04. Tugas

664 88 12
                                    

REVISI!!!

Happy Reading guys!!!!

Jimin memicingkan kedua bola matanya saat memandang Seulgi. "Ternyata kamu!" pekiknya dengan nada yang ia tahan.

"Ne?" Seulgi menatap Jimin dengan wajah bingungnya. Setelah beberapa detik, matanya melirik sana – sini untuk menghindari tatapan Jimin.

"kenapa kau ada disini?"

Seulgi masih tetap diam tanpa mau beranjak bangun. "Emm....aku punya urusan yang tertunda." Ucapnya.

"Bukankah aku memintamu untuk menghubungiku?" Jimin perlahan mendekati Seulgi. Gadis itu semakin dibuat bingung bukan main oleh Jimin.

"apa yang sedang kau bicarakan?" tanya Seulgi dengan polosnya.

Jimin menatap dingin Seulgi. "kamu tidak melihat pemberitahuan penelusuran sebelumnya?" tanya Jimin kepada Seulgi.

Seulgi kembali mengingat, dan dia langsung ingat satu hal, "Eoh! Aku melihatnya. Tapi apakah itu ada hubungannya denganku?" Bukannya menjawab, Jimin malah menghampiri Seulgi dan mulai membungkukkan tubuhnya sehingga wajahnya kini sejajar dengan wajah gadis itu.

Sontak Seulgi segera memundurkan wajahnya dan memalingkan wajahnya, dia sungguh terkejut dengan apa yang telah Jimin lakukan. "Apa yang kau lakukan?" pekiknya tertahan.

Jimin masih memandangi Seulgi yang kini memalingkan mukanya. "Kebiasaanmu mencium orang lain tanpa pandang bulu, dimana kau mempelajarinya?"

Hah! Kebiasaan mencium oranglain? Tanpa pandang bulu? Dia sedang berbicara apa sih? Gerutu Seulgi dalam hatinya. Dengan cepat, Seulgi memandang Jimin, tapi belum satu detik ia sudah mengalihan kembali pandangannya. "Apa yang sedang kau bicarakan?"

"Amnesia di usia muda?" respon Jimin dengan tegas. Seulgi kembali dibuat bingung oleh perkataan Jimin, "Hah?"

"Pura-pura lupa, nona?" cibir Jimin kepada Seulgi yang masih menatapnya bingung.

"Aku –-" ucapan Seulgi terpotong pria yang berada di depan wajahnya, tiba – tiba menciumnya sebentar.

"Presdir Jimin!" suara Wendy membuat mereka berdua tersentak kaget. Terlebih lagi Seulgi yang malu karena tercyduk oleh Wendy. Sedangkan Wendy tersenyum canggung.

Jimin mengalihkan pandangannya kepada Seulgi yang sedang membuang muka, lalu Jimin mulai menjauhkan tubuhnya dan berdiri dengan gagah. Sama halnya dengan gadis itu, dia langsung menundukkan wajahnya karena malu telah dilihat oleh Wendy.

"Itu, ini mengenai Tuan Cheng untuk memberikan beberapa produk padamu yang kau pinta, aku akan menaruhnya disini." Ujar Wendy sambil menyimpan produk tersebut ke meja yang ada di sampingnya.

"Shin Seulgi, jaga baik – baik Presdir. Aku mempercayaimu." Seulgi menganggukkan kepalanya patuh. Jimin sedikit melirik kearah Seulgi, lalu menatap kembali Wendy yang kini perlahan mulai menghilang dari hadapan mereka.

Sedangkan ditempat lain, Ahra berjalan mondar – mandir dengan perasaan yang gelisah karena dia belum mendapatkan kabar apapun dari Wendy. "Ck, lihatlah dia. Kenapa sampai sekarang belum juga menelponku?" decak Ahra sambil mengenggam ponselnya.

Saat Ahra hendak duduk, Wendy akhirnya datang menghampirinya. "Yak!!! KENAPA KAU TIDAK MEMBERIKU KABAR!!!" teriak Ahra saat Wendy berhasil datang kehadapannya.

Wendy sedikit meringis mendengarnya. "Mian, tadi aku harus ke perusahaan dulu Nyonya." Ahra menghembuskan napasnya, lalu bergegas mendekati Wendy.

"bagaimana? Duduklah."

"Mereka sudah bertemu Nyonya, tapi...." Wendy menghentikan bicaranya membuat Ahra menatapnya penasaran.

GIRLFRIEND || (COMPLETE) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang