27

162 12 1
                                        

Sudah hampir 3 bulan rombongan Hadroh yang di bentuk mas qotib berjalan dengan baik, bahkan kami sudah di panggil ke beberapa kota di luar Jambi.

Rasanya menyenangkan bisa berpergian ke luar kota bersama dengan rombongan Hadroh ini.

Seperti sekarang kami tengah sibuk latihan untuk acara maulid nabi yang di adakan di Palembang, kota mepek-mepek adalah kota yang akan kami kunjungi.

Latihan sudah berjalan selama tiga hari, mas qotib cukup puas dengan kemajuan yang begitu pesat antara vokalis dan juga pemegang alat Hadroh.

Bahkan sekarang aku dan adat sedang menyelaraskan suara, banyak tawa yang keluar di banding serius.

Sempat beberapa kali aku terkena pukulan pelan dari mas qotib karena tak cukup serius latihan.

"Sekitar seminggu lagi kita berangkat ke Palembang, jaga kesehatan kalian terutama untuk yang vokalis perempuan apalagi tia itu" ucap mas qotib dengan serius tetapi dengan senyum tipis yang tak terlihat.

"Lo ko saya si mas" protes tia pada mas qotib yang mendapatkan tawa dari yang lain.

"Makan yang banyak ti, biar ga di sindir terus" ucap yuda dengan sesekali tertawa.

Setelah mendapat tanggal pasti ke berangkatan, ibu dan ayah sudah siap menyiapkan barang-barang keperluan ku selama seminggu di Palembang.

Sebenarnya ini bukan kali pertama aku pergi ke luar kota tetapi ekspresi kedua orang tua yang seakan khawatir selalu terlukis di wajah ibu dan ayah.

Ibu dan ayah selalu berpesan selalu memberikan kabar, makan yang teratur dan hati-hati dengan barang yang di bawa intinya adalah pulang dengan selamat.

Semua rombongan Hadroh Al Nur mulai memasuki mobil, yang perempuan duduk di bangku depan bersamaan dengan beberapa orang kepercayaan maa qotib untuk menjaga aku, tia dan kak fanny.

Sedangkan untuk yang laki-laki di bangku belakang bersama dengan peralatan Hadroh.

Selama 5 jam perjalanan dari Jambi ke Palembang, semua orang memilih untuk tidur ketimbang bercanda.

Sesampainya di tempat tujuan kami di sambut dengan antusias dengan pemilik acara, tetapi di sana juga ada satu mobil yang terparkir rapi di halaman rumah.

Kami di tuntut memasuki kediaman sang pemilik acara, terkejut itu yang ku rasakan saat pertama masuk ke dalam ruang tamu.

Ternyata orang yang membuat ku terkejut, lebih terkejut lagi di bandingkan aku. Diam tanpa berbicara itu yang ku lakukan sekarang.

Sampai pada saat pandangan ku terputus karena tangan adat yang melambai tepat di wajah ku.

"Dasar" ucap ku sepontan sambil memikul pelah bahu adat.

"Intan sini" panggil kak fanny dengan antusias.

Aku berjalan meninggalkan adat dan dia yang masih mematung tak percaya dengan apa yang ia lihat.

Acara kali ini ternyata bukan rombongan ku saja yang di undang memenuhi acara ternyata rombongan syubanul muslimin pun turut memeriahkan acara.

Makan malam benar-benar meriah di kediaman kepala desa, keceriaan memenuhi ruang makan, bahkan candaan kami benar-benar mencairkan suasana rumah yang begitu besar.

"Intan mau apa?" Tanya adat pada ku sambil tersenyum.

"Itu dat" tunjuk ku "bukan yang itu" ucap ku lagi karena Sadat salah ambil kue yang aku mau "nah itu, iya itu" ucap ku sambil tersenyum.

Dengan pelan azmi mengambil kue kering yang aku tunjuk pada adat ternyata azmi lebih tahu apa yang aku mau di bandingkan adat.

"Ini" ucap azmi sambil memberikan kue tersebut.

"Terimakasih" ucap ku sambil tersenyum.

"Kenapa ga bilang kalau kue bola kering" protes adat pada ku.

"Tadi udah bilang ko, kamunya aja yang ga ng'ngeh" jawab ku yang memang kenyataan.

Tawa kembali memenuhi ruangan tanpa tahu gadis yang berada di samping aban tengah memandangi dengan tatapan yang sulit di artikan.

Sedangkan azmi kembali diam tak mau berbicara, bahkan sekarang ia hanya menunduk.

Bersambung...
Jangan lupa tinggalkan komen & votenya

Kunjungi juga IG ku @intanputri__p

IMPIAN MASA KECIL KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang