LITTLE NAOBELLA

396 94 14
                                    

Airin melihat tidak percaya pada sebuah pemandangan saat ini berada di hadapannya.

"Kamu lagi bercanda, kan?"

Adrian tersenyum sambil mematikan mesin mobilnya, "Apa Sayang?"

"Kamu bilang tadi kita mau makan, kok berhenti ditepi jalan? Jangan bilang kamu mau makan di tempat seperti ini?"

"Kalau iya kenapa?"

Airin menggeleng panik, "Aku nggak mau!"

"Kenapa?"

"Kenapa kita nggak makan di resto kamu aja? Aku nggak mau makan di sini nggak enak. Ditepi jalan nggak jamin itu pasti sangat jorok banyak kuman. Belum lagi asap kendaraan yang lewat nggak! Aku menolak keras untuk makan di tempat seperti ini!"

Adrian tertawa, "Kamu belum pernah makan di sini, makanya aku bawa kamu ke sini. Kamu bisa pegang kata-kata aku kalau nasi goreng di sini terkenal enak, nggak kalah sama di restoran mana pun."

"Aku nggak mau!"

Adrian turun dari dalam mobil dia membuka pintunya untuk Airin keluar.

"Jangan paksa! Aku nggak mau!"

Adrian kembali tertawa tangannya terulur melepas seat belt Airin.

Adrian mencium sayang kening wanita itu.

"Turun ya?"

Seakan tersihir dengan nada lembut Adrian membuat Airin tanpa sadar mengangguk.

"Good girl."

Adrian menggenggam tangan Airin mereka berjalan mendekati tempat makan tersebut.

"Eh, ada Mas ganteng! Wah, bawa siapa? Pacarnya ya?"

Seorang pria seumuran Adrian menyambut riang. Dia mempersilahkan Adrian dan Airin duduk dalam tenda.

"Iya, pacar gue nih cantik, kan?"

"Cantik banget, bro! Mau pesan menu kayak biasa?"

"Iya dua porsi." Ucap Adrian lalu fokus ke Airin, "Kamu mau yang pedas atau nggak?"

Airin meringis melihat suasana di tempat makan itu, "Pedas."

"Oke, dua porsi pedas nasi goreng, minumnya teh manis."

Sambil menunggu pesanan Adrian mulai membuka pesan di ponselnya. Pria itu terlihat sibuk membalas email pekerjaan kantor.

Airin sendiri masih sibuk melihat sekitar dia tidak habis pikir, jajanan ditepi jalan seperti ini kenapa bisa ramai pelanggan?

"Sampai keringat gini." Ucap Adrian mengambil tisu yang tersedia, mulai menghapus keringat di kening Airin.

"Aku belum pernah ke sini, wajar perubahan suhu tubuh belum terbiasa."

Adrian tersenyum tangannya terulur mengusap lembut pipi kiri tersebut membuat kedua pipi Airin langsung merona. Setelahnya Adrian kembali sibuk dengan ponselnya.

"Ya ampun, pria itu tampan kali."

"Foto dari jarak sini keliatan kok,"

"Eh, gila! Itu pangeran muncul dari mana sih?"

"Mimpi apaan gue? Disuguhin pemandangan cuci mata gini?Tampannya dia ..."

Obrolan pelan itu terdengar oleh Airin yang mulai menahan emosi. Terlebih yang sedang dijadikan objek tidak terpengaruh sama sekali bahkan hingga sepuluh menit berlalu.

"Dua porsi nasi goreng, siap dinikmati!"

"Thank you, bro!"

"Kalo kurang bilang, oke?"

FATE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang