Thirty Five

14.8K 2.8K 171
                                    

"APA?!"

Baik Dadu, Mark, Banu, dan juga Ara terkejut melihat Arka yang tiba-tiba berteriak saat sedang menerima telepon. Mereka semua menatap Arka dengan wajah penasaran juga jantung yang berdetak kencang.

"Baik, Tan. Kita ke sana sekarang," ujar Arka membalas ucapan seseorang di teleponnya.

"Pangeran kecelakaan. Kita ke rumah sakit sekarang!" titahnya cepat lalu menggandeng tangan Ara untuk ikut dengannya. Arka terlihat sangat khawatir dari mimik wajahnya.

Arka memberikan helm yang memang sudah disediakannya untuk Ara. Gadis itu pun menerimanya lantas memakainya. Ara belum paham dengan keadaan yang terjadi sekarang ini. Entahlah, Ara sudah pernah bilang kalau otaknya ini menjadi sangat lemot ketika berada di bumi.

"Arka, ada apa dengan Pangeran?" tanya Ara mencoba untuk menghilangkan rasa penasarannya. Gadis itu segera naik ke atas motor milik Arka.

"Pangeran kecelakaan, Ra," balas Arka. Dari suaranya saja Ara tahu kalau pemuda itu merasa sedih. Ara memutuskan untuk diam saja daripada menambah beban Arka karenanya.

Banu, Dadu, dan Mark sudah pergi terlebih dahulu mendahului mereka berdua.

****

Sesampainya di rumah sakit, mereka berlima berlarian di lobi rumah sakit. Arka memimpin di depan dengan tangan yang setia menggandeng tangan Ara agar gadis itu aman dengannya. Arka tahu kalau dirinya tidak menjaga Ara dengan baik, gadis itu pasti akan berbuat ulah.

Arka dan yang lain langsung menuju ke ruang rawat Pangeran. Tante Mala yang memberi tahu pemuda itu perihal Pangeran yang kecelakaan.

Sampai di ruang rawat Pangeran, mereka semua masuk ke dalam dan saat itu juga bahu mereka melemas melihat keadaan Pangeran. Tante Mala tengah menangis di samping ranjang pemuda itu. Arka berjalan menghampirinya lalu mengelus lembut pundak wanita itu.

"Tante yang sabar, ya," ujar Arka mencoba untuk menenangkan hati Tante Mala.

"Tante nggak bisa lihat Pangeran kayak gini," balas Tante Mala masih menangis.

"Pangeran paling nggak suka lihat Tante nangis. Jadi, stop nangisnya, ya, Tan." Arka memeluk Tante Mala. Mamanya Pangeran memang sudah dianggapnya sebagai mamanya juga. Berteman dengan Pangeran sejak kecil tentu membuat Mala sangat dekat dengan Arka.

"Gimana kronologinya Pangeran bisa kayak gini, Tan?" tanya Dadu yang sedari tadi hanya diam sembari menatap wajah Pangeran yang pucat dengan perban yang membalut kening pemuda itu.

"Korban tabrak lari," balas Tante Mala. "Tante juga belum tahu gimana jelasnya," imbuhnya.

Dadu mengangguk. "Kata Dokter kondisi Pangeran gimana, Tan?"

"Nggak ada yang serius untungnya. Cuma luka-luka aja," balas Tante Mala. Tanngannya mengelus lembut tangan Pangeran yang tidak diinfus.

Semua yang mendengar itu pun bernapas lega. Sama juga dengan Ara. Gadis itu terlihat diam saja sembari menatap Pangeran dengan sorot yang tidak bisa diartikan.

"Dia kehilangan banyak darah. Untungnya segera ditangani," imbuh Tante Mala.

Ara berjalan mendekat ke arah Pangeran. Tangannya bergerak mengelus lembut rambut pemuda itu. Bibirnya mengulun senyuman manis dan pipinya yang memerah. "Tampan sekali," gumamnya.

"Masih sempet-sempetnya bilang kayak gitu," balas Banu.

Yang lain tertawa mendengarnya. Dasar Ara.

Ara meringis saat melihat luka-luka yang berada di tubuh Pangeran. Entah bagaimana rasa sakit yang pemuda itu rasakan.

"Sepertinya, nanti malam aku akan menolongnya," ujar Ara dalam hatinya.

Putri Dingin (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang