34(END)

281 18 3
                                        

Bukan jawaban yang tepat untuk perasaan ku saat ini, jika di tanya mengapa kau lari? Mengapa kau tak menjawab pertanyaan ku, kemarin? Jawaban ku hanya satu "bingung"

Aku datang kesini hanya karena undangan dan tentunya aku ada di sini karena aku termasuk romobongan hadroh Al Nur.

Mengapa di saat aku ingin sendiri aku di tarik dalam masalah yang aku sendiri tidak tahu, jangan tanya aku, kenapa aku begitu egois. Itu karena kau adalah laki-laki, aku ingin kau membuat keputusan yang menurut mu benar.

***

Acara akan di mulai jam 20:00 para santri yang mendapat tugas sebagai panitia tengah mempersiapkan segala sesuatu yang di butuhkan untuk acara nanti malam.

Beberapa menit yang lalu ada dua santri yang datang ke tempat peristirahatan kami, mereka memberitahu tentang detai acara nanti malam.

Semua mendengar secara saksama bahkan beberapa kali mereka bertanya "apa ada yang belum mengerti?" Namun semua orang yang berada di ruangan sepertinya sudah paham akan konsep yang di pakai untuk nanti malam.

Setelah kepergian dua santri tadi semua rombongan hadroh yang di undang kembali di instruksikan untuk berkumpul pada halaman masjid.

Ternyata kami akan melakukan geladi resik, tiga jam berlalu cukup singkat kini persiapan kami sudah matang tinggal menunggu beberapa jam lagi untuk acara yang sebenarnya.

Di tengah perjalanan ke tempat peristriahatan aku melihat seseorang tengah melambaikan tangan pada ku, aku yakin itu adalah azmi.

"Mba, intan ke situ dulu ya" ucap ku sambil menunjuk ke arah pohon yang di bawahnya terdapat bangku.

Mba inun hanya mengaguk lalu pergi bersama yang lain ke tempat peristirahatan, ku lihat wajah lelah menyelimuti mereka.

Aku berjalan ke arah pohon itu dan ternyata dugaan ku benar, di balik pohon ada azmi yang tengah berdiri membelakangi pohon.

"Assalamu'alaikum" ucap ku yang membuat azmi sempat berjingkat kaget.

"Waalaikumsalam. Silakan duduk"

Setelahnya aku terduduk dan azmi masih tetap berdiri di tempat yang sama.

"Ada apa?" Tanya ku.

"Jujur saja, aku ingin membicarakan tentang janji impian masa kecil kita. Apa masih ingat?"

"Tentu aku ingat, gelang yang kamu kasih masih setia ku pakai bahkan kotak musik itu masih tetap ku bawa" ucap ku sambil menunduk.

Tiba-tiba suasana menjadi hening, hanya terdengar angin yang berhembuh mengenai dedaunan yang menyebabkan daun terbang terbawa hembuaan angin.

"Intan ingat janji kita kan?"

"Iya mi ingat" jawab ku.

Ia mulai mendekat dan ikut terduduk di samping ku, ia melepas peci yang ia kenakan merapikan sedikit rambunya yang sudah panjang.

"Kita akan selalu bersama, meraih cita-cita aku ingin jadi penghafal Al-Qur'an dan menjadi ahli surga untuk kedua orang tua ku. Ayo bersama-sama kita capai impian kita. Janji" ucap ku dan azmi bersama lalu tiba-tiba kami tertawa.

IMPIAN MASA KECIL KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang