Dia dengan segala keanehannya mampu mengusik pikiran dengan rasa penasaran.
- Adrian
. . . . .
"Pak Adrian!"
Panggil seseorang membuat perhatian Adrian teralihkan. Dia baru saja melangkah masuk ke dalam restoran. Segera Adrian menghampiri meja yang telah diisi tiga pria tersebut.
"Maaf, apa kalian menunggu lama?"
"Tidak Pak santai saja, silahkan pilih menu Pak."
Mereka bertiga adalah pegawai di kantornya. Mereka memenangkan sebuah tender dan langsung mengumumkan kepadanya.
"Lihat Pak Adrian bisa pergi makan siang bersama kita saja, rasanya sudah senang sekali benar tidak?"
"Benar Pak."
"Iya benar sekali Pak,"
Adrian tertawa sebelum sibuk dengan ponselnya. Dia fokus membalas beberapa email yang masuk dari rekan kerja.
Hening.
Adrian tidak mendengar suara ribut lagi dari mereka bertiga. Dia Mengangkat kepala dan pandangan melihat bingung.
"Kalian kenapa?"
Mereka bertiga melongo melihat sesuatu di belakang Adrian.
"Mimpi apa gue semalam, bro. Ketemu sih cantik di sini."
"Gue mimpi curi mangga tetangga sebelah rumah ..."
"Gue nggak mimpi apa-apa, tapi saat bangun bantal gue udah basah kena liur gue."
Adrian ikut menoleh ke belakang mencoba mencari tahu objek apa dimaksud ketiga pegawainya.
Pandangannya terhenti disudut restoran di mana dua pelanggan baru datang sedang memilih menu. Tidak ada yang aneh karena hal itu umum tapi saat Adrian ingin mengalihkan pandangan untuk fokus pada ponselnya lagi tiba-tiba suatu pemikiran terbesit begitu saja.
Wanita itu adalah wanita sama bertemu secara tidak sengaja dengannya dalam satu bulan ini. Wanita dia anggap aneh karena selalu air mata dia lihat di wajah itu.
"Kalian kenal dia?" Tanya Adrian menjadi penasaran.
Salah satu dari mereka tersadar cepat, "Iya Pak ada apa?"
"Wanita yang baru datang itu, kalian kenal dia?"
"Kami bahkan sangat mengenalnya Pak."
"Biar gue yang cerita."
"Gue dong!"
"Gue!"
"Nggak ada! Harusnya gue!"
"Stop! Saya tidak peduli mau siapa yang cerita, intinya saya tanya kalian kenal dia apa tidak?"
Salah satu dari mereka mulai bicara sisanya mengalah memilih ikut mendengarkan.
"Wanita cantik itu adalah salah satu dari klien kita Pak."
"Apa?"
Mereka memberikan respon mengangguk.
"Kami mengerti Pak Adrian tidak kenal karena Bapak sakit. Dan Bapak juga baru kerja di kantor selama tiga bulan ini."
"Kalian terpesona dengan wanita aneh itu?"
"Wanita aneh?"
Sedetik kemudian mereka serentak tertawa.
"Siapa yang Pak Adrian bilang aneh? Wanita cantik itu Pak? Kami menganggapnya bagai sang dewi kahyangan. Dia terlalu cantik hanya saja kami tidak berani kenal lebih karena dia galak."
"Pak Adrian kenapa bisa menyimpulkan, kalau Airin adalah wanita aneh?"
"Airin?" Tanya Adrian lagi dan semakin penasaran.
"Namanya Airin Chintya Naufa. Kakaknya Ceo dari Public Store, Hardi Ferdinand Naufal. Tapi sih cantik itu, dia juga mempunyai posisi tinggi di perusahaan warisan orang tua mereka."
Adrian memijat keningnya, "Kalian tahu tidak? Kenapa saya bisa menyimpulkan dia adalah wanita aneh? Saya sudah bertemu dengannya secara tidak sengaja sebanyak tiga kali. Dan apa yang terjadi? Saya hanya melihatnya selalu menangis terus seperti itu. Kalau dia orang kaya kenapa Kakaknya tidak membawa Adiknya ke psikiater?"
Mereka diam menatap Adrian dengan pandangan tidak percaya.
"Pak Adrian mengatakan Airin gila? Kami bahkan tidak pernah melihatnya menangis, dia terlalu dingin orangnya Pak juga galaknya lebih dominan. Kami terus berdoa agar kami bisa sesekali melihat senyumnya yang mahal itu."
"Mungkin Pak Adrian punya kesalahan hingga bisa menyimpulkan seperti itu."
"Saya punya salah sama dia? Kenal saja tidak." Respon Adrian tidak suka.
Mereka kembali tertawa sedangkan Adrian kembali menoleh ke belakang. Wanita itu sedang mengobrol bersama seorang teman atau mungkin rekan kerjanya.
. . . . .
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE [END]
RomanceThis work is protected under the copyright laws of the Republic of Indonesia ( Undang - undang Hak Cipta Republik Indonesia No. 28 Tahun 2014 ) =================================== Adrian Rifainoharl (28th) - Baik, tampan, pintar serta CEO dari Relat...