31. Regret

309 41 17
                                    

Revisi menyusul setelah tamat.

Selamat membaca...

Ahra memandang penuh penjelasan ke arah Jimin, sedangkan yang dipandang hanya memainkan ponselnya santai. Shin Seulgi yang menyadari tatapan itu langsung menyenggol lengan Jimin. "Jim, itu Ibu menatapmu." Bisiknya.

"Apalagi, Eomma?"

"Jelaskan, kenapa kau bisa disana?"

Jimin menghela napas, "Eomma, kan sudah aku jelaskan semuanya disana tadi, apa aku mesti jelasin lagi?"

Ahra menganggukkan kepalanya. "Iyalah, Eomma masih tidak puas dengan penjelasanmu tadi." Sahut Ahra dengan tegas. Sedangkan gadis yang disamping Jimin hanya bisa menundukkan kepalanya dan sesekali mengintip mereka.

"Oke, aku jelaskan kembali. Tetapi hanya intinya saja, bagaimana?" Nego Jimin yang malas menjelaskan kembali. Ahra menganggukkan kepalanya.

"Jadi, saat aku hendak pulang ke rumah, mobilku di hadang oleh Nona Choi dan memintaku untuk mengantarkannya ke hotel tersebut. Awalnya aku tidak mau, namun dia mengatakan kalau ini ada kaitannya dengan Seulgi, yasudah aku ikut saja. Nah disana, dia membawaku ke salah satu kamar yang berada di samping kamar Seulgi. Dia menyuruhku untuk menunggu dan dia pergi keluar kamar. Tidak lama dari itu, dia kembali lagi namun dibelakangnya ada Hwang Minhyun. Lalu Nona Choi menjelaskan semuanya kepadaku tentang Rencana Hana yang sampai membuatku marah, namun aku tahan. Awalnya Minhyun tidak ingin berhenti, namun dengan niat yang baik, akhirnya Minhyun tersadar dan menyerah untuk mendapatkan Seulgi kembali. Lalu aku dan Minhyun berganti posisi. Begitulah ceritanya." Tutur Jimin dengan serius.

Ahra menyipitkan matanya, "benarkah segitu saja? Kau tidak ngapa-ngapain Shin Seulgi kan selama dia pingsan?" Tuduh Ahra dengan curiga.

Jimin menatap Seulgi sebentar lalu menatap kembali eommanya itu, "ya tidaklah, bisa-bisa eomma marah kepadaku. Paling hanya menciumnya dan memeluknya saja. Padahal kita pernah melakukannya," Jawab Jimin dengan santai, namun ia pelankan saat kalimat terakhir.

"Dasar anak nakal!"

Jimin menyenggir lebar "Jimin cuman sekedar cium doang gak lebih, Nanti saja kalau sudah sah baru yang lebih." Polosnya sambil meninggalkan kedua perempuan yang beda generasi itu.

"YAK, PARK JIMIN!!"

Jimin yang mendengar teriakan itu hanya bisa tertawa pelan sambil melanjutkan langkahnya ke kamar sebelum mereka berdua menyerangnya.

Seulgi benar-benar merasa malu, "Ibu, maafkan ucapan Jimin." Ujarnya pelan.

"Kenapa harus kau yang meminta maaf? Bukannya harusnya Eomma yang harus minta maaf, atas kelakuan anak nakal itu?" Sahut Ahra.

Seulgi menganggukkan kepalanya pelan, lalu matanya menatap jam tangan yang ada ditangan kirinya. "Hmm, Ibu, Seulgi pulang dulu ya. Pasti Joohyun sudah menungguku."

Kening Ahra berkerut, "Bukannya kamu sudah tinggal bersama Jimin lagi?"

Seulgi berdehem, "Hmm benar, tapi Joohyun dan Ryunjin adikku, memintaku untuk pulang lebih awal. Lagian Jimin sudah memberikan Izin kok," jawab Seulgi.

"Yasudah kalau begitu, kau hati-hati ya." Setelah mendapatkan izin, Seulgi langsung pulang.

***

Minhyun menatap Ara yang sedang memejamkan matanya. "Kau benar gapapa?" tanya Minhyun yang khawatir dengan kondisi tunangannya itu yang terlihat pucat.

Ara menganggukkan kepalanya, "Hmm, aku hanya kecapean aja. Mungkin tidur bentar sudah baik lagi." jawabnya dengan suara yang lirih.

Drtt drtt

GIRLFRIEND || (COMPLETE) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang