PROMISE

319 58 14
                                    

Dia berjanji akan membuat tangisan kesedihan itu menghilang, lalu membuat wanita itu melupakan sosok kekasihnya untuk selama-lamanya.

- Adrian

. . . . .

"Mau ke mana?"

Airin tersenyum menatap Hardi.

"Mau pergi Kak,"

"Sama siapa?"

"Teman."

"Pria atau wanita? Apa Kakak mengenalnya? Pergi pakai apa? Mobil? Motor? Kalau pakai taksi jangan lupa foto plat mobilnya seperti sudah Kakak ajarin -"

"Iya Kakakku sayang, aku pergi dulu ya? Ponselku aktif kalau mau pastikan nanti aku lagi di mana bye-bye Kak, selamat bersantai di hari minggu."

Hardi melihat kepergian Airin dengan senyum kecil karena dia sangat merindukan sikap Adiknya yang seperti ini. Kejadian enam bulan lalu telah mengubah hidup wanita itu secara drastis membuat senyum tulus Airin jarang terlihat. Lalu sekarang dia melihat senyum itu lagi rasa senang menyeruak memenuhi hatinya.

. . . . .

"Lama ya?" Airin bertanya ketika sudah memasuki mobil.

"Kamu kenapa nggak biarkan aku jemput di rumah? Aku mau kenalan juga sama keluargamu. Biar mereka tahu kalau kamu punya teman setampan aku."

Airin menahan tawa, "Cepat jalani mobilnya kita mau ke mana? Kenapa mendadak perginya? Terus kamu dapat nomorku dari siapa?"

"Satu-satu dong tanyanya, aku dapat nomor kamu dari Dinda. Kami bertemu secara nggak sengaja kemarin di minimarket. Iya mendadak karena kepikiran juga mendadak, aku mau ngajak kamu skating."

Airin melotot, "Skating? Ice skating? Bermain es? Meluncur? Bermain sepatu roda?!"

Adrian tertawa untuk pertama kali dia bisa menatap puas wajah wanita itu tanpa raut kesedihan di matanya.

"Terserah kamu mau menyebutnya apa."

"Tapi aku nggak bisa main itu Adrian, kenapa kita nggak ke tempat lain aja?"

"Nanti aku akan ajarin kamu tentunya sampai bisa."

. . . . .

Mereka tiba di kawasan mal. Hari libur seperti ini ramai pengunjung baik anak-anak, dewasa bahkan lanjut usia. Adrian membawa Airin ke tempat penyewa sepatu roda.

"Bisa pakai sendiri atau mau ak -"

"Aku bisa pakai sendiri," Ucap Airin sambil mencari kursi lalu duduk cepat di sana. Adrian tertawa melihat sikapnya yang terang-terangan panik ketakutan.

"Aku nggak bisa main ..."

"Aku ajarin kamu."

Airin menatap Adrian yang terlihat sudah terbiasa bermain skating. Pria itu mengambil putaran satu kali lalu setelahnya mendekatinya dengan senyum sambil mengulurkan tangan.

"C'mon Airin,"

Airin meraih tangan Adrian dan berdiri secara perlahan. Tentu saja dia sudah memasang macam-macam alat untuk menjaganya tetap aman. Tapi walau seperti itu dia masih saja merasakan takut akan terjatuh.

"Pelan-pelan Adrian!" Teriak Airin panik saat Adrian mulai membawanya ke tengah di antara keramaian pengunjung.

"Kalau aku jatuh gimana? Lihat anak-anak kecil itu pada bisa semua aku malu ...!"

Adrian tertawa, "Nggak akan jatuh ada aku."

Airin mencoba berdiri sendiri tapi sedetik itu juga dia kehilangan keseimbangan, Airin memeluk Adrian membuat keduanya mundur lalu menabrak pembatas.

FATE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang