Awal bulan november adalah awal baru bagi Public Store, untuk mempromosikan produk mereka di pulau Lombok.
Pulau yang terkenal dengan keindahan pantai Senggigi-nya. Sebuah pantai yang menjadi tempat tujuan parawisata kedua setelah pantai Kuta Bali. Berbagai calon wirausaha sudah pasti berbondong-bondong membuka usaha mereka di Lombok. Hal ini mendorong Public Store untuk semakin semangat mempromosikan produk mereka.
Airin sedang berdiri di depan jendela besar hotel yang disewanya bersama Dinda dan Lisa. Hotel ini menghadap langsung ke arah pantai Senggigi. Sudah tiga hari dia berada di Lombok waktunya tidak lama di sini karena besok sore dia sudah harus kembali ke Jakarta. Kembali dengan hasil kerjanya selama mencari klien baru di sini.
Dan sore ini dia ada pertemuan antara para petinggi perusahaan. Tapi jantungnya tidak bisa berdebar normal karena dia akan bertemu juga dengan Adrian. Pertemuan pertama mereka setelah enam bulan berlalu di mana dia diharuskan menjauh dari pria yang dia cinta. Hari ini dia akan bertemu lagi setelah sekian lama membuat kinerja jantungnya berdebar di luar batas normal.
Airin menghela napas tak terasa air matanya jatuh begitu saja. Segera menghapusnya lalu bersiap-siap untuk memulai rapat.
. . . . .
"Bu Airin kenapa diam di depan sini? Kita masuk yuk?" Ajak Lisa tersenyum lembut.
"Sa, saya ..."
"Ibu sakit ya?" Tanya Lisa cemas.
"Saya tidak akan masuk Lis, saya tunggu kamu dan Dinda di dalam mobil saja."
"Loh kok? Tapi Bu -"
"Saya percaya kamu dan Dinda bisa menanganinya."
Belum sempat Lisa menjawab Airin melangkah kembali menuju mobil.
"Airin mana?" Tanya Dinda beberapa saat setelah bosnya itu berlalu pergi dari hadapannya.
"Gue pikir Bu Airin lagi nggak enak badan, jadi serahin presentasi ke kita, nggak apa-apa nih?"
"Ya udah ayo masuk."
Sementara itu, Airin yang lebih memilih berada di dalam mobil dan menginginkan untuk tidur walau hanya sebentar namun suara tangisan di dekat mobil membuatnya penasaran. Airin mengintip dan benar saja seorang anak kecil laki-laki sedang menangis ketakutan seorang diri.
Airin bergegas keluar, "Kamu kenapa? Coba kasih tahu Kakak?"
"Mama ...!" Teriaknya menangis.
"Kamu pisah dari Mama? Kamu keasyikan main ya? Sini Kakak gendong, Kakak antar kamu ke tempat Mamamu ya?"
Masih sambil menangis balita itu mengangguk kini berada dalam gendongan Airin.
"Tadi keluar lewat mana, Sayang?"
Dia menunjuk ke dalam gedung perusahaan dan Airin segera melangkah masuk.
"Ya ampun Naldi! Kamu dari mana saja Nak?!"
Airin menoleh, "Tadi dia nangis, di halaman parkir mobil Bu."
"Dia keasyikan bermain sampai tidak sadar berjalan jauh, terima kasih ya Mbak."
"Iya Bu sama-sama." Ucap Airin tersenyum ramah setelah menyerahkan balita itu kepada Mamanya.
Menunggu sampai keduanya menghilang dari jangkauan matanya lalu Airin melangkah keluar gedung. Tapi langkah kakinya terhenti karena melihat pemandangan di depan sana membuatnya terpaku dalam diam. Pemandangan tidak pernah dia pikirkan sebelumnya akan terjadi secepat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE [END]
RomanceThis work is protected under the copyright laws of the Republic of Indonesia ( Undang - undang Hak Cipta Republik Indonesia No. 28 Tahun 2014 ) =================================== Adrian Rifainoharl (28th) - Baik, tampan, pintar serta CEO dari Relat...