebawah, melewati sekelompok orang yang tidak terlalu di kanal walaupun sudah bersama selama dua hari.

Belum sempat bertanya pada yang ingin di tanya langkah kaki yang ringan serta bayangkan yang muncul mematul dengan di bantu sinar matahari berjalan mendekat.

Berjalan dengan santai bahkan menebar senyum kepada yang ia temui dapat membuat fanny dan tia jengkel bukan main. Pasalnya mereka berdua hampir terkena serangan jantung di buat oleh gadis berjilbab hitam itu.

"Dari mana?" Tanya tia dengan nada jengkel tapi tetep tersenyum.

"Dari depan" jawab intan singkat sambil mengernyitkan dahi.

Sedang bertanya-tanya ada apa dengan teman-teman yang sudah di anggap kakak itu.

Wajah fanny dan tia tampak lucu hingga intan tak dapat menahan tawanya yang cepat pecah hingga mengakibatkan, fanny dan tia jengkel bukan main.

"Maaf, lain kali bilang deh kalau mau pergi" ucap intan seakan tahu kalau di lanjutkan ketawanya ia akan dapat cubitan di pipi kanan dan kirinya.

***

Hari ini tenda sudah di pasang dengan kokonya, bahkan lampu serta alat pendukung lainnya sudah selesai.

Belum di mulai acara tetapi sudah banyak yang berdatangan untuk melihat anggota syubanul muslimin melakukan cek son di susu dengan anggota Al Nur.

Para vokalis duduk tepat di belakang para kiyai dan tamu undangan, bahkan tempat duduk sudah di atur sedemikian rupa.

Tinggal menunggu finalnya nanti malam. Saat di perjalanan pulang kak hafid mengajak kami bercanda ringan menghilang kegugupan kami untuk nanti malam.

Bukk...

"Ehhh...

"Intaannn

Beberapa orang berteriak karena melihat ku tiba-tiba terjatuh, untung aku cepat menopang tubuh ku dengan tangan.

Kak fanny dan tia cukup cemas melihat ku jatuh, dengan refleks ada dua tangan yang dengan cepat menahan tubuh ku walaupun tak sepenuhnya di tahan.

"Terimakasih" ucap ku pada adat dan azmi secara bergantian sambil tersenyum untuk menenangkan keduanya.

"Tangan mu berdarah" ucap adat khawatir sambil meraih tangan ku dengan lembut.

Tetapi belum sampai 15detik tangan ku sudah berpindah tangan ke azmi "jangan sentuh-sentuh" ucap azmi ketus pada adat.

Tak ingin ada petir yang menyambar-nyambar di sekitar ku, aku pun menarik tangan ku kembali dari genggaman Azmi.

"Sudah-sudah" ucap kak ahkam pada adat dan azmi untuk menenangkan keadaan.

Sedangkan yang berulang sedang menahan amarahnya terlihat dari sirat matanya yang memerah.

Aban yang tahu mulai berjalan mendekat dan memegang bahunya sambil berkata "apa yang kamu lakukan?"

"Bukan urusanmu" jawabannya sambil berjalan meninggalkan aban dengan amarah yang memuncak.

Bersambung...
Jangan lupa tinggalkan komen & votenya

Kunjungi juga IG ku @intanputri__p


IMPIAN MASA KECIL KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang