Harusnya aku berpikiran terbuka bahwa mana ada janji yang akan di tepati mengingat itu adalah janji yang di buat 8 tahun yang lalu.
***
Sudah hampir tiga bulan intan tak menghubungi azmi, mengakat telepon, ataupun membalas pesan yang dikirim.
Intan kembali lagi ke pribadinya yang masa bodoh terhadap lingkungan sekitar.
Orang tua intan juga menyadari hal tersebut tetapi tidak mau ikut campur masalah pribadi intan.
Kalau intan ceritakan masalahnya yang sudah tidak mampu lagi ia bendung baru lh orang tua memberikan saran dan solusinya.
Intan bahkan tak menyentuh media sosialnya lagi, ia seakan ingin lenyap di telan bumi.
Kebiasaan baru intan adalah mengikuti remaja masjid di kawasan perumahannya.
Seakan mendapatkan ketenangan baru dan mengubur kenangan lama, intan tak menyadari bahwa hobi barunya akan lebih mendekatkannya pada Azmi.
"Intan besok ke masjid jam empat sore" ucap mas qotib selaku guru ngaji di mushola tempat intan biasa mengaji.
"Ngpain mas?" Tanya ku keheranan.
"Dateng aja" balasnya lagi.
***
Siang ini intan tak kekantin seperti yang lainnya, ia memilih untuk menyelesaikan tugas sekolahnya karena ada mata pelajaran yang kosong.
"Intan" teriak seseorang dari balik pintu kelas ku.
Aku hanya melihat ke sumber suara yang memanggil nama ku ahh ternyata-
"Kenapa di?" Jawab ku.
"Nanti sore jangan lupa, jam empat sore" ucapnya sambil mendekat.
"Kamu ngapain? Udah mau bagi rapot baru mau ngumpul tugas luar biasa" ucap Ardi sambil tertawa kecil.
"Biarin wek, minggir aku mau ngumpul sekarang" bales ku seraya pergi meninggalkannya.
Hari ini semua tampak berjalan dengan lancar, langkah ku berhenti sejenak saat ku lihat teman kelas ku bertanding voli.
Tiba-tiba senyum ku mengembang hingga senyum itu kembali memudar dari wajah ku.
"Eh intan, tadi aku dengar kamu mau ke masjid jam empat sore?" Ucap Ningrum dengan tangan di lipat di depan dada.
"Eh Tan aku kasih tahu ya rombongan Hadroh tu udah penuh" ucap bunga teman semasa SMP ku.
Aku sudah terbiasa di perlakukan seperti itu jadi, aku memilih untuk meninggalkan mereka daripada harus berdebat dengan sesuatu yang tidak penting.
***
Sore pukul 15:00 aku di antara ayah ke masjid, Ardi bahkan sudah menampilkan senyum termanisnya saat melihat aku turun dari motor.
Ada sebagian orang juga yang memandang ke arah ku dengan tatapan tak suka, seperti Ningrum dan bunga.
Saat aku baru saja duduk di sebelah septia, mas qotib tiba-tiba mulai mengajak berdiskusi.
"Ini ada apa si, ti?" Tanya ku penasaran karena baru saja sampai.
"Loh kamu ga tahu ya, kita di kumpulin di sini tu karena ada pemilihan" jelas tia pada ku sambil sedikit berbisik.
"Pemilihan apa,ti?" Tanya ku lagi.
"Pemilihan anggota hadroh lo intan, jadi vokalisnya dua cewek empat cowok" jelas septia yang lebih akrab di panggil tia.
Yang lain termasuk aku mendengarkan dengan seksama tentang diskusi hari ini.
Sampai pada akhirnya vokalis utama untuk perempuan di buat jadi tiga orang, itu adalah keputusan finalnya.
Hingga sudah jam 17:15 hasil akhir aku, tia dan kak Fanny yang jadi vokalis. Aku bertanya-tanya mengapa aku yang terpilih mengingat suara teman-teman yang lain tak kalah bagus.
Sedangkan untuk vokalis pria ada Dimas, Dika, Sadat dan Diki. Sisanya jadi yang memainkan alat Hadroh.
Karena terbentuknya hadroh di desa ku, cerita yang awalnya hendak ku kubur dalam-dalam sia-sia.
Bersambung...
Jangan lupa tinggalkan komen & votenyaKunjungi juga IG ku @intanputri__p
KAMU SEDANG MEMBACA
IMPIAN MASA KECIL KITA
Roman pour AdolescentsBercerita tentang seorang gadis berjilbab dan seorang lelaki berpeci yang memiliki impian yang sama.