29

170 10 0
                                    

Gimana sama jalan ceritnya bingungin ngga si, atau terkesan ngga jelas ceritanya apapun itu kalian tinggalkan komen aja biar aku perbaiki tapi pada ngga mau komen jadinya aku ngga tahu kalau ceritanya bagus atau ngga.

Ya dari pada pusing aku update aja cerita selanjutnya takutnya ga kelar-kelar ini novel.

Oiya aku juga mau kasih tahu ke kalian. Sebenernya aku mau buat novel yang bakal nyambung sama ceritanya "Impian Masa Kecil Kita" tapi dengan tokoh yang berbeda dan judulnya.

Kalau kalian setuju komen aja tapi kalau ngga mau, aku buat novel fantasi aja, hehehe

Dari pada banyak omong aku lamcutnya buat ceritanya aja deh.

Dari pada banyak omong aku lamcutnya buat ceritanya aja deh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Kamu ga papa kan tan" tanya seseorang dengan sirat mata penuh khawatir.

Aku hanya menggelkan kepala ku sebagai jawaban untuk pertanyaannya.

"Cuman luka kecil aja ko, ngpain juga harus di kerumunin. Kurang kerjaan aja si" ucap siti dengan ketus sambil melipat tangan di ambang pintu lalu pergi setelahnya.

Semua pasang mata melihat ke arah perginya siti dengan sirat mata yang sulit di maknakan.

"Biar aku yang urus" ucap aban pada azmi lalu pergi menyusul siti yang entah kemana perginya.

*"*

Acara maulid nabi kali ini sangat meriah bahkan parkiran masjid benar-benar penuh.

Menurut panitia para jemaah yang hadir bahkan di luar pulau sumatra maka dari itu parkiran sangat penuh bahkan sampai ke perkarang rumah warga.

Lapang masjid benar-benar sangat penuh untungnya para panitia penyelenggara menyiapkan tenda dan karpet untuk para jemaah duduk.

Suara mobil yang baru sampai saja tak terdengar oleh para jemaah yang di dominasi oleh kaum hawa dengan remaja putri yang membludak.

"Semuanya udah turun" ucap buyah pada rombongan syubbanul mualimin.

"Sudah buyah" ucap ahkam.

"Tunggu sebentar ya, nunggu rombongan Al Nur" ucap buya pada rombongan.

Setelah menunggu 5menit akhiranya mobil rombongan Al Nur datang.

Terlihat buya dan mas khotib mulai berbincang dan mulai menyuruh rombongan voklis turun.

"Pembukaan acara sebentar lagi jadi, untuk rombongan voklis datangnya berbarengan nah untuk yang megang alat bareng mas dan ustad hafid ya" ucap mas khotib pada rombongan yang di balas dengan anggukan pelan tanda mengerti.

Setelah kepergian mas khotib, buya dan rombongan yang memegang alat musik susana tidak seramai tadi.

Bahkan rombongan terkesan terpisah seperti sekarang para vokalis Al Nur memilih untuk mengerumuni intan.

"Sumpek lh" ucap tia pada adat & dika di susul dengan tatapan mautnya.

"Masih sakit?" Tanya kak fanny pada ku dengan mengakat pergelangan tangan ku dengan pelan.

"Sudah ngga papa ko kak" ucap ku sambil tersenyum.

Tak lama Mc acara mulai membuka acara di susul dengan pidato dari gubernur lalu pemanggilan voklis untuk syubbanul muslimin.

"Ayo semuanya ngupul di sini, yang teratur. Yang voklis putri di belakang voklis syubbanul muslimin di susul voklis pria" ucap panitia acara.

Ku rasakan jantung yang mulai berdebar walaupun ini bukan kali pertama aku di atas panggung.

Aku mulai bernafas dengan teratur agar tak terlalu gugup.

"Gugup ya?" Ucapnya dengan senyum tipis di wajahnya.

"Sedikit" ucap ku tak kala pelan darinya, terlihat ia mulai menutup mulutnya untik menahan tawa, sedangkan aku hanya menggelekan kepala.

"Mari kita sambut syubbanul muslimin dan juga Al Nur" ucap Mc yang membuat orang paling depan berjalan di ikuti yang lain.

Semua pasang mata melihat ke arah datangnya kami sambil sesekali menyoraki nama-nama tertentu seperti azmi, aban, kak ahkam dan sesekali nama adat dan dimas atau kak fanny.

Setelah duduk acara di mulai kembali dengan senandung-senandung merdu yang keluar secara bergantian dari syubbanu muslimin dan juga Al Nur.

Sampai di titik ceramah di mulai para jemaah mulai hening untuk mendengarkan sedangkan anggota voklis sudah sibuk meminum air untuk membasahi tenggorakan.

Saling mengoper kue, minuman hangat sampai buah-buahan para vokalis lakukan gerak gerik kami tertupi oleh para ustad dan para tamu undangan.

Sampai tiba azmi yang mulai mengupas kelengkeng lalu terbang ke arah ku.

Beberapa remaja putri melihat hal tersebut dan mulai menahan senyum dan mulai berbisik ke arah teman di sampingnya ada juga yang sibuk merekam dengan menggunakan ponsel.

Dan beberapa kejadian lucu saat dika mau mengambil mikrofon dan tersetrum di bagian bibir terlihat wajahnya yang terkjut sambil memegangi bibirnya.

Kemudian acara berlanjut kembali namun para ustad dan tamu sudah tidak ada hingga di penghujung acara yang penuh dengan flas ponsel jemaah dan teriakan para remaja putri pertanda malam perayaan maulid nabi selesai.

Rombongan berjalan teratur sesuai arahan panitia di bantu dengan para warga dan banser untuk mengamankan jalan.

Sampai tiba-tiba jilbab yang di kenakan oleh ku hampir lepas di tari oleh seseorang yang aku sendiri tidak tahu namanya.

Dengan sigap azmi memegang pergelangan seorang remaja yang terlihat cukup tua bebera tahun darinya, aku dapat mendengar azmi berkata "lepas, kau hampir membuka jilbabnya" setelahnya banser datang menghampiri pria itu.

"Ngga usah di liatin, ayo jalan nanti ketinggalan yang lain___

IMPIAN MASA KECIL KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang