RED LIPS

435 95 19
                                    

"Kamu ketiduran ya Sayang? Kok lama buka pintunya?"

"Aku lagi belajar dandan model terbaru Ma, ini lihat wajahku banyak polesan bedak gini."

Hardi menggendong Biyan yang tertidur, "Adrian mana?"

"Huh? Mungkin di kamarnya kenapa Kak?"

"Kamu panggilkan ya? Kakak minta tolong bantu bawakan banyak barang dalam mobil."

"Oke."

Setelah Hardi dan Mamanya masuk kini tinggal Maudy menatapnya.

"Kamu sudah buang majalahnya, kan?"

"Sudah aku bakar."

Maudy tersenyum senang, "Thanks! Tenang aja akan ada imbalan buat kamu."

"Serius? Apaan?"

"Kita masuk dulu, Kakak mau mandi."

"Oke."

. . . . .

Airin berusaha menahan tawa saat dirinya menghapus bekas lipstick di wajah Adrian.

Mereka masih dalam toilet dengan satu bungkus tisu basah di tangan Airin.

"Kamu jail." Adrian mencubit hidung Airin membuat wanita itu tertawa pelan.

Adrian duduk di atas closet dengan Airin berdiri di hadapannya sampai pria itu menarik pinggang Airin mendekat.

"Adrian! Aku lagi hapus sisa lipstick di wajah kamu, jangan macam-macam,"

"Cepat Sayang bersihkannya. Hardi menunggu di luar."

"Iya tapi kamu jangan macam-macam kalau nggak mau ketahuan! Mama udah di kamar, Kak Hardi lagi mandi, jadi aku masih punya banyak waktu buat bersihin wajah kamu!"

Adrian tersenyum.

"Sekarang pejamkan mata."

"Kamu mau cium aku - aw!"

Airin mencubit perut pria itu, menahan kesal saat lagi tegang takut ketahuan Adrian justru bersikap santai.

"Pejamkan mata!"

"Iya ini pejam mata."

Airin tersenyum mulai menghapus sisa lipstick atas perbuatannya. Jantungnya kembali berdebar kencang menatap wajah itu dari dekat seperti ini.

Airin baru menyadari Adrian begitu mempesona. Pria di hadapannya ini berbahaya dia harus mengakui kalau dirinya sama seperti wanita lainnya, tidak mampu menolak pesona keluar dari pria di hadapannya dan Airin benci fakta itu.

. . . . .

"Elo nggak perlu susah payah kasih gue kaos."

"Jadi lo nolak?"

"Bukan gitu."

"Bercanda, bro! So, gimana Airin? Selama tiga hari gue nggak ada jaga dia?"

"Dia penurut."

"Hanya itu?"

"Sebenarnya lo mau nanya apaan?"

Hardi tertawa mereka masih berdiri di samping mobil.

"Elo nggak macam-macam 'kan sama Adik gue?"

"Menurut lo?"

Hardi melotot, "Gue serius!"

Adrian tertawa, "Tenang aja, Adik lo masih perawan belum gue apa-apain."

FATE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang