Eleven

21.8K 4.1K 349
                                    

                  Now playing :
           Smile on my face -EXO

                           ****

"Udah siap semuanya 'kan?" tanya Pangeran.

Semua anggota Geng Handsome mengangguk mengiyakan. Semua alat musik yang akan digunakan telah diangkut ke atas mobil pick up milik mereka. Hari ini Geng Handsome ada jadwal manggung di Cafe Suka-Suka. Setelah melakukan rapat kemarin, mereka sepakat menerima tawaran ini karena upahnya yang lumayan.

Pangeran juga sudah membeli beberapa makanan pokok, camilan, juga susu untuk diberikan kepada anak-anak panti setelah manggung nanti. Pemuda itu menggunakan uang tabungan pribadinya, sementara hasil manggung nanti bisa mereka sumbangkan untuk meringankan biaya sekolah anak-anak panti.

Geng Handsome menjunjung tinggi solidaritas, kedermawanan, dan yang paling utama adalah ketampanan. Ketiga hal ini lah yang membuat mereka digandrungi oleh banyak cewek.

"Ayo berangkat!!" sorak Banu dengan hebohnya.

Semuanya bersiap-siap naik ke atas motor. Setelah semuanya naik, mereka berangkat menuju cafe tujuan.

****

"Ara?" beo Pangeran dan juga Arka bersamaan saat melihat Ara berdiri dengan bengong menatap anak-anak Geng Handsome.

"Waw ..." kagum Ara. Gadis itu berjalan mengitari motor-motor milik teman-teman Pangeran yang terparkir rapi di depan cafe. Ara berkaca di salah satu spion motor.

"Cantik sekali diriku," pujinya kepada diri sendiri. "Keren sekali kendaraan kalian." Ara menggeleng-gelengkan kepalanya takjub.

Dengan jurus ngawur-nya, Ara naik ke salah satu motor. Hampir saja motor itu terjatuh menimpa motor lainnya kalau saja Pangeran tidak segera menahannya. Pemuda itu menatap Ara sinis.

"Lo gila? Kalau motor kita lecet mau tanggung jawab lo?!" ujar Pangeran memarahi. "Bisa nggak, jangan norak."

"Apa itu norak?" Ara mengerjapkan matanya lucu. Tidak paham dengan kosakata yang baru didengarnya.

Banu yang melihat itu pun tertawa. Jadi, yang dikatakan Pangeran kalau Ara ini begonya natural itu benar? Cowok itu menyenggol siku Mark yang berada di sampingnya.

"Bego cuy," ujar Banu berbisik.

"Bener juga kata si Bos," jawab Mark. "Untung cantik," lanjutnya.

"Giliran lihat yang bening kayak begitu aja lo melek," ujar Banu menimpali.

"Lo lebih FakBoi dari gue btw," timpal Mark mengelak.

"MANA ADA!" ujar Banu.

"Kita pernah ikut tes ke-Fakboi-an kalo lo lupa. Dan nilai FakBoi lo lebih besar dari punya gue." Mark menyugar rambutnya ke belakang.

"Sama-sama buaya nggak boleh saling hina," balas Dadu ikut-ikutan.

"Tangan kosong kalo berani!!" timpal Banu dan Mark bersamaan.

"Nyenyenye," nyinyir Dadu meledek, membuat Banu dan Mark ingin menjepit bibirnya itu menggunakan jepitan baju emaknya Mark.

"Jomlo sejak lahir harap diam," balas Banu yang membuat Dadu memelototkan matanya. Hampir saja dia melempar Banu menggunakan sepatunya kalau saja Pangeran tidak mencegahnya.

"Udah jangan ribut. Manusia nggak ada yang sempurna. Paling-paling cuma bisa mendekati, gue misalnya," kata Pangeran menengahi sekaligus menyombongkan diri.

Anak-anak yang mendengar itu pun hanya bisa mengumpat di dalam hati. Kalau Pangeran bukan ketua mereka, mungkin mereka akan membekap mulutnya menggunakan kaos kaki Jono yang menerapkan sistem cuci setahun sekali.

Putri Dingin (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang