BE SORRY

350 86 13
                                    

Sudah lima hari Airin tidak bertemu Adrian bukan tanpa alasan pria itu sedang berada di Surabaya karena urusan pekerjaan. Tapi raut wajah bahagia tidak pernah hilang dari wajahnya karena Adrian selalu menghubungi dirinya sebelum tidur.

Sambil mengerjakan laporan yang diberikan Lisa Airin tersenyum dia mengingat lagi kejadian lima hari lalu saat dirinya tertangkap basah oleh sekretarisnya itu. Airin berusaha menahan malu bertatap muka untuk pertama kali setelah kejadian tersebut. Lisa tipe wanita tidak banyak bicara dia tidak ambil pusing dengan apa yang sudah dia lihat. Dan Airin tentunya bisa bernapas lega walau rasa malu tidak akan pernah bisa hilang.

Suara pintu di dobrak tiba-tiba saja membuyarkan lamunannya.

"Gue udah bilang! Lo jangan main masuk aja!" Lisa berteriak marah karena Arumy dengan lancangnya menerobos masuk ke dalam ruangan bosnya.

"Gue nggak peduli! Gue hari ini ngundurin diri dari nih kantor!"

"Ada apa ini?" Airin bertanya dan berdiri dari kursinya.

"Saya ingin bicara dengan Anda."

Airin menatap bingung wanita di depannya.

"Elo lancang ngomong kayak gitu!" Lisa kembali berteriak marah.

"Gue emang gini! Itu hak gue mau ngomong sopan apa nggak!"

"Lisa kamu bisa tunggu di luar."

"Tapi Bu -"

"Tidak apa-apa, saya bisa mengatasi ini."

"Baiklah saya tunggu di luar, kalau ada apa-apa Ibu bisa panggil saya."

"Iya, terima kasih."

Setelah Lisa keluar Airin menatap Arumy dengan sikap tenang.

"Mau bicara apa? Perlu duduk atau berdiri?"

Arumy menghampiri dan duduk di depan Airin. Wanita itu mengeluarkan amplop cokelat.

"Ini surat pengunduran diri saya."

"Kenapa?"

"Saya sudah tidak betah kerja di sini. Saya tidak suka mereka terus berbicara yang tidak-tidak tentang saya. Seperti saya simpanan Om-om atau saya adalah seorang pekerja seks!"

Airin menyandarkan tubuhnya, "Sebenarnya kamu tidak perlu semarah ini."

"Maksud Anda?"

"Jika apa yang dikatakan semua orang tidaklah benar, kamu tidak perlu semarah ini kecuali ..."

"Kecuali apa?"

"Apa yang dikatakan mereka benar fakta. Dan kamu tidak bisa mengelaknya lagi."

"Saya tidak seperti itu!" Arumy berteriak marah lalu beranjak berdiri dari tempat duduknya, "Seharusnya dari awal saya tidak bekerja di sini! Terima kasih untuk semuanya saya permisi."

Wanita itu baru saja akan melangkah pergi tapi dia hampir melupakan suatu hal.

"Ada apa lagi?"

Rumy mengeluarkan sesuatu dari dalam tas, "Silahkan Anda lihat isi dalam amplop ini, berkaitan dengan kekasih yang Anda cintai."

. . . . .

"Sekarang lo mau ngomong apaan? Bilang kalo tuh foto hanya rekayasa? Hasil editan? Bukannya kita udah pastiin dengan bawa ke tempat temanmu yang ahli tadi?"

Dinda menggigit jarinya tidak bisa berbicara lagi saat selembar foto tersebut benar nyata. Foto kebersamaan Adrian dan Arumy disebuah klub malam dengan Arumy merangkul Adrian lalu pria itu memegang satu gelas minuman. Latar foto yang diambil di lantai dansa di sebuah klub.

FATE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang