IF IT IS LOVE

438 41 24
                                    

I love you sugar ... always,

- Adrian

. . . . .

Langkah kaki Adrian berhenti di tepian kolam renang, di mana dari arahnya berdiri terlihat seorang wanita sedang duduk diam memandang langit malam penuh bintang.

Pria itu kembali menangis hatinya seakan hancur melihat wanita yang dia sayang, duduk di atas kursi roda dengan tubuh penuh luka akibat kecelakaan.

Apalagi yang membuat dirinya menangis seperti ini? Tubuh wanitanya begitu kurus. Seberapa dalam luka dia torehkan kepada Airin? Dia memegang dadanya menahan sesak semakin terasa.

Flashback.

"Airin yang bakal lo temuin, bukan lagi kayak Airin lo kenal."

Debaran kencang menyakitkan itu langsung Adrian rasakan bahkan dia menatap tak percaya Hardi.

"Adik gue cacat ... dokter bilang kalo dia nggak bakal bisa jalan lagi. Kecelakaan yang terjadi sama dia bukan hanya ambil kedua kakinya tapi jiwa dan batinnya juga, sampe dia depresi dan kehilangan pita suara ..." Ucap Hardi menangis pedih dia bahkan tidak mampu melanjutkan perkataannya, "Dia nggak bakal ngomong, dia nggak bakal tunjukin raut muka apa pun karna jiwanya udah kosong, dia kayak berada di tempat lain walau tubuhnya di sini."

"Elo hanya bercanda, kan? Nggak mungkin -"

"Gue serius! Apanya yang bercanda, dasar berengsek! Adik gue yang malang napa penderitaan datangi dia dengan cara paling kejam?! Napa bukan gue terima semua itu?! Napa mesti dia?! Napa takdir dia jadi kayak gini?! Elo harusnya nggak balik ... buat semua penderitaan dia rasain, semua udah terlambat buat lo lakuin!"

Flashback end.

"Sugar ..."

Tidak ada respon.

"Ini aku ... aku sudah kembali, kamu nggak rindu, Sayang?"

Sorot mata itu kosong dengan posisi duduk tidak bergerak sedikit pun.

Adrian semakin melangkah mendekat, "Sayang ini aku ... aku kembali untuk kamu, katakan semua ini nggak benar? Kamu bisa dengar dan lihat aku, kan? Sugar please ...?"

Adrian mulai berlutut di hadapan wanita dia cinta dengan linangan air mata seakan menjadi luka begitu tajam baginya. Kedua tangannya meraih wajah wanitanya apa yang dia lihat? Hanya sebuah kekosongan dari mata indah Airin.

"Inikah hukuman untuk aku, sugar? Inikah caramu menghukum aku? Kalau iya kamu berhasil lakukan itu, aku sudah kembali di sini di hadapan kamu,"

Tidak kuasa lagi menahan tangis kesakitan Adrian membenamkan wajah di kedua lutut Airin. Dia memohon ampun atas segala perbuatan berengseknya, "Maafkan aku ...! Apa yang harus aku lakukan? Hatiku sakit melihatmu seperti ini aku berengsek sugar, kamu boleh membenciku."

Meraih Airin ke dalam pelukan dia menangis untuk semua rasa sakit semakin terasa menyiksa. Perlahan menjauhkan wajah menatap sorot mata wanita telah dia lukai dengan sangat. Tangannya terangkat mengusap lembut pipi kiri Airin bersama air mata Adrian kembali tumpah.

"Kamu bilang kamu ingin melihat Bern lagi bersama, hmm? Sayang, kamu bilang ingin makan nasi goreng lagi ...? Kamu bilang rindu saat kita bersepeda? Kamu bilang selalu rindu pelukan aku? Bagaimana kita mengobrol banyak hal, ayo kita wujudkan semuanya bersama ... aku akan wujudkan semua impian kamu."

"Airin ..., aku sudah kembali ... kita akan lakukan hal-hal yang menyenangkan. Aku rindu bawelmu, aku rindu tawamu, aku rindu saat kamu sedang jail, aku rindu wajah cemberut kamu, aku rindu ketika kita masak bersama, aku rindu ketika kita belanja bersama, aku rindu ketika aku berhasil membuatmu tersenyum aku rindu semuanya, aku rindu Sayang sangat rindu ...! Tolong jangan hukum aku seperti ini ... tolong Sayang rasanya sungguh sakit sekali ...!"

Menumpahkan semua kesedihan dirasa Adrian mencium kepala wanitanya. Dia terisak pedih lalu kembali menatap Airin dengan menangis dia tidak lagi sanggup menerima semua kelakuan berengsek telah dia perbuat.

"Sayang lihat aku ..." Tapi mata itu hanya menatap pada kekosongan.

Tenggorokannya tercekat hatinya begitu sangat sakit. Jiwanya seakan dipukul oleh benda tak kasatmata, "Aku akan buat kamu kembali padaku, aku nggak akan biarkan kekosongan itu menyelimuti kamu aku janji ..."

"Kalau aku nggak bisa membuat takdir berpihak padaku, maka aku akan tetap sayang kamu, cinta kamu, hanya akan ada kamu, aku dan akan menjadi kita."

Suara tangis Adrian memenuhi sekitarnya dia menumpahkan segala rasa luka dan penyesalan teramat dalam. Dia sangat membenci dirinya sendiri merasa bersalah dan begitu rapuh untuk bangkit kembali.

Adrian menempelkan keningnya ke kening Airin sebelum berkata lirih,

"I love you sugar ... always,"

FIN.

FATE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang