26

171 14 1
                                    

Selama beberapa hari aku latihan dengan anggota hadroh yang baru saja terbentuk dan belum sempat memberikan nama.

Latihan berjalan dengan lancar bahkan di sela-sela latihan teman-teman banyak bertukar cerita.

Sedangkan aku melatih vokal, menghapal lirik di bantu oleh kak fanny yang lebih cepat menguasai lirik.

Setelah selesai sholat Maghrib rombongan Hadroh mulai latihan kembali di dampingi oleh mas qotib selaku pendiri Hadroh.

"Intan suaranya lucu banget" ucap Yuda sambil beberapa kali menyikut lengan ardi.

"Maka dari itu, intan kepilih jadi vokalis karena suaranya yang berkarakter" jawab Ardi sambil terus fokus pada alat yang ia pukul.

Mas qotib kembali mengarahkan aku, tia dan kak fanny akhirnya suara benar-benar di pecah mengingat suara tia yang tidak bisa mengambil nada tinggi.

Al hasil kak fanny menjadi vokalis utama dengan banyak part setelah aku baru tia. Kini malam semakin larut bahkan Ardi dengan PDnya mengatakan perutnya lapar.

Di susul oleh senyawa Dimas yang tak henti-hentinya, mungkin karena ocehan Ardi yang tak berhenti beberapa pengurus masjid membawakan nasi kuning dengan lauk yang di bagi tiga.

***

Setelah pembentukan Hadroh beserta vokalis dan alat yang dipegang oleh anggota Hadroh. Latihan di jadwal setiap malam Selasa, kamis dan Minggu.

Rutinitas baru yang aku jalani semakin aku mengubur tentang segala macam kenangan yang berhubungan dengan azmi.

Kini Azmi juga sudah mulai sibuk dengan jadwal Hadrohnya yang mulai padat mengingat liburan semester genap semakin dekat.

Aku cukup bersyukur azmi tak terlalu sering menguhubungi ku, jadi aku punya alasan untuk tak mempertahankan janji kecil itu.

"Aku yakin kamu pasti telah lupa juga dengan janji kecil itu, jangan terlalu banyak memikirkan janji itu toh janji itu di buat di masa kecil kita umur 8 tahun adalah umur yang masih banyak ingin tahu" ucap ku menguatkan diri sambil terus menatap kotak musik pemberian azmi dan mencoba menahan tangis.

Malam ini terasa sangat panjang jika aku terus memikirkan tentangnya bagaimana kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi jika aku terus kekeh mempertahan janji kecil itu.

Mungkin aku pantas di sebut bodoh, polos atau semacamnya. Karena aku yang tak bisa mempertahankan keputusan ku detik ini aku besi keras melupakannya tak detik berikutnya aku senang bahwa azmi masih peduli pada ku.

Situasi Azmi...

"Kak, aku memang melakukan kesalahan ya? Akhir-akhir ini intan seperti menjaga jarak dengan ku. Pesan ku di balas begitu singkat kadang-kadang ibu yang membalas" curhat azmi pada aban.

"Kira-kira dari kapan intan mulai menjaga jarak?" Ucap seseorang dari balik aban.

Azmi mulai menceritakan tentang masalah pada kedua orang yang sudah di anggap kakak baginya.

Mulai dari A sampai Z azmi ceritakan bahkan di titik dimana Azmi mulai bertanya-tanya kesalahan apa yang ia perbuat sampai-sampai intan menjauhinya.

Hati kecil azmi sakit ia tak kuat dapat perlakuan dari intan yang seolah-olah tak ingin di hubungi azmi.

"Aku tak mau kehilangan kamu untuk yang kedua kalinya, cukup dengan kepindahan rumah mu yang menandak di waktu dulu saja, jangan untuk kali ini sudah cukup aku tak bisa kehilangan kamu lagi jangan jahui aku lagi" gumam azmi sesaat setelah menceritakan masalahnya pada aban dan hafid.

Bersambung...
Jangan lupa tinggalkan komen & votenya

Kunjungi juga IG ku @intanputri__p

IMPIAN MASA KECIL KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang